Ada Tol Trans Jawa dan Tiket Pesawat Mahal, Penumpang Bus Meningkat

Jumat, 29 Maret 2019 – 00:45 WIB
Suasana di Terminal Bus Kalideres, Jakarta Barat, Senin (11/3) pagi. Ilustrasi Foto: Soetomo Samsu/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Bus diperkirakan akan banyak diminati masyarakat untuk mudik lebaran 2019, setelah Tol Trans Jawa dioperasikan dan harga tiket pesawat mahal. Bisnis angkutan darat diperkirakan kembali cerah.

“Prospek sangat cerah bagi bus AKAP (Antar Kota dan Antar Provinsi), bermunculan layanan bus trans jawa , terjadi peningkatan volume penumpang yang signifikan,” kata Ketua DPP Organda Ivan Kamadjaja kepada Jawa Pos.

BACA JUGA: Pemerintah Diminta Segera Bertindak Atasi Mahalnya Tiket Pesawat

Menurut Ivan, hal ini dikarenakan dahulu jarak tempuh Jakarta- Surabaya sekitar 15-16 jam, saat ini menjadi 9 sampai 10 jam saja. Akan terjadi banyak perpindahan penumpang pesawat terbang dan kereta menjadi penumpang bus AKAP, karena biaya relatif lebih murah yakni sekitar Rp 240.000 per penumpang.

“Ini lebih murah dibandingkan kereta Rp 485.000 dan pesawat yang bisa sampai Rp 1.000.000,” jelasnya.

BACA JUGA: Tarif Tiket Pesawat Mahal, Kemenhub Godok Aturan Baru

BACA JUGA: Harga Tiket Pesawat Masih Mahal, Sampai Kapan?

Sementara itu, Pria yang membidangi Angkutan Barang dalam DPP Organda ini mengungkapkan, aspek positif dengan kehadiran Jalan Tol Trans Jawa bagi angkutan barang selain perjalanan yang lebih singkat, biaya maintenance dan spare part turun. Sementara ritase (daya muat) perjalanan meningkat.

BACA JUGA: Harga Tiket Pesawat Masih Mahal, Sampai Kapan?

Meski demikian, Ivan menyebut, tarif tol dirasakan pengusaha logistik terlalu mahal , jika dibandingkan dengan negara tetangga.

Di indonesia, tarif jalan tol baru bisa mencapai Rp 1.500 per kilometer, Singapura Rp 778 per kilometer, Malaysia Rp 492 per kilometer, Thailand Rp 440 per kilometer dan Vietnam Rp 1.200 per kilometer.

Untuk sementara , kata Ivan akan banyak banyak pengemudi truk dan pengusaha yang memilih lewat jalur normal Pantura dengan alasan biaya lebih murah karena tidak bayar tol, biaya makan minum murah, dan tersedianya bengkel.

“Pemerintah perlu memikirkan subsidi Tol di Indonesia sekitar 50 persen dari tarif sekarang, guna mendorong penurunan biaya logistik di Indonesia,” katanya.

Sementara untuk angkutan barang di laut dengan kapal Ro Ro, Ivan memperkirakan akan menurun. Karena harga yang kalah kompetitif dibandingkan jalur darat. “Di antaranya karena ada biaya Lift On Lift Off di moda kapal RORO,” ungkapnya.

Kurnia Lesani Adnan, Ketua DPP Organda bidang angkutan orang mengungkapkan dengan adanya Jalan Tol Trans Jawa, bus bakal bisa kembali bersaing dengan kereta api. Dulu itu orang ramai-ramai pindah ke kereta api karena waktu tempuh yang lebih cepat.

Selain itu, penumpang jalur-jalur pendek yang stasiunnya tidak dimampiri oleh Kereta Api regional jarak jauh menurut Adnan juga akan berpindah ke angkutan darat seperti Bus. “Ya kalau penumpang-penumpang eksekutif jarak jauh pasti masih setia dengan kereta,” jelasnya.

Menurut perhitungannya, rute yang permintaannya akan melonjak tajam nanti adalah daerah-daerah di Jawa Tengah terutama perbatasan Jawa Timur. Misalnya Semarang, Solo, Sragen, sampai ke Ngawi. Sementara untuk rute Jawa Timur tetap akan naik namun tidak akan sebesar kota-kota di atas.

Sebelum masuk periode lebaran saja, Adnan bercerita PO bus yang dimilikinya sudah mengalami kenaikan permintaan sebesar 20 sampai 40 persen. Ini di low season. Kalau high season nanti bisa-bisa naik sampai 60 sampai 70 persen.

Keuntungan utama bagi kami dengan adanya Jalan Tol Trans Jawa sebenarnya hanyalah waktu. Untuk cost dan maintenance memang berkurang. Tapi tidak banyak. Kira-kira 5 persen. Ketika masih melewati jalur Pantura bus harus bergerak stop dan go.

BACA JUGA: Tiket Pesawat Mahal, Gubernur Bertemu Bos Lion Air, Hasilnya?

Hal ini kata dia agak memperpendek umur ban dan memperboros bahan bakar solar. Dengan masuk ke tol tidak ada lagi goyang dan gas rem, sehingga bisa lebih irit. “Tapi itu tadi, masuk tol kan tidak gratis. Jadi saving bahan bakar dan maintenance sedikit banyak tersedot juga ke tol. Tapi tetap ada penurunan,” jelasnya.

Waktu tempuh yang pendek kata Adnan membuat bus bisa mendapatkan ritase dua kali lipat. Misalnya bus jurusan Jakarta-Solo berangkat dari Pulogebang setengah 5 pagi. Bisa sampai Solo jam 3 sore.

“Nah setelah istirahat kru bisa lanjut untuk berangkat ke Jakarta malam harinya. Tiba di jakarta lagi pagi hari. Bisa pulang pergi (pp) dalam jangka 24 jam,” ungkapnya. (tau)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tarif Tiket Pesawat Masih Tinggi, DPR: Kebijakan LCC Harus Diubah


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler