jpnn.com - JAKARTA - Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO yang juga pengamat pendidikan, Arief Rachman, meyakini konflik tajam dua kubu di internal Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) bakal terus berlanjut.
Alasan Arief, waktu selama lebih enam tahun sejak konflik terjadi pada 2006, sebenarnya cukup untuk proses perdamaian. Faktanya, konflik malah makin tajam. Hal ini menurut Arief, menunjukkan ada perbedaan visi yang tajam antara kedua kubu yang berseteru.
BACA JUGA: Alumni Gugat UISU
Menurutnya, jika salah satu kubu tidak punya visi pendidikan, maka akan sulit mencari titik temu.
"Kalau satu kubu motifnya mencari uang, satunya lagi punya visi pendidikan, ya tidak akan ketemu," ujar Arief Rahman kepada JPNN di Jakarta, kemarin (10/9).
BACA JUGA: Guru Curang, Tunjangan Dicabut
Dengan argumen itu, Arief yakin, upaya mediasi yang dilakukan Kemendikbud, lewat Kopertis, juga akan gagal, alias sia-sia.
Menurut Arief, perbedaan pendapat dan sikap di dunia pendidikan itu sebenarnya biasa. Hanya saja, jika pihak-pihak yang berbeda pendapat masih memiliki visi yang sama yakni untuk memajukan dunia pendidikan, pasti lah upaya perdamaian bisa cepat dilakukan.
BACA JUGA: Tekan Biaya Kuliah dan Kesejahteraan Guru
Karenanya, menurut dia, satu-satunya solusi untuk mengakhiri konflik adalah menunggu kesadaran diri dari kedua kubu, untuk kembali kepada visi pendidikan yang murni. Upaya mediasi oleh siapa pun, katanya, tidak akan membuahkan hasil manis jika masih ada pihak yang memiliki motif ekonomi dalam mengelola lembaga pendidikan.
"Jika sudah tidak memikirkan nasib mahasiswanya, itu namanya tak lagi punya visi pendidikan," cetus Arief, tanpa mau menyebut kubu mana di konflik UISU yang sudah tak punya visi pendidikan.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh sudah jengkel menyikapi konflik di UISU.
Pasalnya, upaya mediasi untuk mendamaikan kedua kubu yang bersetru sudah dilakukan, namun belum juga ada titik temu.
Menteri asal Jawa Timur itu pun mengancam tidak akan mengakui kedua kubu yang berseteru.
"Itu kan urusan sana, yang kena kan kita harus ngurusi. Jadi kalau tidak bisa damai ya sudahlah. Tidak ada yang diakui, kalau sebel-sebel begitu ya," kata M Nuh di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (9/9).
Konflik internal Yayasan UISU berlangsung sejak 2006. Dua kubu yang berseteru yakni kubu Helmi Nasution dan kubu Hj Syahriani AS.
Konflik mulai membesar saat terjadi pengambilalihan kampus UISU di Jalan Sisingamangaraja Medan oleh kubu Helmi. Kubu Syahriani lantas membuka kampus baru di Jalan Karya Bhakti.
Berdasarkan putusan MA Nomor 150/K/TUN/2008 tanggal 16 Februari 2009, yang menang adalah kubu Syahriani. (sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sudah Sogok Pengajar, Ratusan Siswa Kejar Tak Lulus
Redaktur : Tim Redaksi