JAKARTA - Perekonomian Indonesia masih akan menghadapi banyak tantangan. Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) pun memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2014 dan 2015.
Deputy Country Director ADB di Indonesia Edimon Ginting mengatakan, koreksi atas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2014 disebabkan kinerja ekspor yang belum sesuai ekspektasi.
"Tapi, tahun depan ekonomi Indonesia akan membaik," ujarnya saat paparan Asia Development Outlook (ADO) Update di Jakarta kemarin (25/9).
Dalam Asian Development Outlook yang dirilis April 2014 lalu, ADB masih memproyeksi perekonomian Indonesia tahun ini akan tumbuh di level 5,7 persen dan 2015 tumbuh ke level 6,0 persen.
BACA JUGA: Dahlan Sudah Dapatkan Ide Pembayaran Gaji Karyawan Merpati
Dalam update yang dirilis, ADB memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan ada di level 5,3 persen dan pada 2015 sebesar 5,8 persen.
Menurut Edimon, tambahan 0,5 persen pertumbuhan ekonomi tahun depan pun dengan syarat jika pemerintahan Jokowi - Jusuf Kalla yang aktif mulai Oktober mendatang, langsung bergerak cepat dengan membenahi iklim investasi, reformasi birokrasi, serta percepatan pembangunan infraatruktur. "Kita berharap hal-hal itu bisa dilakukan," ucapnya.
Selain itu, perbaikan ekonomi Indonesia tahun depan diproyeksi akan terdorong oleh laju ekspor yang meningkat seiring membaiknya ekonomi negara-negara partner dagang utama. Hal itu diperkirakan akan meningkatkan permintaan global sehingga mengerek harga komoditas.
"Investasi ke emerging market juga akan meningkat seiring perbaikan ekonomi global," jelasnya.
Ekonom ADB Indonesia Priasto Aji menambahkan, konsumsi rumah tangga masih akan menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan kontribusi hingga 60 persen. Belanja selama Pemilu legislatif dan pemilihan presiden pada April dan Juli lalu dinilai memberi dorongan pada konsumsi.
BACA JUGA: Kemenhub Kalah dengan Aksi Bandel Maskapai
Selain itu, rendahnya inflasi dan bagusnya musim panen juga membuat daya beli masyarakat cukup kuat. "Satu hal yang sedikit menghambat adalah pengetatan kredit bank, terutama untuk konsumsi kendaraan bermotor," ujarnya.
Sementara itu dari sisi supply, sektor manufaktur dan jasa masih menjadi kontributor utama ekonomi Indonesia. Menurut Priasto, tahun ini sektor jasa masih akan bisa tumbuh hingga 6,3 persen, adapun pertumbuhan sektor manufaktur akan sedikit melambat ke level 5,1 persen, sedangkan sektor konstruksi masih akan tumbuh sekitar 6,6 persen.
"Kontraksi (perlambatan pertumbuhan) masih akan terjadi pada sektor pertambangan yang akan minus 0,2 persen," sebutnya.
Priasto menyebut, meski prospek ekonomi Indonesia tahun depan akan lebih cerah dari tahun ini, namun ADB tetap mewanti-wanti Indonesia untuk tetap waspada.
BACA JUGA: Malang dan Jabar Jawara Pembangunan Perumahan
Pasalnya, risiko-risiko masih akan membayangi, misalnya ketidakpastian pulihnya pasar ekspor, serta potensi capital outflow atau pembalikan arus modal dari emerging market ke Amerika Serikat (AS) akibat kenaikan suku bunga di Negeri Paman Sam tersebut. (owi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Soal Airport Tax, Kemenhub Bakal Tegur Garuda Indonesia
Redaktur : Tim Redaksi