Adik Kandung Ambil Pisau, Sang Abang Tewas Bersimbah Darah

Minggu, 02 November 2014 – 21:57 WIB

jpnn.com - SIBOLGA - Herison Hutabarat (43), warga Jalan Enggang Rawang I, Kelurahan Aek Muara Pinang, Kecamatan Sibolga Selatan, tewas bersimbah darah setelah ditikam oleh Amos Hutabarat (30), adik kandungnya sendiri dengan sebilah pisau. Belum diketahui pasti motif di balik pembunuhan tersebut.

Namun dugaan sementara, dikarenakan adanya cekcok dalam keluarga mereka yang sudah lama terjadi. Mekson Nainggolan (49), salah seorang warga yang mengaku melihat persis kejadian naas yang menghilangkan nyawa ayah 3 anak tersebut mengatakan, kejadian itu persis di depan kedai milik korban, pada Sabtu (1/11) sekira pukul 20.30 WIB. Kejadian itu bermula ketika korban yang sedang menjaga kedai tuaknya mendengar suara cekcok dari rumah orangtuanya yang berjarak sekitar 10 meter. 

BACA JUGA: Polres Manokwari Amankan 180 Butir Peluru

Anak pertama dari 6 bersaudara ini kemudian mendatangi keributan tersebut. Dan berselang beberapa menit, korban kembali ke kedainya. Namun tak diketahui apa penyebab terjadinya percekcokan di rumah orangtuanya. 

"Dia (korban) mendengar adik-adiknya ribut di rumah orangtuanya. Mungkin karena dia anak tertua, dia pun datang menghampiri. Tak tahu apa yang terjadi di sana, karena, tidak beberapa lama kemudian korban kembali ke kedainya," ungkap Mekson, seperti dilansir dari Metro Siantar (Grup JPNN), Sabtu (1/11).

BACA JUGA: Kabut Asap di Sampit Kembali Menggila

Dia menambahkan, korban kemudian bergegas menghampiri sepedamotornya hendak pergi ke suatu tempat. Tiba-tiba saja, Amos, adiknya terlihat berlari menghampiri korban yang sudah berada di atas sepedamotor. Hingga terjadi pergulatan antara keduanya. "Gak tahu kita dia (korban) mau ke mana saat itu. Mungkin saja mau pergi melapor ke kawan semarganya tentang percekcokan itu. Tiba-tiba saja dengan berlari terburu-buru Amos yang kesehariannya bekerja sebagai pelaut itu mengejarnya dan menghampirinya di atas kreta (sepeda motor). Sempat juga Amos terjatuh saat berlari itu. Lalu mereka bergulat di atas tanah," bebernya.

Masih kata Mekson, salah seorang warga sekitar bermarga Lase sempat berusaha melerai keduanya saat melihat Amos mengeluarkan sebilah pisau dari pinggangnya. Warga yang menyaksikan melihat korban sudah bersimbah darah. Tak diketahui kapan Amos menghujamkan pisaunya ke dada abangnya. 

BACA JUGA: Listrik Byar Pet, Refli Harun Pening

"Mungkin pas bergulat itu, dia (korban) ditusuk. Karena tiba-tiba sudah keluar darah banyak sekali dari dadanya," kata Mekson.
Korban sempat berdiri dan berjalan menghampiri warga sambil mengatakan, kalau dia sudah kena tikam. "Sempat dia (korban) berjalan katanya ‘sudah kena tikam’, kepada warga yang dihampirinya. Mungkin dia mau minta tolong," papar Mekson.

Beberapa anak muda sekitar yang melihat korban bersimbah darah kemudian membawanya ke rumah sakit. Sebelum sampai di rumah sakit, korban menghembuskan nafas terakhirnya. "Langsung dibawa naik becak ke rumah sakit Metta Medika. Ternyata sampai di rumah sakit, dokter bilang sudah meninggal," ucapnya. 

Sementara pelaku saat itu tidak langsung melarikan diri. Ia masih terlihat ribut dengan saudaranya yang lain di dalam rumah orangtuanya. Setelah mendengar ada warga yang mencoba menelepon pihak kepolisian, pelaku pun kabur. 

“Ada sekitar 10 menit setelah penikaman dia (pelaku) masih rebut di rumah itu sambil megang-megang parang dan memukul-mukulkannya ke meja. Dia lari saat mendengar ada warga yang menelepon polisi,” pungkasnya. 

Amatan New Tapanuli di RS Metta Medika Sibolga, kerumunan warga memadati pelataran parkir rumah sakit ingin melihat langsung jenazah korban. Sedangkan pihak kepolisian langsung membawa jenazah untuk diotopsi sebelum kemudian dibawa pulang ke rumahnya. 
Sementara Kapolres Sibolga AKBP Guntur Agung Supono bersama personelnya langsung bergerak mencari pelaku.

Warga sekitar juga mengakui kalau sebelumnya keluarga korban sudah sering cekcok. Korban membuka kedai tuak persis di depan rumah orangtuanya. Untuk menghindari pertikaian, korban kemudian mengalah dan pindah ke sebuah rumah, yang berjarak sekitar 10 meter dari rumah orangtuanya. 

"Kita pun gak tahu apa yang mereka ributkan. Tapi yang pasti sudah sering kali mereka sekeluarga ribut. Jadi bukan kali ini saja pernah cekcok. Sebelumnya korban berlapo tuak di depan rumah orangtuanya itu. Karena mengalah, biar gak ribut lagi, dia pun pindah ke sini," kata seorang pria yang tak ingin menyebutkan namanya.

Sebelum kejadian, istri korban sempat melarang untuk tidak menghampiri saudaranya yang cekcok di rumah orangtuanya. Namun, korban nekat karena merasa sebagai anak tertua. 

“Sebelum kejadian itu, istrinya sudah melarangnya untuk pergi menghampiri adik-adiknya yang cekcok itu. Tapi mungkin karena merasa sebagai anak tertua, dia pun nekat mendatangi rumah itu,” tandasnya. (ts)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Setubuhi Pelajar hingga Hamil 4 Bulan, Rivaldo Ditahan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler