Mahasiswa internasional membayar 400 persen lebih mahal dibandingkan mahasiswa lokal di Australia. Alasannya sama sekali tidak berkaitan dengan masalah pajak ataupun kebanggaan nasional, sebagaimana dituturkan peneliti Dr Peter Osborne.
Pendidikan di universitas, apa sih tujuannya?
BACA JUGA: Australia Yakin Daging Kangguru Akan Semakin Diminati di Asia
Jika merujuk pada promosi pendidikan Melbourne University, tujuannya adalah "mendidik pemimpinan masa depan" dan "kancah penyelesaian tantangan besar dunia melalui riset serta memperkuat masyarakat".
Dalam Buku Petunjuk Program S1 Internasional Sydney University, rektor Dr Michael Spence, mengatakan, "Kami ingin menciptakan universitas dimana peneliti terbaik dan mahasiswa paling berbakat bisa berkembang, apapun latar belakang sosial dan budaya mereka".
BACA JUGA: Parlemen Australia Pertimbangkan Anggota Menyusui Bayi Selama Sidang
Sementara bagi mahasiswa University of Queensland (UQ), "Anda akan mendapatkan kesempatan untuk unggul dalam belajar, dan dalam kehidupan". Di antara yang ditawarkan universitas ini adalah "berbagai pilihan jurusan yang komprehensif, lingkungan dan fasilitas belajar kelas dunia".
"Wujudkan potensi anda di University of Sydney" - Dr Michael Spence (FlickrCC: Jason James)
BACA JUGA: Australia Ingin Terlibat Lebih Jauh dalam Bisnis di Indonesia
Saya bisa melanjutkan, namun tentu saja anda segera tahu semua kutipan yang dibuat tim Humas universitas bersangkutan. Semuanya terdengar inspiratif dan manusiawi dan sejalan dengan nama "pendidikan tinggi".
Namun izinkan saya menyuguhkan sejumlah fakta dari data statistik Pendidikan Tinggi yang dibuat Pemerintah Australia.
Tahun 2012, ada 299.474 sarjana yang lulus dari berbagai perguruan tinggi di Australia, dan sekitar sepertiganya merupakan mahasiswa internasional - mereka yang berasal dari negara lain.
Tentu saja menyenangkan melihat banyaknya mahasiswa asing yang menempuh pendidikan tinggi mereka di negara ini, berhasil melewati segala rintangan bahasa (Inggris), budaya, dan terutama beban biaya.
Namun saya prihatin karena Australia tidak memperlakukan mereka secara adil. Sejak dari awalnya sudah tidak setara: terlepas dari segala slogan universitas itu, mereka menarik bayaran sangat mahal dibandingkan dengan mahasiswa warga negara Australia.
Di ketiga universitas yang disebutkan di atas, biaya kuliah bagi jurusan sains S1 untuk mahasiswa lokal berkisar 8.500 dollar (Rp 85 juta) pertahun. Tapi coba tengok biaya yang harus dikeluarkan mahasiwa asing untuk jurusan yang sama: 35.500 dollar (Rp 350 juta) pertahun! 400 persen lebih mahal.
Mengapa? Apakah hal ini bukan pelanggaran hukum?
Menurut UU Konsumen Australia, merupakan hak penyedia barang dan jasa untuk menentukan harga serta syarat dan ketentuan yang menyertainya sepanjang kriteris seleksi dan harga totalnya ditampilkan secara menyolok.
Jadi secara hukum sebenarnya, bukan perbuatan diskriminasi (bagi universitas) untuk menarik biaya kuliah lebih banyak kepada mahasiswa asing.
Namun bagi saya, ini merupakan dilema moral, dan menggambarkan betapa uang dan pendidikan "telah tidur seranjang".
Bagaimana akan kita justifikasi biaya kuliah yang lebih mahal itu? Tampaknya orang melihatnya sebagai hal wajar karena toh mahasiswa internasional ini "tidak membayar pajak".
Namun jika universitasnya baru dibangun dan pendidikan masih bersifat gratis, saya bisa menerima argumentasi ini. Namun toh universitas di Australia sudah begitu establishnya, dan sudah lama tidak lagi gratis.
Belum lagi jika mengingat bahwa mahasiswa asing itu telah membayar pajak untuk bisa masuk ke Australia. Mereka bayar pajak penghasilan yang mereka terima (jika bekerja) di Australia. Mereka bayar pajak barang dan jasa yang mereka beli selama di Australia, mulai dari makanan, mobil rumah dan buku pelajaran.
Jika universitas punya hak menarik biaya kuliah lebih mahal bagi mahasiswa asing sebab mereka bukan warga negara Australia, mengapa model seperti ini tidak konsisten penerapannya? Misalnya, sekalian saja mewajibkan mahasiswa asing membayar pajak lebih mahal untuk air, listrik dan angkutan umum.
Sayangnya, pelajaran pertama yang tertanam dalam benak mahasiswa internasional yang kuliah di Australia adalah bahwa mereka "diperlakukan tidak setara".
Berbagai universitas terbaik di Australi tidak segan-segan membebani bayaran mahal bagi mahasiswa asing, dan pada saat yang sama membanggakan diri sebagai universitas dengan lingkungan belajar yang multikultur.
Pendidikan akhirnya adalah bisnis belaka. Di sejumlah negara Asia, mahasiswa asing dan mahasiswa lokal membayar uang kuliah yang sama.
Jangan-jangan kita di Australia lupa pada sesuatu dalam kemanusiaan kita saat menjalankan pendidikan untuk para mahasiswa.
Versi tulisan Dr Peter Osborne ini dimuat dalam website Radio National ABC di program Ockham's Razor.
BACA ARTIKEL LAINNYA... KBRI Promosikan Budaya Indonesia Timur di Australia