Usaha KBRI di Australia untuk memperkenalkan budaya Indonesia terus berlanjut. Hari Jumat (6/11/2015), berbagai budaya Indonesia Timur ditampilkan dalam forum Indonesia Circle dari organisasi Women Internasional Club (WIC), di Balai Kartini KBRI Canberra.

Forum Indonesia Circle dilakukan secara rutin dua bulan sekali di KBRI Canberra dan dihadiri oleh anggotanya yang terdiri dari kelompok istri duta besar, akademisi dan wirausaha perempuan di Australia.

BACA JUGA: Pebisnis Australia Bicara Tantangan Berbisnis di RI

Menurut rilis yang diterima oleh ABC Australia Plus Indonesia, tepukan meriah membahana ketika petikan musik Sasando dari Pulau Rote diperdengarkan pada acara tersebut.

Menutup tahun 2015 ini, forum Indonesia Circle memperkenalkan budaya Indonesia bagian Timur khususnya Nusa Tenggara, Maluku dan Papua, mulai dari kesenian dan barang kerajinan, masakan hingga rempah-rempah yang telah tersohor di seluruh pelosok dunia.

BACA JUGA: Terjadi Kerusuhan di Christmas Island Setelah Tahanan Tewas

Nino Nadjib Riphat selaku Ketua Indonesia Circle dan juga menjabat sebagai Wakil Presiden dari organisasi WIC Australia dan Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) KBRI Canberra, dalam sambutannya menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang dalam atas partisipasi dan antusiasme para anggotanya untuk mempelajari dan mengenal lebih dalam budaya-budaya Indonesia.

“Program budaya Indonesia Circle akan terus terlaksana dengan baik tahun-tahun mendatang,” ujar Nino Riphat yang adalah Istri Dubes Nadjip Riphat Kesoema.

BACA JUGA: Ilmuwan Australia Terima Bantuan Rp 100 Miliar untuk Teliti Obat Malaria


Mahasiswa asal NTT Sherwin Ufi menjelaskan alat musik Sasando. (KBRI Canberra)

Pada kesempatan tersebut, Nino Riphat juga menjelaskan mengenai kawasan dan budaya Maluku, Nusa Tenggara dan Papua kepada para peserta Indonesia Circle.

Adapun instrumen musik Sasando yang dipetik oleh Sherwin Ufi, mahasiswa asal Nusa Tenggara Timur yang sedang mengenyam pendidikan S-2 di Australian National University, melantunkan dua buah lagu, yaitu ‘Waltzing Matilda’ dan lagu tradisional NTT ‘Flobamora’ yang disambut meriah dari para peserta.

Kegiatan Indonesia Circle diakhiri dengan tarian bersama dari Nusa Tenggara, yaitu tari ‘Gemu Fa Mi Re’ yang diperagakan anggota DWP KBRI Canberra diikuti oleh seluruh peserta dengan gembira.

Organisasi DWP KBRI Canberra sejak 15 tahun silam selalu aktif memperkenalkan lebih dekat bahasa Indonesia, kesenian, kulinari dan kerajinan tradisional Indonesia di Australia.

Tahun 2000, Nino Nadjib Riphat membentuk WIC Indonesian Circle untuk mempromosikan budaya Indonesia sebagai bagian dari diplomasi budaya. Hingga saat ini, Circle Indonesia merupakan grup yang paling diminati.


Mereka yang hadir mengamati rempah-rempah yang dihasilkan oleh Indonesia. (KBRI Canberra)

Circle Indonesia yang dikelola oleh DWP KBRI Canberra selama tiga tahun terakhir secara aktif turut mempromosikan budaya dan kulinari Indonesia di Australia, antara lain promosi Kain Tapis Lampung, Aceh, Dayak, Batak, Jawa, Songket Nusantara, Makasar, Tenun Ikat, Batik antik dan budaya serta kerajinan Indonesia Timur khususnya dari Nusa Tenggara Timur, Papua dan Maluku.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemain Asal Darwin Ungkap Skandal Federasi Bola di Timor Leste

Berita Terkait