Agama dan Budaya Roh Pancasila, Tak Perlu Dipertentangkan

Jumat, 13 April 2018 – 02:20 WIB
Garuda Pancasila. Foto/ilustrasi: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Syaiful Bakhri mengatakan, agama sangat mulia karena merupakan titah Tuhan Yang Maha Esa.

Sementara itu, budaya mengandung nilai-nilai luhur dan kearifan lokal bangsa Indonesia dengan segala keberagamannya.

BACA JUGA: Bedah Ekonomi Pancasila, Mega Institute Hadirkan Yudi Latif

“Perpaduan itulah yang menjadi sebuah kekuatan dalam Pancasila sebagai fundamental bernegara kita yang syarat dengan harmoni,” kata Syaifu, Rabu (11//4).

Karena itu, pria yang juga salah satu anggota kelompok ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tersebut mengajak seluruh pihak untuk menjaga harmonisasi dan perdamaian. 

BACA JUGA: Pancasila Terbukti Ampuh Jaga Keutuhan Indonesia

Dia mencontohkan kontroversi tentang puisi Sukmawati Soekarnoputri berjudul Ibu Indonesia.

Syaiful Bakhri menilai isu utama yang langsung muncul adalah narasi penistaan agama.

BACA JUGA: Moeldoko Ajak Santri Tidak Meragukan Pancasila

Padahal, kalau ditelaah lagi, ada beberapa narasi lain sebagai dampak dari kontroversi tersebut yaitu kontradiksi agama dan budaya.

Menurut dia, dua entitas yang dalam khazanah nusantara menjadi peradaban Indonesia itu sengaja dibenturkan.

Agama seolah terpisah, bahkan bertentangan dengan budaya. Begitu juga sebaliknya.

“Karena itulah integrasi agama dan budaya perlu dikuatkan kembali dengan pandangan bahwa agama memberi roh religius pada budaya dan budaya memberi ruang kontekstualisasi ajaran agama,” imbuh Syaiful.

Dia menambahkan, keduanya tidak bisa dicampuradukkan, tetapi tidak bisa dipisahkan apalagi dipertentangkan.

“Menjadi religius tidak berarti menanggalkan budaya dan menjadi berbudaya tidak berarti bertentangan (menistakan) agama,” jelas pria kelahiran Kotabaru, Kalsel, 20 Juli 1962 itu.

Menurut dia, sangat tidak elegan bila ada kelompok atau golongan yang sengaja membentur-benturkan masalah ini karena bisa menimbulkan kegaduhan.

Apalagi, benturan-benturan itu akhirnya bermuara di ranah hukum. Sebenarnya, sambung dia, penyelesaian masalah itu akan lebih mudah dengan musyawarah dan mufakat. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Waspadai Munculnya ideologi Pengganti Pancasila


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Pancasila  

Terpopuler