jpnn.com - CAWANG – Tim Penindakan dan Pengejaran (Dakjar) Badan Narkotika Nasional (BNN) masih mempunyai satu target dalam perburuan tahanan narkoba yang kabut dari Rutan BNN. Dia adalah Usman alias Roah, 42, bagian dari sindikat Aceh.
Setelah melarikan diri pada 31 Maret, jejak Usman terakhir terlacak di Puncak, Bogor. Dia kabur ke sana bersama Hamdani Razali, Franky Gozali, Erik Yustin, dan Harry Radiawan setelah transit di Cilincing, Jakarta Utara.
BACA JUGA: Diganjar Empat Tahun Penjara, Ini Reaksi Bonaran
Dari Puncak, mereka berpencar lagi. Harry bersembunyi di Bekasi dan akhirnya tertangkap saat hendak meminjam uang ke temannya. Erik dan Franky kabur ke Pemalang dan ditangkap Dakjar BNN serta Densus 88 Mabes Polri di sebuah rumah kontrakan.
Sementara itu, Usman dan Hamdani diduga pulang ke Aceh. Indikasinya, Hamdani dan Abdulah berangkat bersama ke luar negeri melalui salah satu pelabuhan tikus di Aceh Timur. Mereka berdua bersembunyi di Selangor sebelum dihentikan special branch Polis Diraja Malaysia atas informasi BNN.
BACA JUGA: Mendagri Minta Revisi UU Parpol Sebelum Pemilu 2019
Menurut Kepala Humas BNN Kombespol Slamet Pribadi, pengejaran terhadap Usman alias Uh bin almarhum Syeh dilakukan tim khusus yang telah dibentuk BNN dan Mabes Polri. Sejumlah lokasi persembunyian Usman telah dipetakan. Diduga, pria asal Peurelak Barat, Aceh Timur, tersebut masih berada di Indonesia.
Namun, tim tetap memburu Usman di luar negeri. Mengingat, jaringan narkotika Aceh memang bagian dari sindikat narkoba internasional. ’’Kemungkinan (kabur ke luar negeri) itu ada. Tentu lewat jalur ilegal,’’ katanya kemarin (10/5).
BACA JUGA: Nepal Tolak Taiwan dan Inggris, Tapi Minta Indonesia Perpanjang Bantuannya
Lantas, apakah Usman juga sudah masuk Malaysia bersama Hamdani dan Abdulah? ’’Kemungkinan itu ada. Anggota kami masih di lapangan. Kami seminggu belum pulang, masih mengejar,’’ katanya.
Karena itu, Slamet berharap Usman segera tertangkap. Meski demikian, pihaknya menjelaskan bahwa peran Usman di sindikat tidak terlalu besar. Dia ditangkap di Desa Alue Blue, Peurelak Barat, 15 Februari 2015, dalam kasus penyelundupan 77,3 kilogram sabu-sabu. Tersangka adalah kaki tangan Abdulah alias Dulah yang menjadi bandar besar sabu-sabu jaringan Aceh.
Saat ditangkap, polisi mendapati 75 bungkus sabu-sabu, 1 pucuk senjata api laras panjang M-16 berikut 120 butir peluru, 3 pucuk senjata api gengam jenis FN, 3 magasin, dan 4 butir peluru.
Slamet mengungkapkan, aktor utama sindikat narkoba Aceh tersebut adalah Abdulah dan Hamdani yang telah tertangkap di Malaysia. Keduanya juga jenderal lapangan yang mengoorganisasi pelarian para tahanan dari rutan. Termasuk merekrut petugas rutan BNN untuk membantu pelarian. Caranya, membiarkan penjenguk menyelundupkan gergaji besi.
Selain itu, mereka mengorganisasi anggota jaringan untuk menyiapkan logistik, penjemputan, dan rencana pelarian. Keduanya pun berhasil meminta bantuan anggota jaringan Aceh yang belum tertangkap untuk menyiapkan pendanaan pelarian.
Sejak April, BNN berhasil menangkap sembilan di antara sepuluh tahanan yang kabur dari Rutan BNN pada 31 Maret. Mereka diciduk di beberapa wilayah. Antara lain, Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Dua buron lain ditangkap di Selangor, Malaysia. Empat orang teman dan anggota keluarga para tahanan yang membantu pelarian pun ikut dibekuk petugas. (yuz/co2/noe)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengusaha Ini Bayarkan Mobil Alphard Punya Sutan
Redaktur : Tim Redaksi