UNTUNGLAH Agus Martowardojo dan Emirsyah Satar tidak jadi menteriBelum tentu baik orang sehebat Agus dan Emir masuk kabinet
BACA JUGA: Menteri Pariwisata Baru Kita: Julia Roberts!
Agus Martowardojo, Dirut Bank Mandiri itu, pernah dispekulasikan menduduki jabatan menteri BUMNKedua orang profesional itu, kalau tidak lebih hebat daripada menteri yang ada, setidaknya tidak akan kalah
BACA JUGA: Cermati Empat Menteri dalam 100 Hari Pertama
Saya memang punya prinsip jangan semua orang hebat masuk dalam kabinetBACA JUGA: Agar Birokrasi di Bawah Menteri Bergerak Cepat
Sedang pos-pos yang memerlukan kerja keras beneran di sektor riil harus dijaga agar tetap berada di tangan orang seperti Agus Martowardojo dan Emirsyah SatarOrang seperti Agus dan Emir harus bersyukur tidak masuk kabinetKalaupun keduanya tidak bersyukur, kami-kamilah rakyat Indonesia yang bersyukurKebanggaan dan kepercayaan terhadap Bank Mandiri yang mulai tumbuh bisa terus dikembangkan menjadi bank berskala internasionalAgus Martowardojo akan mampu mewujudkannya.
Demikian juga kebanggaan kepada Garuda Indonesia yang mulai muncul, diharapkan bisa berlanjut menjadi sebuah kebanggaan karena Garuda kembali mampu berkiprah di jalur internasionalEmirsyah Satar yang sudah berhasil mengangkat Garuda dari lembah penghinaan masih memerlukan waktu untuk membuat Garuda terbang tinggi.
Adapun kabinet biarlah diisi orang-orang yang berebut jatahBegitu banyak pihak yang merasa harus mendapat jatahSampai-sampai mereka harus merebut, mengancam, mencela, menyikut, dan menyindirBayangkan betapa sulitnya Presiden SBY ketika menyusun kabinet baruHarus ada jatah untuk partai-partaiUntuk suku-suku besarUntuk agama-agamaUntuk gender (jatah laki-laki dan jatah wanita)Untuk pegawai karirUntuk jatah profesionalJatah untuk tentara dengan subjatah angkatan darat, laut, udara dan polisiJatah untuk universitas: untuk ITB-IPB-UI-UGM-ITS-Unair dan perwakilan universitas kecilJatah untuk menteri lama agar ada kesan terjadi kontinuitasMasih ada lagi jatah untuk sebuah pertimbangan khusus
Sedikit saja penjatahan itu kurang merata, bisa-bisa negara kurang harmonisMisalnya saja sekarang iniBelum apa-apa golongan tertentu di Ambon sudah mengancam memisahkan diri dari Indonesia hanya karena tidak ada orang Ambon dalam kabinetPadahal, bisa saja sebentar lagi orang Ambon yang sangat hebat, yang sekarang sudah menjadi orang kunci di Sesneg seperti Lambock (Wakil Sekretris Kabinet Lambock VNathans), akan mendapat jatah sebagai sekretaris kabinet
Memang, secara tradisional suku Ambon selalu terwakili dalam kabinet, sebagaimana suku Padang, Batak, Jawa, Manado, Bali, Palembang, dan BanjarmasinOrang seperti Gusti Hatta yang menjadi menteri lingkungan hidup, misalnya, tidak hanya membuat kaget masyarakat, tapi juga mengagetkan dirinya sendiriKetika sudah dipanggil ke Jakarta pun dia masih mengira hanya akan diangkat menjadi rektor universitas setempatBarangkali dia tidak tahu kalau sampai hari itu jatah untuk Kalimantan belum ada.
Rasa iri itu bukan hanya monopoli orang AmbonDi kalangan universitas pun mulai ada guyon: IPB itu singkatan dari Institut Pejabat BUMN! Ini bermula karena pejabat-pejabat di BUMN, mulai menterinya sampai deputinya adalah lulusan Institut Pertanian BogorAtau kalau dalam kabinet kemarin ITB menjadi penguasa, kini direbut kembali oleh UIMaka, ke depan, harus ada tekad bulat dari para alumni ITB Bandung untuk menggelorakan bait lagu "Mari Bung rebut kembali!"Maksudnya untuk kabinet lima tahun ke depan.
Maka, saya lega ketika Agus Martowardojo dan Emirsyah Sattar tidak mendapat jatah itu "mungkin karena dilahirkan dari suku yang salah atau dari universitas yang jatahnya sudah kebanyakanYang jelas, keduanya bukan orang partaiKeduanya orang profesional yang dalam kabinet jatahnya hanya sedikit dan sudah habis untuk sekalian memenuhi jatah menteri lama.
Sebaiknya memang, jangan semua yang hebat-hebat menjadi menteriNegara akan sangat kehilangan kalau Agus menjadi menteriNegara ini lebih memerlukan memiliki bank yang bisa bersaing di tingkat internasionalAgus sudah membuktikan bisa mengubah Bank Mandiri menjadi raksasa perbankan dengan kultur baru yang sangat hebat
Saya kagum orang seperti Agus bisa mengubah bank milik pemerintah yang demikian parah bisa menjadi bank terbesar dengan kultur yang berubah totalOrang-orang keuangan saya terkagum-kagum bahwa kini orang-orang Bank Mandiri tidak lagi minta komisi kreditBahkan, diberi kenang-kenangan pun tidak mauIni sungguh revolusi luar biasa yang dilakukan AgusDia adalah man in action di lahan yang memungkinkan untuk action ituBelum tentu man in action seperti
Agus bisa tetap beraksi di lahan yang terjepit: atasnya besi, bawahnya api
Dalam masa jabatannya itu pula Bank Mandiri bisa mengalahkan BCA dengan cepatBukan saja di bidang kinerja keuangan, tapi sampai ke soal servisnyaDulu, begitu parahnya bank pemerintah, sampai-sampai menimbulkan rasa minder secara nasional: tidak mungkin bank pemerintah bisa mengalahkan swasta seperti BCA
Saat itu BCA-lah raja bank di IndonesiaMulai kinerja keuangannya, servisnya sampai ke modernitas teknologinyaKini Agus berhasil membalik pesimisme itu.
Persaingan bank, terutama secara internasional, sangat beratAguslah yang harus diandalkan untuk membendung laju perbankan asing yang sedang berebut menguras sumber dana nasionalTentu dengan cara profesional seperti yang dilakukan AgusBukan dengan cara regulasi yang kini tidak zamannya lagi.
Prestasi yang kurang lebih sama ditunjukkan Emirsyah SatarSaya sudah menuliskannya panjang lebar di harian ini beberapa waktu laluGaruda sudah mendapatkan nakhoda yang hebatGaruda memerlukan satu periode lagi untuk bisa benar-benar mendapatkan kepercayaanDari perusahaan penerbangan yang hanya menjadi tempat cibiran berubah menjadi kebanggaan nasional sebagaimana Bank Mandiri.
Kita memerlukan lebih banyak orang seperti Agus Martowardojo dan Emirsyah SatarSudah terlalu banyak orang yang bisa menjadi menteri "apalagi dasarnya hanya jatahTapi, terlalu sulit menciptakan orang seperti Agus dan Emirsyah
Harus diakui, Presiden SBY telah menciptakan iklim yang baik untuk lahirnya orang-orang seperti ituBisa jadi keduanya juga tidak akan bisa maksimal kalau saja iklim yang diberikan kepada mereka tidak selonggar sekarangBahkan, Emirsyah berani mengajukan syarat ketika diminta menduduki jabatan Dirut Garuda ituDan Presiden SBY memberikan ruang untuk terjadinya bargaining seperti itu.
Di zaman ini, orang akan mudah melupakan siapa pernah menjadi menteri apaBahkan, siapa sedang menjadi menteri apaZaman ini adalah zaman korporasiApalagi di masa depanKarena itu, Agus Martowardojo dan Emirsyah Satar akan lebih abadi sebagai pemimpin besar korporasi yang besarKelak, kebanggaan Indonesia akan lebih dibuat oleh prestasi orang-orang seperti Agus dan Emir(*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Catatan dari World Media Summit di Beijing
Redaktur : Tim Redaksi