jpnn.com, JAKARTA - Bisphenol A atau BPA merupakan zat kimia yang digunakan untuk membuat plastik polikarbonat dan resin epoksi sejak 1940-an.
BPA awalnya banyak dipakai untuk memproduksi barang rumah tangga, seperti botol minum, tempat makan, mainan anak, pipa air, termasuk galon air minum.
BACA JUGA: BBPOM Medan Cek Ambang Batas BPA Galon Air Minum, Hasilnya Aman
Saat ini, penggunaan BPA sebagai kemasan pangan sudah dilarang di banyak negara, seperti Amerika Serikat, Kanada, Prancis, Swedia, dan Australia.
Di Indonesia sendiri, regulasi tentang batasan maksimal BPA pada kemasan masih belum ketat dan mengikuti aturan lama.
BACA JUGA: Wajar Jika Masyarakat Mendukung Pelabelan BPA pada Galon Guna Ulang
Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) Prof. Junaidi Khotib sempat menyebutkan bahwa European Food Safety Authority (EFSA) pada 2023, makin menurunkan batas toleransi BPA pada galon, yaitu 0,0002 mikrogram per kilogram berat badan.
"Angka itu menurun 20.000 kali dari aturan sebelumnya," ujar Junaidi Khotib, dikutip dari kanal Richard Lee, di YouTube, Minggu (1/10).
BACA JUGA: Pakar Kesehatan Reproduksi Bantah BPA Berpotensi Sebabkan Kemandulan
EFSA sebelumnya diketahui juga membatasi migrasi BPA sebesar 0,05 ppm. Sementara di Indonesia, BPOM masih menggunakan aturan lama yang menetapkan batasan migrasi BPA sebesar 0,6 ppm.
Bahkan, temuan BPOM sepanjang 2021-2022 menunjukkan masih ada enam daerah di Indonesia, yang kandungan BPA pada galon isi ulang lebih dari batas yang ditentukan.
Isu ini sangat penting dibahas karena BPA sangat berbahaya, bahkan mengancam kesehatan anak-anak.
Berdasarkan laporan program toksikologi nasional di AS pada 2008, ditemukan bahwa BPA berdampak pada otak, perilaku, dan kelenjar prostat pada janin dan bayi. BPA bisa masuk lewat plasenta, ASI, susu botol atau makanan dan minuman yang terkontaminasi BPA.
Kandungan BPA yang masuk berlebihan ke dalam tubuh bisa memperlambat perkembangan tinggi dan berat badan serta perkembangan saraf.
Selain itu, BPA juga bisa mengganggu sistem reproduksi, contohnya anak laki-laki akan pubertas lebih awal dan anak perempuan bisa tertunda pubertasnya.
Tak hanya itu, BPA juga berisiko mengganggu tumbuh kembang anak. Contohnya menyebabkan perilaku depresif, hiperaktif, dan ansietas. BPA juga dapat memengaruhi senyawa otak, seperti dopamin, serotonin, dan hormon tiroid.
Efek menyeramkan dari BPA bagi anak-anak sebenarnya tidak bisa dilihat dalam jangka waktu pendek, melainkan saat anak-anak mulai tumbuh dewasa. Bisa jadi akan terlihat tanda-tandanya, bahkan hingga kanker.
Oleh sebab itu, para orang tua harus memastikan setiap barang yang masuk ke mulut anak terbebas dari BPA atau BPA free.
Khususnya pada penggunaan galon air minum atau alat-alat makan di rumah yang harus BPA free atau sebagai alternatifnya lebih baik menggunakan plastik PET. (jlo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh