Ahmad Basarah Soroti Radikalisme dan Aksi Bom Bunuh Diri yang Melibatkan Generasi Milenial

Senin, 26 April 2021 – 23:57 WIB
Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah saat menjadi narasumber Dialog Empat Pilar kerja sama MPR dengan Koordinatoriat Wartawan Parlemen di Media Center Kompleks Parlemen Jakarta, Senin (26/4/2021). Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah mengingatkan radikalisme dan bom bunuh diri yang melibatkan generasi milenial terjadi pascadibubarkannya Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7) dan hilangnya materi Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) dari kalangan pelajar, mahasiswa dan aparatur negara.

Sejak BP7 dibubarkan, tidak ada lagi lembaga yang berkewajiban menyosialisasikan dasar dan ideologi negara.

BACA JUGA: Ahmad Basarah: Pancasila Puncak Kebudayaan Bangsa Indonesia

“Sejak P4 ditiadakan, tidak ada lagi pelajaran mengenai dasar dan ideologi negara kepada pelajar, mahasiswa dan aparatur Negara,” ujar Ahmad Basarah saat menjadi narasumber Dialog Empat Pilar kerja sama MPR dengan Koordinatoriat Wartawan Parlemen di Media Center Kompleks Parlemen Jakarta, Senin (26/4/2021).

Tema yang dibahas dalam dialog tersebut adalah Menangkal Penyusupan Ekstrimisme di kalangan Anak Muda.

BACA JUGA: Membangun Literasi Digital Pancasila Lewat Pesantren Kilat

Selain Basarah, dialog tersebut juga menghadirkan narasumber Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti.

Lebih lanjut, Basarah mengatakan generasi milenial mencari-cari ideologi dan dasar negara yang dipakai di negara lain, meski belum tentu sesuai dengan Indonesia. Kondisi ini makin rumit, karena generasi muda lebih percaya kepada media sosial daripada media massa konvensional.

BACA JUGA: BPIP: Pancasila Harus Jadi Mata Pelajaran Wajib di Sekolah, Begini Alasannya

Terbukti tingkat kepercayaan masyarakat kepada medsos mencapai 20,3%. Angka ini lebih besar daripada kepercayaan masyarakat terhadap informasi yang dikeluarkan secara resmi oleh website lembaga pemerintah hanya 15,3%.

“Harus diakui, negara pernah abai terhadap pentingnya sosialisasi dasar dan ideologi negara. Dianggapnya sila-sila dalam Pancasila, itu bisa diartikan sesuai rezim pemerintahan yang berkuasa. Sehingga saat penguasanya berganti, Pancasilanya pun harus berganti. Lantas bagaimana anak-anak muda akan memahami Pancasila, kalau disosialisasikan pun tidak pernah,” kata Basarah.(jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler