JAKARTA - Ketidaktegasan pemerintah dalam menuntaskan polemik seputar pelarangan aliran Ahmadiyah di Indonesia memunculkan masalah baruSedikitnya tiga nyawa anggota Ahmadiyah melayang akibat bentrok di Cikeusik, Pandeglang, Banten pada Minggu (6/2) 10:45 WIB pagi
BACA JUGA: Kapolri Pastikan Pelaku Bukan Ormas
Belum diketahui pasti pemicu penyerangan yang berujung bentrok berdarah yang menewaskan Roni (20), Parno (35), dan Mulyadi (35) dan melukai sejumlah anggota Ahmadiyah"Kami diserang
BACA JUGA: Sehat wal Afiat, Nunun Nurbaeti Keluyuran di Luar Negeri
Itu saja, yang pasti tidak ada kami memprovokasi warga kami tahu diri kalau kami minoritas," ujar juru bicara Ahmadiyah Mubarik Ahmad ketika dihubungi di Jakarta kemarin.Menurut Mubarik, para anggota jamaah Ahmadiyah itu diserang ketika sedang melakukan silaturahmi di kediaman salah satu tokoh yakni Ustadz Suparman di Cikeusik, Banten
BACA JUGA: Menkopolhukam : Jangan Usik Warga Ahmadiyah
Mereka datang dengan membawa senjata tajam dan melakukan penyerangan secara membabi-buta sehingga tiga orang anggota jamaah meninggalBeruntung, ketika terjadi penyerangan, Suparman dan keluarganya, telah diungsikan ke Pandeglang, karena telah mendapat kabar penyerbuan itu"Kepolisian sudah melakukan pejagaan namun jumlahnya tidak seimbang," jelas dia.
Informasi yang dihimpun Jawa Pos menyebutkan bahwa penyerangan terjadi akibat sikap jamaah Ahmadiyah menantang warga setempatNamun, hal itu dibantah keras oleh MubarikMenurut dia yang terjadi adalah murni penyerangan karena itu dia meminta kepolisian mengusut tuntas kejadian itu.
Pasca bentrokan Kementerian Kordinator Politik Hukum dan Keamanan menggelar rapat mendadak.Rapat digelar di Kantor Menko Polhukam di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat pukul 20.00 WIB tadi malamRapat dihadiri Menko Polhukam Djoko Suyanto, Kapolri Jenderal Timur Pradopo, Mendagri Gamawan Fauzi, Menteri Agama Surya Dharma Ali dan Jaksa Agung Basrief Arief
"Pemerintah mengutuk keras penyerangan ini dan kami pastikan akan mengusut tuntas siapa pelakunyaPemerintah melarang aksi kekerasan terhadap sesama anak bangsaKarena itu, aparat harus bertindak tegas dan mengusut pelaku kekerasan," singkat Djoko jelang pertemuan tertutup tersebut.
Secara terpisah, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj mengutuk keras aksi penyerangan terhadap anggota Ahmadiyah tersebutSaid mengatakan secara akidah, kalangan Islam, termasuk NU, tidak membenarkan ajaran Ahmadiyah karena menyimpang
Namun hal itu bukan berarti tindakan semena-mena boleh dilakukan terhadap anggota Ahmadiyah"Tidak ada kekerasan yang dibenarkanKalau mereka dicaci maki, dipukuli, dibunuh, diusir, dan rumahnya dirusak akan membuat mereka semakin fanatik," jelas dia.
Said mengatakan, solusinya adalah mengajak Ahmadiyah kembali ke Islam yang benar melalui dialogSaid optimistis anggota Ahmadiyah bisa menerima dengan baik ajakan untuk kembali ke ajaran Islam jika pemahaman mereka diluruskan"Jika nabi palsu Mushaddeq saja bertaubat mengakui kekeliruannya maka mereka pasti bisa," jelas dia.
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) H Amidhan menambahkan, kekerasan yang terjadi ini akibat pemerintah tidak tegas memberlakukan Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang pembubaran AhmadiyahPadahal harusnya jamaah Ahmadiyah mematuhi SKB pemerintah dan membubarkan diri dengan legawaTentunya, pemerintah harus menindak mereka yang menolak membubarkan diri
"Telah ditetapkan jika Ahmadiyah tidak boleh mengajarkan ajarannyaNamun kenyataaannya Ahmadiyah tetap mengajarkan ajarannya," kritik dia.
Menurut Amidhan, SKB yang tidak dilaksanakan dengan tegas memicu keresahan wargaApalagi, aktivitas Ahmadiyah terus dilakukan dan ketika beraktifitas mereka kerap dilindungi polisiHal itu yang justru memicu kesalahpahaman dan terjadilah bentrokan fisikKarena itu, Amidhan meminta agar pemerintah tegas membubarkan Ahmadiyah"Atau Ahmadiyah dijadikan agama tersendiri, dan tidak masuk dalam bagian agama Islam," pungkas dia(zul)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Kecam Insiden Cikeusik
Redaktur : Tim Redaksi