jpnn.com, JAKARTA - Peneliti Alpha Research Database Indonesia Ferdy Hasiman menilai, penetapan mantan Gubernur DKI-Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi Komisaris Utama Pertamina, memberi angin segar bagi jajaran board of director (BOD) untuk bekerja secara profesional mengolah bisnis hulu-hilir Pertamina.
Menurutnya, tugas paling penting Pertamina ke depan ialah menaikan produksi dan lifting minyak nasional dan membangun kilang minyak untuk mengurangi impor yang membenani keuangan negara.
BACA JUGA: Ada yang Pesimistis Ahok dan Condro Kirono Bisa Bikin Gebrakan di Pertamina
"Selama periode pertama pemerintahan Jokowi, satu atau dua direktur utama Pertamina sebenarnya memiliki niat baik memperbaiki manajemen internal-eksternal Pertamina, tetapi gagal karena masuknya intervensi non-korporasi ke internal Pertamina," ujar Ferdy di Jakarta, Selasa (26/11).
Ferdy menduga banyak intervensi non-korporasi di Pertamina, termasuk datang dari mafia migas yang tak ingin Pertamina memperbaiki manajemen hulu, agar produksi minyak dan gas naik.
BACA JUGA: Pasar LCGC Terseok-seok, Datsun Indonesia Tak Tertolong
Mafia migas juga tak ingin direksi-direksi Pertamina berjuang membangun kilang-kilang migas dalam negeri, seperti peremajaan kilang Cilacap atau kilang Balongan, karena itu menutup ruang gerak mereka mencari untung dari impor migas.
Intervensi non-korporasi juga diduga datang dari oknum politikus yang sering meminta jatah dana corporate social responsibility (CSR) atau dana Tunjangan Hari Raya (THR) melalui pintu belakang.
BACA JUGA: Ini Susunan Pimpinan Pertamina, Ada Ahok Hingga Komjen Condro Kirono
Seperti yang terjadi dalam kasus mantan politikus Partai Demokrat, almharhum Sutan Batugana pada masa pemerintahan SBY.
Risikonya, Pertamina tidak bisa mengolah dana CSR dengan baik untuk meningkatkan standar hidup rakyat lingkar tambang.
"Nah, penetapan Ahok sebagai komisaris utama Pertamina dalam konteks ini sangat penting, karena Ahok memiliki pengalaman melawan oknum politikus dan birokrat yang mencoba bermain memburu rente dari keuangan daerah," ucapnya.
Selain itu, Ahok menurut Ferdy juga berani melawan monopoli pengusaha yang menghambat penataan kota, seperti penataan Pasar Tanah Abang. Ahok juga memiliki cara brilian tanpa melanggar aturan membangun Taman Kota di DKI Jakarta dengan dana CSR korporasi.
"Jadi, Ahok tak diragukan lagi, ditakuti para mafia dan oknum politikus karena bersih, berani, teliti dan detail. Apalagi di Pertamina secara psikologis, Ahok adalah orang terdekat Presiden Jokowi. Keberadaan Ahok sebagai komisaris utama memberikan jaminan keamanan kerja bagi direksi. Direksi semestinya tak takut lagi dengan intervensi non-korporasi di Pertamina," pungkas Ferdy. (gir/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang