jpnn.com, JAKARTA - Direktur Ekskutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy Satyo Purwanto menyarankan Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menggandeng eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.
Terutama, kata dia, setelah muncul isu kudeta di Demokrat yang melibatkan nama Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko.
"AHY disarankan, sudah selayaknya mengundang Gatot Numantyo bergabung ke partai besutan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono, red) tersebut," kata Satyo dalam pesan singkatnya kepada jpnn, Kamis (4/2).
Menurut Satyo, Demokrat dan AHY perlu memandang serius isu kudeta ini. Terlebih lagi, kata dia, muncul narasi Presiden Joko Widodo (Jokowi) merestui kudeta itu.
BACA JUGA: Pengakuan Kader Demokrat yang Pernah ke Jakarta, Takut Dituduh Ikut Kudeta
"AHY harus segera memposisikan diri untuk tidak dimangsa oleh Moeldoko, apalagi jika dukungan Jokowi kepada Moeldoko benar adanya. Bukan hanya klaim dan hanya sebuah kebohongan belaka," beber aktivis 98 itu.
Menurut Satyo, saat ini Gatot menjadi simbol oposisi terhadap pemerintah. Hal itu terlihat dari diterimanya manuver politik Gatot bersama Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) oleh masyarakat.
BACA JUGA: Menghadapi Ancaman Kudeta, Andi Demokrat Menyampaikan Seruan
Selain itu, kata dia, selama pemerintahan era Jokowi, Gatot dan Demokrat tampak memiliki suara yang sama. Misalnya ketika Gatot bersama Demokrat bersuara menolak UU Omnibus Law.
Menurut Satyo, ketika AHY menggandeng Gatot, konsolidasi internal Demokrat akan semakin kuat. Ujungnya upaya kudeta di Demokrat bisa diantisipasi.
"Dapat dipastikan Gatot merupakan ancaman serius bagi rencana keberhasilan Moeldoko ke depan. Selain itu, Gatot juga menjadi pesaing Moeldoko dikalangan mantan tentara maupun di Partai Demokrat yang dipimpin AHY," ujar dia. (ast/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan