Ai Fatimah Bicara Merawat Kebhinnekaan di Tengah Gempuran Modernisasi dan Globalisasi

Sabtu, 08 Mei 2021 – 22:52 WIB
Dosen Universitas Muhammadiyah Prof. Uhamka Jakarta Ai Fatimah Nur Fuad, MA., Ph.D dalam diskusi bertajuk “Inspirasi Walisanga: Merawat Kebhinekaan” yang ditayangkan melalui kanal BKNP PDIP di YouTube, Sabtu (8/5). Foto: Istimewa.

jpnn.com, JAKARTA - Dosen Universitas Muhammadiyah Prof. Uhamka Jakarta Ai Fatimah Nur Fuad, MA., Ph.D mengatakan Indonesia terdiri dari banyak pulau, dengan budaya yang beragam, bahasa, ras, suku, dan tradisi serta adat istiadat lokal yang juga berbeda-beda.

Namun, Ai Fatimah menyatakan bahwa perbedaan itu bukanlah pemisah satu sama lain, melainkan pemersatu dan tetap menjadi satu kesatuan dalam rumah yang sama yaitu bangsa Indonesia.

BACA JUGA: Bang Syauqillah UI Tegaskan Terorisme bukan Ajaran Agama Mana pun

Menurutnya, salah satu identitas Indonesia yang paling dominan dari dulu hingga sekarang adalah keragaman, atau kebhinekaan.

"Identitas tersebut tidak terbentuk dalam waktu yang singkat, namun hasil dialog sejarah panjang dari generasi ke generasi, dan senantiasa eksis dari dahulu hingga sekarang ini," kata Ai Fatimah dalam diskusi bertajuk “Inspirasi Walisanga: Merawat Kebhinekaan” yang ditayangkan melalui kanal BKNP PDIP di YouTube, Sabtu (8/5).

BACA JUGA: Ngabuburit Bersama BKNP PDIP, Ngawati Al Zastrow: Islam Mengajarkan Harmonisasi Manusia dan Alam

"Bhinneka Tunggal Ika yang bermakna berbeda-beda tetapi tetap satu itu merupakan semboyan bangsa Indonesia saat ini dan yang akan datang, juga sudah terbukti di masa-masa sebelumnya," kata Ai Fatimah.

Menurutnya, kehidupan manusia dengan aspek sosial yang berbeda perlu dikaji ulang, untuk kembali direvitalisasi dan reorientasi sesuai petunjuk Al-Qur'an.

BACA JUGA: Ketua DPR Puan Maharani: Keberagaman Adalah Taman Sarinya Indonesia

Dia menegaskan bahwa manusia mutlak memerlukan bimbingan dan petunjuk.

"Petunjuk itu telah turun berada di tengah-tengah kita saat ini, yaitu Alquranul Karim," jelasnya.

Berdasarkan petunjuk Al-Qur'an, kata Ai Fatimah, pluralisme (keragaman) sangat penting terutama dalam semangat persatuan dan kesatuan bangsa.

Keragaman merupakan potensi strategis untuk mewujudkan pembangunan dan sekaligus sebagai rahmat Allah SWT.

Dia menegaskan keragaman merupakan kekuatan atau energi untuk membangun kebersamaan.

Menurutnya, dalam Al-Qur'an juga disebutkan bahwa perbedaan bangsa, budaya dan seterusnya, itu sebetulnya merupakan jalan untuk bagaimana bisa mengenali satu sama lain, lalu menghormati, saling menghargai.

"Sehingga akan tumbuh potensi-potensi terbaik dalam menghargani kebhinnekaan dan kebersamaan dalam berbangsa," lanjut Ai Fatimah.

Menurutnya, prinsip yang diajarkan Al-Qur'an sangat jelas bahwa keragaman (plural) merupakan sunnatullah dan anugerah Yang Mahakuasa.

Dia menambahkan pluralisme adalah salah satu ciri utama dari masyarakat multikultural seperti Indonesia.

Ayat Al-Qur'an juga banyak mengandung pesan-pesan bahwa harus berlaku adil di atas segala perbedaan yang ada, baik sebagai warga masyarakat yang memang berada di Indonesia yang plural ini, atau sebagai seorang hamba Tuhan.

Kemudian, Ai Fatimah mengutip Al-Qur’an Surah Al-Maidah Ayat 8.

“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan,” jelas Ai Fatimah.

Dari ayat Al-Qur’an ini, kata dia, sebagai manusia tidak boleh memandang orang lain dengan sebelah mata hanya karena adanya perbedaan suku, agama, atau adat istiadat.

Menurut dia, dalam berinteraksi satu sama lain harus tetap mengedepankan rasa keadilan, yang merupakan petunjuk bagi kehidupan umat manusia dalam konteks berbangsa dan bernegara.

Perbedaan di antara sesama manusia jangan lantas menjadikan sebuah jurang yang menganga antara satu dengan lainnya.

Namun, kata Ai Fatimah, justru ini sebuah anugerah yang patut disyukuri dan harus senantiasa dirawat dengan baik.

Meskipun di tengah keragaman ini, banyak efek negatif dari poros globalisasi dan modernitas yang merambah tidak hanya pada jalan kehidupan pribadi, tetapi juga jalan kehidupan berbangsa dan bernegara, yang mana dimensi kehidupan manusia tengah mengalami tirani modernisasi

Menurut dia, kondisi seperti ini sangat dimungkinkan agar aspek pemahaman pluralitas mampu menjadi filter terhadap bahaya modernisasi secara fungsional dan profesional yang menggerus nilai-nilai kebersamaan.

“Perbedaan masyarakat kita baik nasional maupun global, harus tetap bisa mempertahankan dan memupuk pemahaman kebhinnekaan kita sesuai dengan tuntunan dan anjuran Al-Qur’an di tengah globalisasi seperti sekarang ini," pungkas Ai Fatimah.

Program Ngabuburit BKNP PDIP dengan tema besar ‘Mata Air Kearifan Walisanga’ hadir setiap hari pukul 17.00 selama Ramadan.

Sementara sebelum sahur, ditampilkan program sejenis juga. Semuanya dapat diikuti melalui kanal BKNP PDI Perjuangan di Youtube, BKNPusat di Instangram dan Badan Kebudayaan Nasional Pusat di Facebook. (*/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler