jpnn.com, TRENGGALEK - Musim kemarau yang berkepanjangan juga dirasakan sebagian warga Trenggalek di wilayah perkotaan. Misalnya, yang dialami warga di Dusun Sukorejo, Desa Karangsoko, Kecamatan Trenggalek.
ZAKI JAZAI, Trenggalek
BACA JUGA: Air Sungai pun Dijual Rp 70 Ribu
SEPERTI wilayah kecamatan kota pada umumnya, jalanan aspal maupun paving terlihat cukup baik untuk dilalui ketika Jawa Pos Radar Trenggalek mengunjungi salah satu lokasi di Dusun Sukorejo, Desa Karangsoko, Kecamatan Trenggalek.
Bisa dibayangkan, dengan keadaan itu, pasti jalur di wilayah tersebut mudah dilalui. Sesampainya di lokasi, beberapa warga yang didominasi ibu-ibu dan anak-anak berkumpul di empat titik yang tersebar di empat RT, yaitu RT 2, 3, 4, dan 7 yang semuanya masuk RW 1.
BACA JUGA: Bencana Kekeringan, Waspada Musim Paceklik
Mereka juga membawa berbagai wadah seperti jeriken, tong plastik, dan ember untuk menampung air.
Aktivitas tersebut bukannya tanpa alasan. Saat itu memang ada kabar bahwa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek memberikan bantuan air bersih.
BACA JUGA: Kekeringan, Warga Terpaksa Cari Air Bersih di Telaga
Benar saja, ketika ada mobil tangki melewati jalan tersebut, beberapa warga yang masih berada di dalam rumah langsung berlari menghampirinya.
''Syukurlah ada bantuan air datang. Jadi, saya bisa mandi sore ini (kemarin, Red)," ungkap Mukatmi, salah seorang warga.
Ya, sejak tiga bulan lalu, mereka kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Sebab, sejak musim kemarau tiba, sumur warga mengering.
Hal itu membuat warga setempat berupaya menghemat air. ''Makanya, sejak tiga bulan lalu, untuk minum dan keperluan konsumsi lain, kami terpaksa membeli air mineral dan air isi ulang," kata Mukatmi.
Tidak ada yang bisa dilakukan warga selain menghemat air. Salah satu caranya, mengurangi pembilasan ketika mencuci. Bahkan, mereka hanya mandi satu kali dalam sehari. Karena itu, warga sangat bersyukur ketika ada bantuan air bersih dari PDAM.
Untuk membagi air, warga setiap RT sepakat membuat tandon darurat dari plastik terpal. Tandon darurat itu diletakkan di depan halaman rumah salah seorang warga yang mudah dijangkau.
Setelah tandon darurat itu diisi, warga di RT bersangkutan yang membutuhkan air tinggal mengambil sendiri. Cara tersebut cukup efektif sebagai cadangan air warga untuk seminggu mendatang.
''Jadi, ketika mobil tangki bantuan air bersih datang, petugas mengisi tandon air darurat setelah mengecer atau memenuhi permintaan warga yang berkumpul," ujar warga RT 2 tersebut.
Hal senada diungkapkan Sunarti, warga di RT 4. Dia mengatakan, sebenarnya kesulitan air telah terjadi di daerahnya sekitar empat tahun lalu. Namun, kejadian tahun ini merupakan yang terparah. Air di sumurnya dan warga lain tidak ada.
''Tahun lalu, kendati minim, air sumur masih bisa digunakan, untuk saat ini tidak bisa dimanfaatkan," imbuhnya.
Kendati telah dibantu air bersih dari pemerintah, untuk menghemat, dia tetap membeli air minum mineral. Sebab, biasanya air kiriman itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan selama seminggu.
Jika cadangan air di tandon habis dan belum ada kiriman, dia terpaksa mencari air di sumber atau sumur warga di RT lain yang tidak mengalami kekeringan dengan jarak sekitar 1 kilometer dari rumahnya.
Kekeringan di wilayah tersebut sangat disesalkan warga. Alasannya, wilayahnya tidak jauh dari kota yang memiliki akses tidak terlalu sulit.
Seharusnya hal itu bisa mempermudah pemerintah untuk melaksanakan berbagai program guna mengatasi kekeringan.
Sebenarnya di wilayah lain dalam lingkup satu desa telah dilakukan pipanisasi. Namun, itu hanya diperuntukkan sebagian wilayah tertentu.
''Semoga saja tahun depan di wilayah sini juga dilakukan pipanisasi. Dengan begitu, ketika musim kemarau seperti saat ini, kami tidak kesulitan air bersih," jelas perempuan 45 tahun tersebut. (*/tri/c7/diq/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Krisis Air Bersih, Warga di 31 Desa Hanya Mandi Satu Kali
Redaktur & Reporter : Natalia