jpnn.com - LIANA, 45, menangis. Matanya memerah. Ada air mata yang terlihat jatuh di pipi perempuan itu. Dia masih tak percaya jika anak keduanya Feri Novendi terjangkit jaringan terorisme.
‘’Dia anaknya baik, pendiam. Tidak mungkin ikut jadi teroris,’’ ujarnya tak percaya.
BACA JUGA: Serda Nana, Tentara yang Rajin Berdakwah
Dengan memakai kerudung hitam, ditemani mantunya yang juga istri dari Feri, Liana tak kuasa melihat rumahnya digeledah tim Densus 88, kemarin (8/6). Dia juga tidak mengira Feri menyimpan beberapa bahan yang bisa digunakan untuk merakit bom.
‘’Beberapa minggu ini dia (Feri, RED) jadi pendiam, waktu ditanya kenapa bilangnya gakpapa,’’ terang Liana yang terlihat masih shock atas penangkapan anak bungsunya tersebut.
BACA JUGA: Salut, Bambang Tetap Jadi Satpam Meski Kelola Bisnis Hotel Sendiri
Dia juga mengatakan bahwa Feri adalah anak yang baik, tidak pernah menyusahkan kedua orang tuanya. Disamping itu Feri juga rajin mengaji karena sempat dipondokkan di Langitan dan Gontor.
Warga sekitar rumah yang digeledah Densus 88 juga tidak menyangka bahwa Feri terlibat jaringan radikal ISIS. Seperti yang dikatakan oleh Gufron Muhammad, 50.
BACA JUGA: Salat Tarawih Tengah Malam, Pulang Harus Pamitan
Dia mengatakan terduga teroris itu memang anak yang tertutup. Bahkan dia tidak pernah terlihat bersosialisasi dengan teman-teman di rumahnya. ‘’Dia dari kecil di sini, tapi jarang gumbul,’’ bebernya.
Gufron hanya tahu terakhir Feri bekerja di salah satu distributor emas, bagian packaging. Menurut pengakuan pria yang sudah tinggal lama di daerah Lebak Agung itu, rumah kediaman Feri yang digrebek seminggu terakhir memang tidak berpenghuni.
Tidak ada aktivitas yang terlihat menonjol disana. ‘’Kaget mas, wong dia itu baik dan pendiam. Istrinya guru TK. Pokoknya tidak ada kesan kriminal,’’ tegasnya.
Hal berbeda justru terjadi pada terduga teroris lain bernama Priyo Hadi Purnomo. Beberapa tetangga mengaku Priyo dikenal seorang mantan residivis. Yakni kasus narkoba dan penggelapan. ‘’Dia pernah masuk penjara 8 tahun,’’ ujar salah seorang warga yang namanya tidak mau dikorankan.
Menurut keterangan tetangga Priyo, Rijan, 64, semingguan terakhir saat Pur (sapaan Priyo di rumah, RED) tinggal dan menetap di Lebak Timur. Dia sering melihat beberapa anak muda umur 20-30an cangkruk di depan rumah Pur.
‘’Anak-anak itu beda, tidak menyapa, tidak ketawa, pokoke meneng ae, ditakoni yo meneng ae, jadi curiga orang-orang sini,’; kata pria yang tinggal tepat di depan rumah terduga teroris itu.
Rijan juga mengenal sosok Pur adalah pria yang nakal. Selain mantan residivis, Pur dikenal kerap membawa teman-temannya yang terlibat berbagai kasus kriminal. ‘’Wong omahe banyak yang tidak suka Pur dan teman-temane, sering dimarahi,’’ katanya.
Hal senada juga diungkapkan kakak kandung Pur, Anik Puji Rahayu, 39. Bahkan, dia sudah mewanti-wanti adiknya itu agar tidak terjerumus ke dalam kasus kriminal lagi. ‘’Sudah sering dibilangi, teman-temannya juga sering diusir ibu dari rumah,’’ bebernya.
Anik mengatakan, sejak keluar dari penjara setahun yang lalu, adiknya lantas merantau ke Sulawesi Selatan, tepatnya di Makasar. Di sana, Anik mendengar kabar Pur menikah lagi untuk kedua kalinya. ‘’Dua pernah nikah sekali lalu cerai, ujuk-ujuk dapat kabar dia menikah disana,’’ terangnya.
Anik juga menambahkan, Pur baru tinggal kembali di Surabaya seminggu terakhir. Rencananya dia hanya tinggal untuk membantu Suharto, adik kandung Pur, untuk memperbaiki rumah kedua orang tuanya di sana.
‘’Soalnya Suharto mau pergi dipanggil guru pondokannya. Rencananya buat jaga ibu juga karena sering kambuh sesak napasnya,’’ jelas Anik.
Sulung dari 7 bersaudara ini mengatakan tidak menyangka bahwa kasus kriminal yang menimpa adiknya itu adalah terorisme.
Dia juga kaget saat polisi membawa beberapa barang bukti dari kamar yang ditinggali Pur. Padahal, semalam sebelumnya Anik melihat kondisi kamarnya itu hanya berisikan kitab-kitab milik Suharto saja.
Anik menegaskan akan mendukung sepenuhnya pihak kepolisian jika sang adik memang terbukti sebagai teroris. Bahkan, dia malah meminta agar Pur diberi hukuman setimpal. ‘’Hukuman mati tidak apa-apa, asal dia memang terbukti bersalah,’’ tegasnya. (rid)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dulu Dicibir, Kini Banyak yang Mengikuti Pilihannya
Redaktur : Tim Redaksi