jpnn.com - SURABAYA - Pihak AirAsia dikabarkan mulai melakukan pendekatan personal kepada keluarga korban pesawat AirAsia QZ8501. Dari sejumlah informasi dari keluarga korban yang masih menunggu proses evakuasi dan identifikasi sanak keluarganya, AirAsia menawarkan kompensasi.
Maskapai dari Malaysia itu disebut mulai menyodorkan draf kompensasi setebal empat lembar. Ada yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Tiga lembar menjelaskan pentingnya asuransi. Sedangkan lembar terakhir berisi informasi kompensasi dari maskapai AirAsia sebesar Rp 300 juta.
BACA JUGA: Bamsoet Minta Ical Hentikan Perundingan Islah
Dalam tawaran itu ada delapan poin. Di antaranya menyatakan semua nama keluarga kandung atau sanak saudara seluruh keluarga korban. Lalu KTP semua ahli waris, akta kelahiran, dan beberapa dokumen lainnya. Semuanya harus berlegalisasi (berlegalisir). Kompensasi itu diberikan untuk meringankan beban keuangan keluarga.
Di bagian bawah berkas tersebut tertulis nama Presiden Direktur AirAsia Indonesia Sunu Widyatmoko. Namun, tidak ada tanda tangan atau stempel dalam berkas itu.
BACA JUGA: Kubu Ical Anggap Perundingan dengan Agung Cs Tak Berguna
Salah seorang anggota keluarga korban pesawat tersebut membenarkan adanya tawaran itu. Pria yang tujuh keluarganya menjadi korban tersebut tidak menghiraukan tawaran yang diberikan pihak maskapai. Mereka lebih memilih menunggu kepastian jenazah yang sedang dicari. ”Masalah lainnya kami pikirkan nanti,” ujarnya, seperti dilansir dari jawapos.com, Selasa (6/1).
Imam Sampoerna, keluarga Bobby Sidharta, salah seorang penumpang, menyayangkan sikap maskapai yang terkesan terburu-buru memberikan dana santunan. Sebab, saat ini keluarga masih menunggu kabar yang belum jelas. Pemberian santunan, menurut dia, bisa disalahartikan. ”Lebih baik diselesaikan dahulu, baru membahas masalah kompensasi atau asuransi,” tuturnya.
BACA JUGA: Di Bandara Kuala Namu, AirAsia Tak Pernah Ambil Data Cuaca
Imam memahami maksud baik AirAsia tersebut. Namun, situasi dan kondisinya saat ini kurang tepat. Wajar sebagian besar keluarga menolak dana santunan yang besarnya Rp 300 juta itu. Saat ini keluarga hanya ingin korban ditemukan terlebih dahulu. ”Jangan dialihkan pada masalah lainnya,” tegas dia.
Selain itu, Imam mengkritisi sikap AirAsia yang terkesan menutup-nutupi. Jika pemberian dana tersebut murni kebaikan, mengapa harus satu per satu pendekatannya? Idealnya diumumkan secara langsung. Sebab, pendekatan satu per satu akan memunculkan prasangka buruk terhadap penawaran itu.
Bisa jadi tidak semua korban ditemukan. Selain itu, banyak yang memperkirakan dana asuransi sulit cair. Sebab, ada dugaan AirAsia terbang di luar jadwal. Imam tidak memedulikan hal itu. Bila nanti dana asuransi tidak cair, AirAsia harus tetap bertanggung jawab. Namun, dia tetap meminta persoalan tersebut diselesaikan nanti. Sekarang fokus saja pada pencarian jenazah. ”Itu keinginan kami,” tandasnya.
Meski begitu, ada keluarga yang menerima tawaran tersebut. Sebab, dalam draf itu disebutkan, AirAsia meminta penawaran tersebut tidak diartikan sebagai konfirmasi korban telah meninggal. Hanya sebatas dana santunan.
Rata-rata keluarga yang menerima itu berasal dari luar Jawa. Mereka mengiyakan karena dana tersebut merupakan hak yang patut diterima pihak keluarga. Apalagi, selama menunggu di Surabaya, keluarga korban juga sudah rugi materi. ”Selain itu, dana ini tidak ada kaitannya dengan asuransi,” ucap salah seorang warga yang hendak menerima tawaran tersebut.
Dia tidak mempermasalahkan sebagian besar keluarga korban yang menolak tawaran itu. Saat ini masing-masing memiliki kepentingan dan tidak ada salahnya menerima hak yang diberikan maskapai.
Di sisi lain, Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Nonbank Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Firdaus Djaelani mengatakan, pihaknya akan mengadakan pertemuan mengenai permasalahan tersebut hari ini (6/1). Firdaus mengungkapkan, banyak sekali isu simpang siur mengenai asuransi korban dari pesawat AirAsia.
”Masalah jumlah, siapa yang meng-cover?” tambahnya. Karena itu, Firdaus telah menanyakan langsung perihal permasalahan asuransi tersebut ke AirAsia. ”Semua sudah saya tanyakan. Kapan bisa bayar klaim dan masalah lainnya. Besok (hari ini) akan saya sampaikan,” tambahnya.
Semua perusahaan asuransi yang berhubungan dengan kecelakaan AirAsia, jelas Firdaus, akan dipanggil. Menurut dia, semua perusahaan asuransi tersebut sebenarnya telah siap menanggung klaim pembayaran. Namun, kepastian kapan akan dibayarkan klaim itu belum jelas. ”Karena semua menunggu pemerintah. Ketika membayar asuransi, harus dibayar semua, tapi pemerintah menyatakan belum selesai mengevakuasi korban,” terangnya. (riq/nir/dee/c9/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Air Laut Bau Menyengat, Penyelam Pakai Masker Kopi
Redaktur : Tim Redaksi