jpnn.com, JAKARTA - Pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengajak masyarakat memilih pemimpin berambut putih di Pilpres 2024 yang menjadi pertanda figur itu memikirkan rakyat menuai kritikan dari sejumlah kalangan.
Kali ini, kritik keras terhadap pernyataan Jokowi tersebut datang dari Deputi Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat Kamhar Lakumani.
BACA JUGA: Mujahid 212 Ungkap Bukti Rakyat Lebih Cinta Habib Rizieq Ketimbang Presiden Jokowi
Menurut Kamhar, tidak ada satu pun literatur dalam berbagai studi ilmiah yang menyatakan keriput dan rambut putih menjadi ciri pemimpin prorakyat, melainkan kedua hal tersebut merupakan tanda-tanda penuaan.
"Apa yang dilakukan Pak Jokowi sejatinya ialah praktik mempertontonkan kebodohan dan pembodohan," kata Kamhar melalui keterangan yang diterima, Minggu (27/11).
BACA JUGA: Irwan Demokrat Komentari Endorsement Jokowi untuk Kandidat Capres 2024, Jleb
Hanya saja, alumnus Universitas Hasanuddin Makassar itu as mencoba berbaik sangka bahwa Jokowi tidak benar-benar menyarankan rakyat untuk memilih pemimpin berambut putih.
Kamhar menduga Jokowi hanya membaca teks saat menyampaikan pidato yang mengarahkan rakyat dalam memilih calon pemimpin.
BACA JUGA: Wanto Repdem Sebut Jokowi Sukses di G20, Tetapi Dihancurkan Sukarelawan di GBK
"Jika ini dilakukan secara sadar sebagai bentuk endorsement terhadap calon presiden yang dipersiapkan dan dikehendakinya pada Pilpres 2024 mendatang, ini tidak etis dan berpotensi besar mencederai demokrasi," ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, sukarelawan pendukung Jokowi menggelar acara Nusantara Bersatu di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Sabtu (26/11).
Puluhan ribu sukarelawan dari Jokowi tampak hadir di acara yang satu di antara agendanya berdoa bersama dan penggalangan dana untuk korban bencana di Cianjur, Jawa Barat.
Presiden Jokowi pun turut menyampaikan pidato politik di Nusantara Bersatu dan membahas tentang suksesor kepemimpinan Indonesia.
Sebelumnya, kritikan terhadap penyelenggaraan acara Nusantara Bersatu di SUGBK juga disampikan Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto.
Menurut Hasto, acara yang diinisiasi pentolan sukarelawan pendukung Jokowi itu merupakan bentuk mobilisasi massa yang tidak sehat.
"Apa yang terjadi dengan acara Nusantara Bersatu menjadi pelajaran politik yang sangat penting, terlebih di dalam cara mobilisasi tersebut sampai dilakukan cara-cara menjanjikan sesuatu yang tidak sehat," ujar Hasto melalui layanan pesan ke media, Minggu (27/11).
Hasto menegaskan sebenarnya kepemimpinan Presiden Jokowi makin mendunia dengan kesuksesan Indonesia memegang keketuaan sekaligus tuan rumah G20.
Namun, sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo - KH Ma'ruf Amin di Pilpres 2019 itu menganggap para elite sukarelawan justru merendahkan kepemimpinan Presiden Ketujuh RI tersebut dengan Nusantara Bersatu.
"Kehebatan kepemimpinan Presiden Jokowi di acara G20 yang membanggakan di dunia dan rakyat Indonesia dikerdilkan urusan gegap gempita di GBK," tutur Hasto.
Oleh karena itu, peraih gelar doktor ilmu geopolitik dari Universitas Pertahanan tersebut mengingatkan orang-orang di lingkaran dekat Jokowi tidak bersikap asal bapak senang (ABS).
"Kepemimpinan Pak Jokowi yang kaya prestasi sudah on the track, bahkan prestasinya itu untuk bangsa Indonesia dan dunia, bukan untuk kelompok kecil yang terus melakukan manuver kekuasaan,” tutur Hasto.(ast/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi