jpnn.com - Kelurahan Namosain merupakan salah satu daerah sasaran pemberdayaan yang dilakukan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Universitas Nusa Cendana (Undana). Banyak ilmu yang dibagikan kepada puluhan nelayan setempat.
SEMY BALUKH, Kupang
BACA JUGA: Prostitusi di Pembatuan, Digusur sejak 1980-an, Hingga Kini Masih Bertahan
Sabtu (30/7), bertempat di RT 13 Kelurahan Namosain, Kecamatan Alak, LPM Undana menggelar kegiatan pemberdayaan yang diikuti puluhan nelayan. Sebanyak dua kelompok nelayan yang diikutkan dalam kegiatan ini, yakni kelompok nelayan Galilea dan kelompok Tiberias. Puluan nelayan beserta istri mereka antusias mengikuti pelatihan.
Menariknya, pelatihan yang dilakukan meliputi teknik penangkapan ikan yang ramah lingkungan. Sebab, selama ini nelayan yang melaut secara tradisional belum mengetahui cara-cara seperti ini. Bahkan cenderung menggunakan bahan peledak, dan juga alat tangkap yang dilarang.
BACA JUGA: Mengharukan, Mereka Tetap Setia pada Merah Putih
Nah, luar biasanya, ibu-ibu juga tampak bersemangat mengikuti pelatihan pembuatan abon ikan dan ikan asap. Ikan yang dipakai sebagai bahan dasar adalah jenis cakalang yang masih segar.
Setelah diolah, hasil produksi mereka pun langsung dikemas dengan kemasan yang menarik dan siap dipasarkan.
BACA JUGA: Kini Jonan Bisa Tidur Siang, Jalan-jalan Keliling Dunia
Dari LPM Undana, hadir Sekretaris LPM Undana, Ishak A. Tungga dan anggota LPM, Dr. Chaterina A. Paulusi. Sedangkan dari kelompok nelayan, turut hadir ketua kelompok nelayan Galilea, George Paulus dan ketua kelompok nelayan Tiberias, Fredik Minggus. Hadir pula Ketua RT 13, Efraim Hotan. Pelatihan ini juga dibantu para mahasiswa dari beberapa fakultas.
Menurut Ishak Tungga, kegiatan ini merupakan wujud pengabdian masyarakat. Dalam program ini, dosen yang mempunyai ilmu dan teknologi dapat mengabdikan kepada masyarakat.
“Sehingga Undana tidak dilihat hanya sebagai menara gading, tapi menara air yang juga menyejahterakan masyarakat. Tidak hanya mengajar tapi juga ke lapangan,” jelas Ishak.
Lebih lanjut, jelas Ishak, melalui program ini, LPM ingin mengingatkan nelayan untuk menjaga lingkungan. Nelayan tidak boleh menangkap ikan menggunakan bahan peledak dan peralatan yang dilarang.
Selain itu, salah satu persoalan adalah, terkadang hasil tangkapan nelayan sangat melimpah. Tapi juga pada saat-saat tertentu, nelayan harus rela pulang nihil. Nah, saat hasil tangkapan melimpah, kadang-kadang ikannya terbuang percuma. Oleh karena itu, LPM merasa perlu memberdayakan masyarakat dengan melatih mereka untuk mengolah ikan menjadi lebih tahan lama dan punya nilai jual lebih tinggi.
“Jadi ini namanya pemberdayaan. Yang bapak-bapak pergi melaut, kemudian ibu-ibunya mengolah ikan menjadi abon dan ikan asap sehingga lebih tahan lama dan nilai jual tinggi,” tambah dosen Fakultas Hukum Undana ini.
Pada kesempatan itu, Ketua Kelompok Galilea, George Paulus mengatakan, masyarakat, khususnya nelayan sangat membutuhkan inovasi dalam pengolahan ikan. Dan, inovasi itu ada di perguruan tinggi. Oleh karena itu, sangat bagus adanya kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan perguruan tinggi.
Ia mengaku, kegiatan ini merupakan surprise bagi masyarakat dan kelompok nelayan setempat. Sebab, baru sekali ini perguruan tinggi melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat khususnya nelayan.
“Ini kegiatan yang luar biasa karena memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat nelayan, sehingga saya harapkan pemerintah bisa menindaklanjuti kegiatan seperti ini,” kata George seperti dilansir Timor Express (JPNN Group).
Harapan yang sama juga disampaikan Ketua RT 13, Efraim Hotan. Ia mengatakan, selama ini belum pernah ada pelatihan seperti ini di wilayahnya yang mayoritas adalah nelayan. Bahkan, mayoritas nelayan di wilayah itu punya pendapatan yang kecil karena hanya melaut secara tradisional. Bergantung pada musim.
Oleh karena itu, ia berharap pemerintah juga bisa melaksanakan kegiatan seperti ini. Dengan demikian, nelayan-nelayan bisa berkembang secara ekonomi.
Anggota LPM yang juga dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Undana, Chaterina Paulus, mengatakan, kegiatan Ipteks bagi masyarakat (IBM) yang dilakukan kali ini merupakan salah satu wujud Tri Dharma perguruan tinggi.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bersifat problem solving, komprehensif, bermakna, tuntas dan berkelanjutan dengan sasaran yang tidak tunggal. Sasaran program IbM ini adalah dua kelompok mitra yakni kelompok nelayan Galilea dan kelompok nelayan Tiberias.
Menurut Chaterina, sasaran utama dalam program ini adalah mengembangkan kelompok masyarakat yang mandiri secara ekonomi, membantu menciptakan ketenteraman dan kenyamanan dalam kehidupan bermasyarakat dan meningkatkan keterampilan.(JPG/fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ternyata Di Sini Para Dukun Membeli Benda-benda Eksklusif Termasuk Hantu Jenglot
Redaktur : Tim Redaksi