JAKARTA - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menjadi kunci penguatan pasar modal di sisa 2014 dan diprediksi berlanjut pada tahun depan. Masih ada ruang bagi indeks harga saham gabungan (IHSG) menyentuh level psikologis 5.350 di pengujung 2014.
Head of Equity Research PT Mandiri Sekuritas John D. Rachmat menyatakan, dalam kondisi pasar yang dirasa masih kurang kondusif seperti saat ini sebenarnya peluang besar untuk belanja saham-saham pilihan.
"Pengumuman kabinet baru sempat mengecewakan pasar saham. Begitu pula dengan pengumuman kinerja emiten sepanjang kuartal III 2014 secara umum membosankan (uninspiring)," ungkapnya kemarin.
Meski begitu, John meyakini Presiden Jokowi telah menetapkan pondasi kuat untuk Indonesia baru yang akan membuahkan keajaiban untuk meningkatan nilai pasar saham.
BACA JUGA: Harga Minyak Dunia Turun, di Sini Malah Naik
"Katalis kunci untuk multi-year bull run (bullish jangka panjang) yang pertama adalah kenaikan harga BBM bersubsidi dengan jumlah yang hampir menghapuskan seluruh subsidi," terangnya.
Kedua, faktor clear demonstration bahwa Jokowi dapat memotong jalur DPR yang dikendalikan oposisi.
"Investasi swasta adalah kuncinya. Kami juga meyakini aksi konkret dari beberapa kementerian mampu memangkas dan mereformasi birokrasi akan memicu apresiasi dari pasar saham," John meyakinkan.
Adapun kritik terhadap pilihan beberapa menteri seperti Rini Soemarno (Menteri BUMN), Sudirman Said (Menteri ESDM), Sofyan Djalil (Menko Perekonomian), dan Ryamizard Ryacudu (Menteri Pertahanan) bisa dinetralkan.
BACA JUGA: Santunan yang Dibayarkan Jasa Raharja Tembus Rp 1 Triliun
"Kami justru meyakini pilihan tersebut membantu Jokowi untuk mereformasi Indonesia," imbuhnya.
Saat ini, John meyakini Koalisi Merah Putih (KMP) tidak mampu memperlambat program Jokowi dan pembangunan ekonomi. "Karena itu kami menetapkan prediksi IHSG untuk akhir 2014 dan akhir 2015 masing-masing 5.350 dan 6.350," ungkapnya.
Saham pilihan John di antaranya BRI (BBRI), BCA (BBCA), BTN (BBTN), Semen Indonesia (SMGR), Perusahaan Gas Negara (PGAS), PT PP (PTPP), London Sumatra (LSIP), Ciputra Surya (CTRS), dan Surya Citra Media (SCMA).
Chief Country Officer Citibank Indonesia Tigor M. Siahaan mengatakan, kenaikan harga BBM bersubsidi dampaknya akan positif pada pasar saham. Berkurangnya subsidi BBM akan memerbaiki distribusi APBN.
"Karena kita tahu pendistribusian sangat timpang dengan subsidi minyak yang besar, sehingga untuk infrastruktur kurang. Sekitar Rp 1 triliun per hari subsidi kita terbuang untuk subsidi energi," ulasnya di sela Annual Capital Market Outlook 2015 di Jakarta kemarin.
Tigor memerkirakan dampak kenaikan BBM memicu tekanan ke pasar saham, namun jangka pendek. Untuk jangka menengah dan panjang dampaknya positif.
BACA JUGA: Sektor Transportasi Umum Paling Terpukul
"Biasanya tiga sampai enam bulan penyesuaian, bergantung besaran kenaikan. Ini bukan pertama kali terjadi, sudah sering. Saya rasa bukan sesuatu yang mematikan ekonomi kita," terusnya.
Tekanan terhadap inflasi juga akan terjadi. Tigor memerkirakan inflasi tidak akan lebih dari 7 persenan tahun ini.
"Tapi inflasi kita poin terendah selama ini. Kan ada kemungkinan naik Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per liter. Inflasi 7 persen masih wajar," pikirnya.
Pada penutupan perdagangan kemarin IHSG naik 4,455 poin (0,09 persen) ke 5.053,94 dan indeks LQ45 menguat 1,70 poin (0,20 persen) ke 867,22.
Investor asing kembali belanja dengan pembelian bersih (foreign net buy) Rp 441,3 miliar. Senior Research PT HD Capital Yuganur Wijanarko menilai tren naik baru menuju 5.120 mulai terbentuk. (gen/oki)
Pertimbangan:
BMRI Bank Mandiri 10.475 10.500 11.00 0
WSKT Waskita Karya 1.015 1.005 1.100
WT ON Wika Beton 1.190 1.175 1.250
IN CO Vale Indonesia 3.885 3.875 4.025
BACA ARTIKEL LAINNYA... Antrian SPBU Akibatkan Kemacetan Lalu Lintas
Redaktur : Tim Redaksi