Aksi Demo Tegang! Seorang Guru Honorer Nyaris Bakar Diri

Selasa, 25 Juli 2017 – 00:58 WIB
Seorang guru ditenangkan oleh rekannya saat berusaha membakar diri setelah menyiram bensin di tubuhnya, dalam aksi unjuk rasa di depan Kantor Dispendasbud, Timika, Senin (24/7). Foto: SELVIANI/RADAR TIMIKA/JPNN.com

jpnn.com, TIMIKA - Ratusan guru honorer kembali menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Dinas Pendidikan Dasar dan Kebudayaan (Dispendasbu) Kabupaten Mimika, Papua, kemarin (24/7). Suasana tegang berlangsung sejak awal kedatangan massa yang tergabung dalam Forum Solidaritas Guru itu.

Seperti biasanya, dalam aksinya para guru membawa spanduk berisi tuntutan mereka. Saat tiba di halaman Gedung D Kantor Pusat Pemerintahan, mereka langsung menyampaikan orasi.

BACA JUGA: Solusinya? Ya Angkat Honorer jadi PNS

Setelah menyampaikan orasi, mereka lantas memasuki ruangan dan kembali menyegel Kantor Dispendasbud dengan rantai dan gembok.

Hingga hujan mengguyur Kantor Pusat Pemerintahan sekitar pukul 17.00 WIT kemarin, ratusan guru honorer tetap menunggu jawaban atas tuntutan mereka mengenai insentif yang belum juga dibayarkan.

BACA JUGA: Guru Honorer di Mimika, Gaji Rp 1 Juta per Bulan, Tidak Rutin Dibayar

Dalam aksinya mereka juga menyanyikan lagu Hymne Guru. Lagu ini membuat beberapa orang guru tak kuasa menahan haru hingga meneteskan air mata.

Ada juga guru yang membawa serta anaknya dalam aksi. Guru yang sedang mengandung pun tak ketinggalan.

BACA JUGA: Ya Ampun, Gaji Guru Honorer Baru Dibayar Sekali

Ketegangan antara guru dan pihak Kepolisian yang bertugas mengamankan jalannya aksi, terjadi sekitar pukul 14.00 WIT.

Bermula saat beberapa orang guru meluapkan emosinya dan berniat membakar ban di depan Kantor Dispendasbud. Aksi itu dihalangi oleh Kepolisian. Kapolsek Kuala Kencana, AKP Junan Plitomo berusaha menenangkan massa, namun beberapa diantaranya tidak terima dan tetap ingin membakar ban.

Seorang guru yang membawa sebotol bensin lantas menyiram bensin itu di atas tumpukan ban, tapi tidak sampai terbakar. Bensin yang masih tersisa dalam botol juga disiram ditubuhnya dan meminta korek api pada temannya.

Untung guru lain berhasil menenangkan guru tersebut, sehingga aksinya yang berniat membakar diri tidak sampai terjadi.

Anggota Forum Solidaritas Guru, Ignasius Rudin dalam orasinya mengatakan, mereka kembali menggelar aksi untuk menuntut hak guru honorer.

"Di mana hati nurani pemimpin di Negeri ini? Kami datang tidak mengemis, kami bukan penjilat, kami bukan perampok," katanya.

Ignasius dengan nada kesal menegaskan, bahwa guru honorer bukanlah guru ilegal atau guru liar. Guru honorer juga menjalankan tugasnya dengan baik terutama di wilayah pedalaman. Ia menyebut tumpuan sekolah adalah guru honor.

Seperti penyampaian pihak dinas sebelumnya, bahwa dalam DPA dialokasikan anggaran sebesar Rp 17 miliar untuk 810 guru. Inilah yang dipertanyakan guru, apakah mereka juga termasuk dalam 810 guru itu atau tidak?

"Selama ini disebut akan verifikasi dari Januari sampai sekarang belum ada, dinas bikin apa saja di kantor," ujar Ignasius.

Tahun ajaran baru sudah dimulai, tapi karena hak belum dibayar, maka guru belum kembali ke tempat tugas. Karena itu menurut Ignasius, jika hak guru tidak dibayar, maka anak-anak jadi korban.

Guru honorer juga mempertanyakan keberadaan bupati, wakil bupati, Sekretaris Daerah (Sekda) hingga kepala dinas yang tak kunjung menyelesaikan persoalan ini. Lembaga adat pun diminta untuk bersuara, karena guru honorer mendidik anak-anak Kamoro dan Amungme yang ada di pedalaman.

Forum Solidaritas Guru juga menegaskan, bahwa aksi ini murni dilakukan oleh guru untuk menuntut hak.

"Tidak ada orang atau figur yang menunggangi kami. Kami hanya menuntut hak. Kami tidak ditunggangi oleh siapapun, karena mereka tidak beri makan kami. Kami mati, kami sakit di pedalaman, tidak ada yang melihat kami," tegas Ignasius.

Usai menyampaikan orasi, guru kembali tenang dan melanjutkan aksinya menduduki kantor dinas dengan harapan tuntutan mereka dijawab saat itu juga.

Sekitar pukul 14.00 WIT, mereka yang menunggu sejak pagi belum juga mendapat kepastian. Beberapa guru meluapkan emosinya dengan membakar ban. Tapi aksi itu dihalangi oleh pihak Kepolisian yang mengamankan jalannya aksi.

Baru pukul 17.30 WIT para guru membubarkan diri dengan tertib. Guru berencana kembali menggelar aksi di tempat yang sama pada hari ini, Selasa (25/7).(sun)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Guru Honorer, ke Sekolah Menerabas Ombak Lautan, Rp 250 Ribu per Bulan


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler