Aksi Pangkas Suku Bunga Kendalikan Rupiah

Jumat, 31 Oktober 2008 – 09:48 WIB
JAKARTA - Kebijakan bank sentral global memangkas suku bunga terbukti cukup ampuh mengembalikan kepercayaan pasarHampir semua pasar modal dunia menguat tajam merespons makin longgarnya kebijakan moneter yang diterapkan sejumlah negara.

Sentimen positif itu juga menular kepada pasar modal dan pasar uang di tanah air

BACA JUGA: Total Aset Bisnis TNI Rp 3,4 T

Kemarin indeks harga saham gabungan melesat 60 poin (5,41 persen) menjadi 1.173,86
Sedangkan kurs rupiah bergerak sideways dengan arah menguat ke level Rp 10.650 per dolar AS.

Dari Amerika, tadi malam indeks Dow Jones di Bursa Efek New York (NYSE) dibuka melejit 201,04 poin (2,24 persen) ke titik 9,192

BACA JUGA: APBN 2009 Memuat Klausul Darurat

Selain dampak pemotongan suku bunga, bergairahnya bursa Wall Street ditopang cemerlangnya hasil laporan keuangan triwulan ketiga perusahaan minyak AS.

Pada kuartal ketiga 2008, ExxonMobil dikabarkan membukukan laba terbesar sepanjang sejarah, yakni USD 14,83 miliar (sekitar Rp 148,3 triliun)
Di tengah mayoritas perusahaan AS yang menderita rugi besar, kinerja Exxon yang luar biasa kembali menumbuhkan kepercayaan investor.

''Penurunan bunga The Fed kuat pengaruhnya, termasuk kepada Indonesia,'' tutur Chief Economist Bank BNI Tony Prasentiantono di Jakarta kemarin

BACA JUGA: Mandiri Cetak Laba Rp. 3,9 T

Kini spread bunga The Fed dan BI rate kian lebar (9,5 persen berbanding 1 persen)Dengan begitu, ada potensi hot money dari luar negeri mengalir untuk memburu untung bunga di tanah air.

Aksi pangkas Fed Fund Rate sebesar 50 basis poin menjadi 1 persen bakal diikuti negara-negara lainBank Sentral Jepang hari ini mengadakan rapat terkait besaran suku bungaSaat ini suku bunga Negara Matahari Terbit itu bertengger di 0,5 persenPasar berekspektasi otoritas moneter di Jepang mengoreksi suku bunganya 25 basis poin menjadi 0,25 persen.

Sedangkan Bank Indonesia (BI) baru menggelar rapat dewan gubernur untuk menentukan BI rate pekan depanNamun, sejumlah kalangan memperkirakan bahwa otoritas moneter itu tetap mempertahankan BI rate di posisi 9,5 persen.

Ketua Komite Tetap Fiskal dan Moneter Kadin Indonesia Bambang Soesatyo berpendapat, BI sebaiknya menanggalkan dulu strategi bunga tinggi sebagai alat pancing hot moneyDia beranggapan, sebelum konsolidasi sektor keuangan serta sistem perbankan di AS dan Eropa rampung, strategi itu tidak efektif.

''Lebih strategis dan efektif jika menurunkan BI rate, mengikuti tren global penurunan suku bunga acuan,'' kata BambangSuku bunga yang moderat atau rendah diperlukan untuk menggerakkan dan mendinamisasi perekonomianSuku bunga rendah juga meringankan beban dunia usaha dan memberikan tambahan daya konsumsi masyarakat.

Penarikan investasi asing kepada aset berdenominasi rupiah, seperti SUN, mengindikasikan BI rate 9,5 persen gagal menahan dana asing bertahan di dalam negeri''Strategi BI rate tinggi tidak relevan dengan kecenderungan itu,'' kata Bambang.

Dia meminta BI tak perlu mengkhawatirkan inflasi meningkat jika BI rate diturunkanMenurut dia, inflasi dalam beberapa bulan ke depan bisa ditekan jika imported inflation diminimalkan.

Kurs Ideal Rp 9.800

Tony Prasentiantono menambahkan, dalam waktu dekat kurs rupiah akan menguat dan menemukan titik keseimbangan baru''Saya memperkirakan ekuilibrium baru kurs rupiah sekitar Rp 9.800Jadi, posisi sekarang masih ada room untuk menguat lagi,'' imbuhnya.

Supaya rupiah lebih kuat lagi, sambung dia, pemerintah harus segera menetapkan blanket guarantee alias penjaminan penuh dana pihak ketiga (DPK) di perbankan''Itu membuat nasabah kita makin tenang karena negara kompetitor, seperti Malaysia dan Singapura, sudah memberlakukan penjaminan hingga 2010,'' ujar Tony.

Wakil Ketua Umum Perbanas Jahja Setiaatmadja mendukung penuh pemberlakuan blanket guaranteeHal itu mampu membuat nasabah lebih yakin terhadap nasib simpanannya di perbankanDengan begitu, tidak ada penarikan besar-besaran untuk dipindahkan ke bank asing.

Deputi Gubernur BI Hartadi ASarwono mengatakan, cadangan devisa Indonesia masih cukup kuat untuk menopang nilai tukar rupiahItu juga masih ditambah pertahanan lapis kedua dengan adanya bilateral swap agreement dalam kerangka ASEAN plus Three.

Hartadi mengatakan, total cadangan siaga yang disiapkan tiga negara USD 12 miliarYakni, Jepang USD 6 miliar, Tiongkok USD 4 miliar, dan Korea Selatan USD 2 miliar''Ini untuk mengingatkan kepada pasar bahwa kita punya amunisiApabila diperlukan, bisa digunakan,'' kata HartadiSedangkan cadangan devisa Indonesia masih setara empat bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah(sof/eri/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Telantarkan Petani Sawit


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler