jpnn.com - EMPAT kota, Malang, Sidoarjo, Mojokerto, dan Makassar telah menjadi proyek percontohan program Elektronik-Warung (e-Warung) Kelompok Usaha Bersama (KUBe)-Program Keluarga Harapan (PKH) Kementerian Sosial. Bagaimana penerima manfaat menilai program ini?
M Amjad, Mojokerto
BACA JUGA: KISAH HEROIK! Portugis, Spanyol dan Belanda Mati-matian Merebut Barnavel
Beberapa ibu penerima PKH dan beras sejahtera (Rastra) terlihat berkumpul di salah satu Warung yang ditunjuk sebagai penyedia layanan elektronik warung, kelurahan Blooto, Prajurit Kulon, Mojokerto. Sabtu (30/7) petang. Mereka terlihat tertawa dan saling menonton saat ibu lainnya melakukan transaksi di e-warung tersebut.
Mereka adalah ibu-ibu, yang baru kali pertama merasakan kemanfaatan pelayanan e-warung yang digagas oleh Kemensos bersama beberapa Bank BUMN. Tak hanya di Mojokerto, di Makassar pun warga penerima PKH dan Rastra, turut merasakan launching pertama program ini, pada Minggu (31/7) petang.
BACA JUGA: Chano, Bocah asal Ende Harumkan Indonesia di Kancah Dunia
Warga penerima PKH dan Rastra, sebelumnya akan mendapatkan kartu sebagai bukti penerima program tersebut. Mereka nantinya tinggal datang ke Warung yang ditunjuk, untuk kemudian memilih barang yang ingin dibeli, dengan bermodal kartu program dan nomor pin yang dimiliki oleh mereka, transaksi bisa dijalankan.
Salah satu penerima manfaat, Vivi Fitriyatus Saniyyah menuturkan bahwa dirinya memang baru kali pertama menggunakan kartu elektronik. Baginya, dengan tanpa memegang uang cash dari program, lebih memudahkan dirinya.
BACA JUGA: Salut si Penjaga Hutan, Tidak Dapat Gaji, Nyawa Jadi Taruhan
Kalau sebelumnya uang-uang tersebut diterima cash, bisa saja tidak dibelikan kebutuhan tertentu karena ada suami yang titip beli rokok. Tapi, dengan model cashless dan kartu, dirinya memiliki uang yang tersimpan aman dan tak mungkin berkurang untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
"Bantuan ini bisa saya gunakan untuk meringankan kebutuhan saya. Dengan e-warung, tidak ribet. Tinggal bawa kartu, saya pilih belanjaan, pencet-pencet (nomor pin, red), sudah selesai. Nggak khawatir uangnya jatuh atau hilang," ujar ibu dua anak tersebut.
Sementara itu, Susiyati Ningsih, 42 tahun mengaku terbantu dengan keberadaan e-warung ini. Dirinya bisa memilih, dengan uang elektronik yang dimilikinya. Kalau sebelumnya, dia hanya mendapatkan beras 15 kg dalam satu bulan, kini dia bisa memilih, apakah menggunakan uang setara jumlah rastra untuk kebutuhan lain atau tidak.
Selain itu, Yati bisa membelanjakan uang tersebut di e-Warung dengan harga barang-barang yang lebih murah dibanding lainnya.
"Ya enak e-Warung ini. Bisa belinya gampang, terus bisa lebih murah dari warung lainnya, ini beras biasanya Rp 10 ribu jadi lebih murah harganya, gula juga, biasanya Rp 17 ribu di sini cuma Rp 14 ribu, kacek regone (selisih harganya, red)," ungkapnya.
Sementara itu, penerima manfaat lainnya, Maipah, 50 tahun yang mendapatkan kesempatan mencoba langsung e-Warung mengakui ada kesenangan tersendiri dengan program ini. Sebagai penerima Rastra, dirinya tak perlu lagi mengantre di kelurahan seperti sebelumnya.
Dia hanya mencari outlet e-Warung di sekitar tempat tinggalnya, setelah itu membeli barang yang dibutuhkan dan bertransaksi.
"Ya senengnya kalau pakai seperti ini ya, nggak perlu ngantre- ngantre lagi. Berasnya juga nggak mungkin kurang, bisa milih sendiri mau yang bagus apa tidak, harganya murah, enak seperti ini. Mudah-mudahan kebutuhan lain, juga bisa dibeli dengan cara seperti ini, tandas warga kelurahan Wala-Walayah, Tallo, Makassar, Sulsel, Minggu (31/7).
Awalnya, mereka bertiga rata-rata mengakui tidak tahu dengan transaksi uang digital. Karena itu, mereka sempat khawatir akan kesulitan memanfaatkan bantuan program. Namun, setelah mencoba, Vivi, Yati, dan Mapiah, ternyata senang karena prosesnya yang mudah.
Menurut Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa, penggunaan layanan digital dalam proses transaksi dan penggunaan anggaran program ini, sejatinya bertujuan untuk mempermudah para penerima manfaat program.
"Selain lebih murah, e-warung juga bisa membuat penerima manfaat, bukan cuma memilih beras apa yang mau dikonsumsi, tapi juga bisa mengganti dengan barang lain. Selain itu monitoring bisa lebih mudah, bisa transparan dan tepat sasaran," katanya, usai acara pelantikan Muslimat NU Sulsel di UIM, Makassar, Minggu (31/7). (dkk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dicemooh, Dikejar Orang Bawa Golok, Akrab dengan Binatang Buas
Redaktur : Tim Redaksi