Ali Fauzi, Adik Bungsu Amrozi-Mukhlas, Paling Repot saat Eksekusi

Sekarang Tanggung Empat Janda dan Sepuluh Anak Yatim

Senin, 10 November 2008 – 08:51 WIB
TIDAK mudah menjadi seorang Ali Fauzi, adik bungsu lain ibu Amrozi-Mukhlas yang tinggal di Tenggulun, Lamongan, Jawa TimurSelain menjadi juru bicara keluarga, dia menjadi "seksi operasional" yang menghubungkan para ahli waris dengan pelaksana eksekusi kedua kakaknya.

Laporan KARDONO S.-FAROUK A, Cilacap

GARIS hitam dan kantong matanya tampak lebih tebal, tanda kurang istirahat

BACA JUGA: Hari-Hari Terakhir Amrozi Cs Menjelang Eksekusi

Bukan hanya karena dalam seminggu Ali Fauzi harus dua kali bolak-balik Lamongan-Cilacap
Tapi, juga karena masalah yang dihadapi sangat serius: mengurus dua saudara yang harus menghadapi regu tembak

BACA JUGA: Mengunjungi Kenwood, Tempat Tinggal Barack Hussein Obama di Chicago, AS

Waktunya bersamaan lagi.

''Saya sampai tidak bisa tidur selama empat hari,'' katanya kepada Jawa Pos saat menunggu penyeberangan ke Nusakambangan, Cilacap, tempat eksekusi Amrozi, Sabtu lalu (8/11).

Ali yang di desanya menjadi pengusaha warnet (warung internet) itu memang menjadi "ujung tombak" dalam keluarganya
Yakni, mengurus masalah hukum menyangkut eksekusi Ali Ghufron alias Mukhlas dan Amrozi, dua kakaknya yang menjadi terpidana mati kasus Bom Bali I enam tahun lalu.

Belum lagi Ali harus menjadi mediator yang menyatukan strategi hukum Tim Pengacara Muslim (TPM) dan keinginan keluarga

BACA JUGA: Keluarga Besar Lolo Soetoro, Kerabat Dekat Calon Presiden Amerika di Jakarta

Maklum saja, strategi hukum dan keinginan keluarga kadang tidak sinkronPerlu ada orang yang bisa menyelaraskannyaPeran itulah yang selalu dipegang Ali Fauzi.

Yang terakhir, setelah meninggalnya Amrozi dan Mukhlas, pria berusia 37 tahun itu harus menerima "beban" tambahan merawat empat janda dan sepuluh anakMaklum, Mukhlas dan Amrozi sama-sama punya dua istriMukhlas mempunyai enam anak: tiga cowok dan tiga cewekAmrozi punya empat anak: dua cowok dan dua cewek.

Meski begitu, tetap saja Ali tidak pernah melangkah sendirian''Minimal saya konsultasi dulu dengan Ustad Chosin dan Ustad Ja'far (Shodiq),'' katanyaChosin dan Ja'far Shodiq adalah "saudara tua" yang juga kakak Amrozi-Mukhlas.

Klimaks tekanan fisik dan psikologis Ali terjadi pada akhir pekan laluDiawali pada Jumat (7/11), jadwal (awal) eksekusi tiga terpidana mati Bom Bali I (Amrozi, Mukhlas, dan Imam Samudra) memang malam ituMeski masih mempersoalkan eksekusi dan tidak pernah mendapat pemberitahuan resmi, pihak keluarga sendiri telah bersiap-siapKhususnya memandikan dan mengafani dua jenazah saat tiba di desa

Dalam wasiat terakhir, kata Ali, Mukhlas-Amrozi tidak mau jenazahnya dirawat dan dikafani oleh pemerintah"(Amrozi dan Mukhlas) minta keluarga harus memandikan dan mengafani ulang," katanya

Di luar rumah keluarga di Tenggulun lebih dari 1.000 simpatisan dari sejumlah ormas Islam berkumpulTujuannya, menghormat kakak beradik Mukhlas-Amrozi yang mereka anggap sebagai "pahlawan" tersebutAparat khawatir prosesi memandikan dan mengkafani bakal memancing radikalisasi massa

Dengan kondisi seperti itu, perwira kepolisian di jajaran Polda Jatim pun melobi keluargaMulai dengan cara halus sampai dengan yang agak kerasMisalnya, kalau keluarga tetap nekat melakukan pemandian dan pengafanan lagi, polisi kabarnya siap mengambil alih kedua jenazah dan memakamkannya

Untuk itu, aparat pun membuat beberapa opsi kepada keluarga yang diwakili Ali FauziPertama, dimakamkan oleh negaraKedua, menerima apa adanya jenazah yang datang, hanya disalatkan, dan langsung dimakamkanOpsi terakhir adalah mengirimkan wakil keluarga ke NusakambanganWakil itulah yang langsung memandikan dan mengafani Mukhlas-Amrozi setelah dieksekusi dan diotopsiUntuk itu, aparat bahkan men-deadline keluarga Amrozi harus bisa memutuskan sebelum pukul 00.00.

Ancaman itu mengharuskan keluarga Amrozi membuat rapat keluarga mendadakHanya beberapa menit sebelum deadline, keluarga memutuskan untuk mengirim Ali Fauzi sebagai wakil keluarga untuk merawat, memandikan, dan mengafani Mukhlas-Amrozi.

Maka, sekitar pukul 02.45, Ali Fauzi diantarkan oleh Syuhada, sepupunya, dan empat orang anggota tim gabungan dari kepolisian dan kejaksaan menuju ke CilacapMenempuh perjalanan lebih dari 12 jam, Ali Fauzi sampai ke tujuanDi sana, dia langsung dibawa ke Polres Cilacap.

Di sini masalah mulai muncul"Saya kaget begitu tahu bahwa eksekusi ternyata belum terlaksana," katanyaPadahal, dalam bayangan Ali (dan keluarga), dia tinggal masuk dan memandikan jenazah serta langsung membawanya pulang.

Ali lalu menghubungi keluarga di TenggulunTentu saja, keluarga langsung meminta Ali untuk pulang"Saya tak mau dijebakJangan sampai ini dibuat seolah-olah kami menyetujui eksekusi," katanya kepada Jawa Pos yang memang menemaninya sejak tiba di Cilacap.

Maka, dia pun menampik tawaran untuk masuk Nusakambangan dan memilih pulangBagi dia, berkunjung ke kedua kakaknya bisa saja diartikan "restu" untuk eksekusi

Namun, keinginan pulang itu mendapat "halangan"Tak kurang Kapolres Cilacap AKBP Teguh Pristiwanto dan sejumlah pejabat Polda Jateng berusaha "membujuk" Ali untuk tinggalNamun, Ali bersikeras"Maaf, PakKepala saya sudah peningSaya mau pulang sajaSaya tak mau keluarga terpecah kalau saya tetap nekat masuk," katanya

Aparat di kampung halaman Ali sendiri masih berhitung dengan situasi keamananSebab, banyak massa yang terus berdatangan ke Tenggulun"Semakin lama tak dimakamkan, semakin besar potensi konflik yang terjadi," ucap sumber di kepolisian

Salah satu cara yang bisa mempercepat "pemakaman" adalah menugasi Ali Fauzi memandikan Mukhlas-AmroziHarapannya, saat datang, jenazah langsung disalatkan dan dimakamkanMaka, koordinasi tingkat tinggi yang melibatkan Mabes Polri, Polda Jatim, dan Polda Jateng pun digelarEntah, bagaimana koordinasinya, perintahnya jelas: Ali jangan boleh pulang dulu!

Meski halus, tekanan agar Ali tetap tinggal di Cilacap menunggu waktu eksekusi tetap terasaAli yang waktu itu berada di Satpas SIM-KB Polres Cilacap tampak duduk di ujung ruangBanyak petugas berpakaian preman yang "menjaganya"Selalu ada petugas yang menanyai sehingga Ali tidak bisa beranjakApalagi pulang ke Lamongan.

Setelah sekian lama "kepastian" eksekusi mengambang, seorang perwira tinggi mengisyaratkan eksekusi terhadap Amrozi cs akan dilakukan malam itu jugaMendengar itu, Ali terhenyakDia langsung menghubungi keluargaSetelah melakukan kontak telepon dengan para kerabat dekat, keluarga membolehkan Ali masuk Nusakambangan setelah eksekusi dilakukan"Ini aneh(Kami) Diberitahu (soal eksekusi) secara tak resmiKenapa sih tak memberi tahu secara resmi saja," kata Ali.

Sambil menunggu saat eksekusi, Ali beristirahat di ruang Kasatlantas Polres Cilacap AKP Maulana HamdanMeski semua kebutuhan dipenuhi, mulai ganti baju (kaus), sarung (untuk salat), makanan, namun di luar pintu ruang Kasat tersebut dijaga oleh sekitar delapan orang petugas berpakaian preman

Sekitar pukul 00.30 Minggu dini hari Ali mendapatkan kepastian eksekusi telah dilaksanakanAli tepekur sesaat menyadari dua kakaknya telah tiadaNamun, dia tetap tenangSekitar pukul 01.20, dia dijemput dan dibawa menyeberang ke Nusakambangan dan tiba di tempat pemandian jenazah sekitar pukul 02.15

Sekitar pukul 03.00, dia memulai tugas perawatan, pemandian, dan pengafanan jenazah Amrozi-Mukhlas"Utuh, tidak ada tanda-tanda kekerasan, dan bersihHanya lubang peluru dan sudah dijahit," kata Ali tentang kondisi jenazah dua kakaknya

Tepat saat azan Subuh berkumandang pada pukul 03.50, dua jenazah itu sudah tampak rapi dikafaniPada pukul 06.00, bersama jasad Amrozi dan Mukhlas, dia terbang naik helikopter ke Tenggulun, LamonganItu pengalaman pertamanya naik heliNamun, dia tidak bisa menikmatinyaAli menangis melihat dua kakaknya membujur kaku(el)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Keluarga Besar Soetoro, Kerabat Dekat Obama di Jakarta


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler