Laporan FAROUK ARNAZ-KARDONO, Cilacap
SEHARI sebelum ketiganya masuk sel isolasi pada Jumat (31/10), kakak beradik Mukhlas-Amrozi sempat bertanya kepada sejumlah orang dekat yang datang membesuk di Lapas Batu, Nusakambangan. ’’Ada berita apa di luaran?’’ tanya Amrozi
BACA JUGA: Mengunjungi Kenwood, Tempat Tinggal Barack Hussein Obama di Chicago, AS
’’Katanya ada orang mau ditembak,’’ jawab temannya dengan setengah bercanda.’’Ooo… lambemu, wong gak onok opo-opo kok nang kene (Jangan asal omong, tidak ada apa-apa di sini),’’ balas Amrozi
BACA JUGA: Keluarga Besar Lolo Soetoro, Kerabat Dekat Calon Presiden Amerika di Jakarta
Dari situlah mantan dua tokoh sentral Jamaah Islamiyah (JI) tersebut mendengar lebih detail rencana eksekusi kepada dirinya.
Sebagian permintaan ’’terakhir’’ itu terungkap beberapa hari kemudian
BACA JUGA: Keluarga Besar Soetoro, Kerabat Dekat Obama di Jakarta
’’Kedua kakak saya (Mukhlas-Amrozi) meminta saya agar membawa istri-istrinya ke Nusakambangan,’’ kata Ali Fauzi, adik kandung Mukhlas dan Amrozi, yang tinggal di Tenggulun, LamonganSayang, keinginan keduanya tak pernah terpenuhiAli Fauzi memang telah mengumpulkan para kakak ipar tersebut, namun izin kunjungan terakhir yang diharapkan keluarga tak kunjung diteken.Kabarnya, izin kunjungan tersebut tak kunjung datang karena masalah keamananMenurut seorang sumber di Jakarta, pihak keamanan khawatir pertemuan terakhir tersebut dijadikan momen Amrozi cs untuk memberikan ’’perintah’’ perlawanan. ’’Siapa yang bisa menjaminKalau dia menitipkan pesan-pesan perlawanan ke keluarga, kami khawatir terjadi radikalisasi massa,’’ kata seorang sumber
Kekhawatiran tersebut memang beralasanSebagai mantan pentolan Jamaah Islamiyah (JI) di Asia Tenggara, pengaruh Ali Ghufron alias Ustad Mukhlas –pernah mengajar di madrasah Johor Bahru, Malaysia– tentu masih kuat di kalangan para aktivis Islam radikal
Belum lagi fakta bahwa Mukhlas dikenal dekat dengan Usamah bin Ladin, orang nomor satu di Al QaidahMaklum, keduanya kenal sejak 1986 dan sempat bahu-membahu membantu Mujahidin dalam perang melawan Najibullah, rezim Afghanistan yang disokong Uni Soviet. Ada cerita menarik saat ketiganya akan dikunjungi kerabat dan Tim Pengacara Muslim (TPM) pada Senin (3/11)
Rombongan tersebut tidak bisa bertemu Amrozi cs karena tidak mendapat izinMeski gagal bertemu, rombongan tersebut mengirimkan oleh-oleh berupa aneka makanan, 18 sarung, dan sepucuk surat TPM untuk menanyakan kabar ketiganya dalam lapasNamun, yang sampai kepada mereka hanyalah aneka makananOleh Amrozi cs, oleh-oleh itu langsung dibagi-bagikan kepada para sipir penjara
Namun, soal sarung dan surat itu tak pernah sampai’’Ketiganya sempat marah dan menanyakan, ’katanya ada sarung, mana sarungnya?’,’’ ucap Amrozi sebagaimana ditirukan sumber Jawa PosPetugas diduga kuat tak menyerahkan sarung dan surat tersebut kepada Amrozi cs karena alasan keamananYa itu tadi, ketiganya dikhawatirkan akan memanfaatkan surat balasan tersebut untuk memberikan ’’perintah’’ perlawanan di seluruh Indonesia
Sebenarnya, sejak masuk isolasi, ketiganya sudah mendapat pemberitahun bahwa status hukumnya sudah final, sehingga pelaksanaan eksekusi tinggal menunggu waktuMungkin karena permintaan untuk bertemu istri mereka tak dipenuhi, ketiganya sempat emosional begitu mendapat pemberitahuan eksekusi pada Rabu sore (5/11)’’(Ketiga terpidana mati) mengomel-omel dan menyumpah-nyumpah,’’ ungkap seorang sumber di Nusakambangan
Seperti yang lalu-lalu, ketiga orang itu menganggap (putusan eksekusi) tersebut merupakan hukum setanMereka menganggap yang mengeksekusi akan diazabNamun, sikap emosional itu tak berlangsung lamaMalamnya, ketiganya kembali tenang dan tenggelam dalam kekhusyukan ibadahBahkan, hingga Kamis (6/11), tak ada aktivitas berarti pada mereka, selain hanya mengaji, berzikir, dan salat
Amrozi cs memang tak sempat menulis ’’wasiat’’ terakhir lewat pengacaranya menjelang pelaksanaan eksekusiNamun, pada kesempatan bertemu Jawa Pos sebelumnya, ketiganya sempat memberikan pesan khusus
Dalam pesan khusus yang ditulis di atas kertas bergaris itu, Amrozi sempat membahas soal demokrasi menurut pandangannya (tidak umum bagi umat Islam Indonesia yang cinta demokrasi).
Begini kutipannya: ’’Saya berpesan kepada kaum muslim agar kembali kepada ajaran Islam yang kaffah (menyeluruh)Kemudian jangan mengikuti demokrasi, karena demokrasi adalah ajaran dari orang kafir (Barat) bukan dari Islam. Bergabunglah dengan orang-orang yang jujurSeperti halnya para nabi, shiddiqien, syuhada, dan sholihinWassalam, Amrozi.
Selanjutnya, berikut pesan Mukhlas:
Pesan Kepada Kaum Muslimin:
1. Bertaqwalah kepada Allah ta’ala
2. Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan
3. Sambut dan songsonglah Khilafah Islamiyah dengan jihad fi sabilillah
4. Bergabunglah segera dengan kafilah mujahidin, minimal dengan doa
5. Jangan membantu kaum kafir dalam memerangi kaum muslimin
Yang tercatat paling panjang memberikan pesan adalah Imam SamudraMenariknya, dia menuliskan pesannya seperti puisiInilah salah satu bait tulisannya:
Kaum muslimin!
Sedang apa kalian?
Masih ada ketupat
di piring-piringmu?
Masih ada gulai
di mangkuk-mangkukmu?
Itu mungkin,
Sangat mungkin!
Tapi masih adakah
Setitik tangis
Untuk saudaramu
Untuk saudarimu
Hidup memang terlalu serius, terlalu hitam putih bagi ketiga pelaku pengeboman di Legian, Kuta, Bali, yang menewaskan lebih dari 200 orang ituBahkan saat menjelang menghadap regu tembak sekalipun(el)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Napak Tilas Jejak Calon Kuat Presiden AS Barack Obama di Jakarta
Redaktur : Tim Redaksi