jpnn.com, JAKARTA - Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemenristekdikti Ali Ghufron Mukti dinobatkan menjadi salah satu pejuang kesehatan dalam acara Health Warrior Awards 2019.
Ajang penghargaan yang digelar di Fakultas Kedokteran Trisakti ini merupakan bentuk apresiasi bagi sejumlah tokoh yang telah memberikan kobtribusi nyata terhadap dunia kesehatan Tanah Air.
BACA JUGA: Ali Ghufron: Kemampuan Manajerial di Perguruan Tinggi Rendah
"Alhamdulillah, saya sangat bersyukur dipercaya untuk mendapatkan penghargaan sebagai pejuang kesehatan atau health warrior. Terima kasih atas apresiasi ini," sebut Dirjen Ghufron, Sabtu (29/6).
Dirjen Ghufron memberikan perhatian khusus pada ketersediaan sumber daya manusia (SDM) di sektor kesehatan. Hal ini diwujudkan melalui terbentuknya Komite Bersama antara Kemenristekdikti dan Kemenkes.
BACA JUGA: Indonesia Kekurangan Tenaga di Sektor Maritim
Adapun salah satu program yang dihasilkan yakni Academic Health System (AHS) yang menyinergikan antara unsur edukasi, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
BACA JUGA: Pulang dari Negeri Sakura, Jokowi Besuk Bu Risma
BACA JUGA: Darurat SDM Pertanian, Kemenristekdikti Dorong Perguruan Tinggi Regenerasi Petani
"Ruang lingkup AHS mencakup pengembangan kurikulum di perguruan tinggi, rumah sakit pendidikan sebagai lokasi pendidikan profesi memastikan kesiapan tenaga kesehatan, serta sistem yang kontinyu dan berkelanjutan untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang optimal," tutur Dirjen Ghufron.
Ghufron memiliki andil besar dalam pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS). Kala itu, guru besar dari Universitas Gadjah Mada (UGM) itu berperan sebagai ketua pokja persiapan BPJS yang kini menjadi andalan masyarakat untuk memperoleh layanan dan fasilitas kesehatan yang terjangkau. Hal ini tak terlepas dari keahliannya di bidang jaminan kesehatan.
"Konsep kebijakan mengenai jaminan kesehatan ini juga sudah saya sampaikan ke berbagai perguruan tinggi luar negeri, seperti di Harvard Medical School, University of Nottingham, Coventry University ketika saya diundang untuk memberikan kuliah umum," sebutnya.
Berkat dedikasinya itu pula, Ghufron mendapat gelar kehormatan Honoris Causa (HC) bidang kesehatan dari Coventry University, Inggris, di tahun 2017. Ia menuturkan, apa yang sudah dilakukannya selama ini tak semata-mata hanya untuk mengejar prestasi dan pengakuan internasional.
Baginya, yang terpenting adalah memperjuangan sistem jaminan kesehatan yang murah, terutama untuk masyarakat yang kurang sejahtera.
"Menurut saya, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi adalah kunci mewujudkan kesejahteraan. Dahulu saya bercita-cita menjadi seorang dokter agar bisa menolong orang lain, apalagi saat itu biaya pengobatan mahal. Setelah saya berhasil menjadi dokter dan melanjutkan studi S-2 hingga S-3, saya ingin membangun sistem jaminan kesehatan masyarakat,” kenangnya.
Pria kelahiran Blitar, 17 Mei 1962 tersebut mengakui saat ini memang masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mewujudkan sistem jaminan kesehatan yang ideal di negara berkembang. Di sisi lain, jumlah penderita penyakit, seperti jantung, diabetes, kanker, obesitas kian meningkat.
Ghufron menambahkan, untuk menyelesaikam permasalahan ini tidak cukup hanya mengandalkan SDM yang mumpuni.
"Perlu ketajaman visi dan panggilan hati, terutama bagi mereka yang berperan sebagai leader atau penentu kebijakan. Saya juga berharap apa yang telah saya lakukan selama ini juga bisa menjadi teladan yang baik bagi para generasi muda yang akan mengisi pembangunan di masa mendatang," pungkasnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bantah Profesor Asing Menyaingi Dosen Indonesia
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad