jpnn.com - MAKASSAR - Pertumbuhan ekonomi yang dinikmati dalam satu dekade terakhir telah menempatkan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi terbesar ke-16 di dunia dengan PDB mencapai Rp 9.084 triliun pada 2013.
Namun, Capres Peserta Konvensi Partai Demokrat Ali Masykur Musa menyayangkan pertumbuhan ekonomi yang masih terpusat di Jawa dan Sumatera itu. Sebab dua wilayah itu menguasai total 82 persen PDB Indonesia.
BACA JUGA: Gudang TNI AL Meledak, Diduga Akibat Arus Pendek
Artinya, kue ekonomi membesar, tetapi tidak dinikmati secara merata. Hal itu disampaikan Ali dalam lawatan ke Makasar dalam rangka Debat Bernegara Konvensi Partai Demokrat putaran ke-8 di Makassar, Rabu (5/3).
Menurut Ali, Indonesia belum menjelma sebagai kekuatan ekonomi raksasa karena postur geografi Nusantara yang terdiri dari pulau-pulau belum berhasil dijembatani dengan infrastruktur yang handal. "Pembangunan masih memusat di kawasan Indonesia barat. Kue lebih banyak dinikmati Jawa dan Sumatera. Infrastruktur demikian juga. Subsidi BBM, 81 persen, juga dinikmati oleh masyarakat Jawa-Bali dan Sumatera," kata Ali.
BACA JUGA: Istri Kanker Payudara, Hakim Jumanto Malah Selingkuh
Padahal, lanjut Ali, produksi migas sekarang ini disumbang lebih besar oleh daerah lepas pantai dan laut dalam kawasan Indonesia timur. Karenanya, wilayah Indonesia bagian timur harus lebih diperhatikan. "Sulawesi Selatan harus dijadikan gerbang ekonomi Indonesia timur untuk memacu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kawasan," tegas Ketua Ikatan Sarjana NU ini.
Lebih lanjut, Ali mendukung penuh percepatan pembangunan jalur Trans-Sulawesi untuk memperkuat keterhubungan antarprovinsi. Menurutnya Sulbar, Sultra, dan Gorontalo, kondisinya belum menjanjikan. Karena itu, Sulawesi Selatan harus mampu menghasilkan snowball effect pembangunan ekonomi di kawasan sekitarnya.
BACA JUGA: Kena Peluru, Korban akan Dioperasi
Dalam rancangan MP3EI, Koridor Ekonomi Sulawesi ditetapkan sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, migas dan pertambangan nasional. Ali yang juga menjabat Anggota BPK RI ini menyatakan desain itu tidak boleh dirancang hanya sekadar untuk membesarkan 'kue' tanpa peduli siapa pelaku utamanya.
Disain ini harus mampu membangun jembatan-jembatan penghubung antarorang, antarkelompok, antarkawasan, dan antarsektor sehingga semua orang dan semua sektor terlibat sebagai pelaku dan penikmat.
Sektor pertanian dan perkebunan bergandengan dengan sektor industri dalam rantai hulu hilir. Sektor pertambangan menopang sektor industri dan pertanian. Sektor maritim dan kelautan dibangun sama penting dengan pembangunan daratan. Kawasan barat terhubung dengan kawasan timur, kota dengan desa, dan seterusnya.
"Jika ini dijalankan, Indonesia Timur bisa berdiri sama tinggi dengan Indonesia bagian barat. Inilah cita-cita para founding fathers menyatukan NKRI," pungkas Ali. (mas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sorban Dahlan
Redaktur : Tim Redaksi