Ali Wongso: Rekomendasi Nonaktifkan SN Masih Mentah dan Naif

Kamis, 28 September 2017 – 20:39 WIB
Plt. Ketua Umum SOKSI, Ali Wongso Sinaga (kiri). Foto: istimewa

jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPP Partai Golkar, Ali Wongso angkat bicara terkait pemberitaan rekomendasi tim kajian elektabilitas Partai Golkar yang meminta agar Setya Novanto (SN) nonaktif dan diputuskan ada Plt. Ketua Umum.

Menurut Ali Wongso yang turut hadir dalam Rapat Pimpinan Harian DPP Partai Golkar Senin (25/9) bahwa rekomendasi itu masih mentah, dan naif serta bukanlah keputusan rapat pimpinan harian.

BACA JUGA: Fadli Zon Tak Rela Setnov Di-bully dengan Meme

Apalagi, ada pihak yang menyebut rekomendasi tersebut hasil rapat pleno DPP Partai Golkar.

"Itu sama sekali tak benar, keliru besar," ungkapnya.

BACA JUGA: Sepertinya Ada Hal Aneh soal EKG dan Tasbih di Foto Setnov

Ada lima orang yang berbicara terbuka menolak rekomendasi tersebut di dalam rapat pimpinan harian ketika itu.

Alasannya, memang dasar pertimbangan rekomendasi itu tanpa dokumen survey yang rasional kritis dan proporsional sehingga cenderung naif dan tendensius.

BACA JUGA: Hakim Tak Mau KPK Putar Sadapan soal Setnov, Nih Alasannya

"Saya sudah katakan dalam rapat, Jika rekomendasi mau diserahkan kepada Ketua Umum SN, agar supaya rekomendasi tersebut jangan dikesankan keputusan rapat.

"Artinya hanya sebatas hasil kajian dari sekelompok orang tim kajian yang tentunya belum punya bobot dan kekuatan putusan institusional," tegas Plt. Ketua Umum SOKSI, salah satu ormas pendiri Golkar itu.

Ali Wongso sejak awal memahami bahwa apa yang sedang dialami Partai Golkar dan Ketua Umum SN hingga sekarang ini tidak lepas dari dampak dan resiko 'pertarungan politik nasional' dua tahun terakhir ini hingga ke Pemilu 2019 mendatang.

"Ada kekuatan konspirasi politik tertentuyang tidak menghendaki posisi politik Partai Golkar dengan kepemimpinan SN termasuk di DPR RI yang komit membentengi kepemimpinan nasional Presiden Jokowi serta menjaga tegak utuhnya NKRI berdasarkan Pancasila," tuturnya.

Satu-satunya jalan bagi kepentingan politik mereka itu adalah mendorong pergantian SN dari Ketua Umum Partai Golkar dan dari Ketua DPR RI dengan segala cara, papar politisi senior Partai Golkar itu.

Terhadap turunnya elektabilitas Partai Golkar belakangan ini, mantan anggota Baleg DPR RI itu mengamati disebabkan beberapa faktor dan tentu harus diatasi dengan skala prioritas program aksi.

Prioritas paling utama sekarang ini adalah menggerakkan program aksi konsolidasi besar-besaran di tingkat basis desa/kelurahan dan kecamatan dibidang organisasi, keanggotaan dan kaderisasi tingkat desa hingga bidang pembangunan.

Utamanya pemberdayaan ekonomi rakyat, selain aktualisasi peran kerja-kerja-kerja seluruh kader di semua tingkatan lembaga legislasi dan pemerintahan.

Sedangkan terhadap masalah pribadi Ketua Umum SN yang kini sedang mencari keadilan melalui pra-peradilan, semestinya sekarang ini semua kader Golkar ikut prihatin dan mendukungnya secara moril dan doa.

Janganlah sebaliknya mengelola sikon dan opini serta kesempatan untuk menyingkirkannya. Selain itu tidak rasional, itu juga tidak etis berpolitik, tegasnya.

Plt Ketua Umum SOKSI itu menambahkan bahwa Ketua Umum hingga sekarang ini bukan berhalangan tetap sehingga fungsi Ketua Umum dapat didelegasikan kepada Ketua Harian dan Sekjen sebagaimana putusan rapat pleno.(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Kali Merayu Iwan Rusmali yang Kena OTT KPK


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler