jpnn.com, SANAA - Pemberontak Houti menyerbu dan meledakkan rumah mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh di Sanaa, Senin (4/12). Sampai sekarang belum jelas bagaimana nasib bekas sekutu Houti yang kini telah berpindah haluan itu.
Loyalis Saleh terus kehilangan wilayah dalam pertempuran yang telah berlangsung selama enam hari ini. Total jumlah korban dikabarkan mencapai 125 tewas dan 238 luka-luka.
BACA JUGA: Trump Bakal Akui Jerusalem Ibu Kota Israel
Saksi mata menyebutkan bahwa pejuang Houti membom kediaman Saleh di pusat kota. Menurut sumber Al Jazeera, kepala keamanan pribadi sang presiden, Hussein al-Hamidi terbunuh dalam ledakan tersebut. Namun, GPC, partai pimpinan Saleh membantah kabar yang menyebutkan politikus kawakan itu ikut tewas.
Pada 2015, Saleh bersama pemberontak Houti menggulingkan pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi. Sejak itu mereka bahu membahu menghalau serangan koalisi pimpinan Arab Saudi yang ingin mengembalikan Mansour Hadi ke kursinya.
BACA JUGA: Giliran Mantan PM Mesir Mengaku Disekap Uni Emirat Arab
Namun, pekan lalu semua berubah. Saleh secara mengejutkan menyatakan siap membuka dialog dengan Saudi Cs. Bagi Houti, yang dibekingi Iran, pernyataan itu jelas dianggap sebagai pengkhianatan besar.
Sementara itu, di hari yang sama, koalisi Saudi terus menjatuhkan bom di kantong-kantong Houti. Mereka mendukung sikap Saleh yang akhirnya berani menentang pemberontak. (reuters/dil/jpnn)
BACA JUGA: Bayar Rp 13,5 T, Pangeran Miteb Lolos dari Jerat KPK Saudi
BACA ARTIKEL LAINNYA... Saad Hariri: Yang Terjadi di Saudi, Akan Tetap di Saudi
Redaktur & Reporter : Adil