jpnn.com - PULOSARI – Aktivitas Gunung Slamet sampai dengan sekarang masih tinggi. Bahkan kemarin (28/8), sekitar 12 jam terakhir kegempaan yang terjadi membentuk tremor, yaitu gempa yang terus-menerus terjadi dan sambung-menyambung.
Kejadian itu menjadi indikasi bahwa pergerakan magma sudah dekat dengan permukaan kawah.
BACA JUGA: Harga Eceran Rp 8 Ribu per Liter
Menurut Sudrajat, ketua Pos Pengamatan Gunung Api Slamet Gambuhan di Kecamatan Pulosari mengatakan, memang berdasar pemantauan yang terekam di alat pemantau, ada pergerakan magma yang bergerak terus-menerus menuju permukaan kawah dan sudah sampai di permukaan kawah.
BACA JUGA: Tersangka Korupsi Masih Buron, Polresta Salahkan Media
Apakah nanti magma tersebut akan berhenti di titik tertentu atau terus bergerak dirinya belum tahu. ”Oleh karena itu, kami akan terus pantau perkembangan selanjutnya,” ungkap Sudrajat Kamis (28/8).
Selain itu, kata dia, jumlah sinar api juga masih sering tampak dan menunjukan peningkatan atau sudah dekat dengan permukaan kawah. Sedangkan untuk lontaran lava pijar yang terjadi tidak begitu banyak. Namun demikian, status Gunung Slamet hingga sekarang masih siaga.
BACA JUGA: Tewas Tertimbun Tebu Satu Truk
Pihaknya mengimbau kepada warga untuk menjauh dan tidak beraktivitas pada radius 4 kilometer dari puncak. ”Aktivitas gunung masih terus tampak mengeluarkan asap dan sinar api yang bisa dilihat secara visual,” jelasnya.
Pihaknya mengaku masih kerap mendengar suara gemuruh dan dentuman. Utamanya pada malam hari terdengar hingga sampai pada radius 10 kilometer dari puncak Gunung Slamet. Dengan begitru, tidak menutup kemungkinan bahaya erupsi sewaktu-waktu dapat terjadi.
Seiring dengan perkembangan yang terjadi dengan Gunung Slamet, berbagai persiapan telah dilakukan baik oleh pemerintah kabupaten, kecamatan, dan desa. Di antaranya membuat papan penunjuk arah jalur evakuasi yang tersebar di setiap desa, khususnya yang masuk dalam daerah rawan bencana.
Penunjuk arah tersebut dibuat secara permanen sejak 2 hari. Hal itu dilakukan untuk menghindari dan mencegah adanya kerusakan yang terjadi akibat keropos atau dibuat mainan oleh anak-anak, sehingga hilang.
”Papan penunjuk arah ini memang sudah dipasang sejak Gunung Slamet mengalami peningkatan aktivitas, sehingga statusnya berada di atas normal,” ungkap kadus Gajah Uling, Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari. Namun, lanjut dia, karena menggunakan kayu, maka banyak terjadi kerusakan. Oleh karena itu, dibuatlah papan penunjuk jalur evakuasi yang permanen.
Papan penunjuk arah tersebut bertuliskan jalur evakuasi yang bertujuan untuk memudahkan dan mengarahkan warga menuju titik kumpul atau tempat pengungsian, misalnya gedung sekolah. Itu disapkan jika terjadi hal yang membahayakan dan mengharuskan warga yang tinggal di daerah rawan bencana untuk mengungsi. Dengan begitu, warga tidak perlu bingung lagi jika terjadi erupsi.
Dia menamabhakan, di Desa Gambuhan ada sekitar delapan titik papan penunjuk arah jalur evakuasi. Selain itu, di Dukuh Gajah Uling terdapat tiga lokasi pemasangan papan penunjuk permanen yang sudah disiapkan.
Dia berharap, dengan danya papan penunjuk arah jalur evakuasi akan memudahkan evakuasi warga, jika terjadi erupsi Gunung Slamet. (maf)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Satpol PP Pemerkosa di Kantor Bupati Langsung Dipecat
Redaktur : Tim Redaksi