Alumni UIN Syarif Hidayatullah Tolak Pencapresan Prabowo

Kamis, 26 Juni 2014 – 17:10 WIB
Kordinator deklarasi "Ciputat Menolak Orde Baru", Ridwan Darmawan (memegang mic) dalam jumpa pers di kantor KontraS, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (26/6). Foto: istimewa

jpnn.com - JAKARTA - Pencalonan Prabowo Subianto sebagai presiden masih belum bisa diterima banyak kalangan. Terbaru, puluhan alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah mendeklarasikan gerakan menolak pencapresan Prabowo, dengan nama Ciputat Menolak Orde Baru (Orba). Mereka menilai Prabowo tak pantas mencalonkan diri, karena capres nomor urut 1 itu dianggap sebagai Anak Kandung Orba yang diduga kuat terlibat dalam berbagai kasus pelanggaran HAM.

Kordinator deklarasi, Ridwan Darmawan, mengatakan, gerakan Ciputat Menolak Orba yang dicanangkan oleh sekelompok aktivis dari basis kampus Islam di Jakarta itu, dilakukan guna mengingatkan seluruh masyarakat Indonesia agar tidak melupakan bagaimana kekerasan dan kekejaman yang pernah terjadi di masa pemerintahan Orde Baru.

BACA JUGA: Kisah Ruhut Tempel SBY Karena Mau Jadi Presiden

"Salah satu kontestan pilpres yaitu mantan Danjen Kopasus, Prabowo Subianto adalah produk orde baru. Prabowo masih harus bertanggungjawab atas kasus penghilangan secara paksa 13 aktivis 97-98 lalu. Selain itu Prabowo juga merupakan mantu dari mantan presiden RI, Soeharto, dan ia berencana akan memberikan gelar pahlawan nasional terhadap Soeharto," kata Ridwan Darmawan dalam konfrensi pers di Kantor KontraS, Jalan Borobudur No. 14, Jakarta Pusat, Kamis, (26/6).

Dari aktivis 98 lainnya, Miksil Mina Munir menambahkan, rezim orde baru merupakan pemerintahan yang penuh dengan tiran. "Mulai dari pemberantasan media, kasus pembunuhan wartawan Jogja, Udin Bernas, kemudian kasus Marsinah, Munir, dan kekerasan dan penghilangan aktivis lainnya, merupakan pola tirani yang kerap dilakukan oleh rezim orde baru," ucapnya.

BACA JUGA: KPK Periksa Beberapa Saksi di Palembang

Ia mengkhawatirkan, tirani Orde Baru itu berpotensi kembali muncul ketika Indonesia dipimpin oleh Prabowo Subianto. Fakta pemecatan terhadap Prabowo Subianto yang belakangan muncul, lanjut Munir, merupakan salah satu bukti bahwa Prabowo memiliki sejarah kelam dalam perkembangan demokrasi di Indonesia.

"Oleh karena itu kita hanya berharap, Indonesia ke depan tidak dipimpin oleh Anak Kandung Orde Baru, yakni Prabowo Subianto," ucapnya menegaskan.

BACA JUGA: 13 Hari Menentukan, Jokowi Tetap Ungguli Prabowo

Deklarasi gerakan Ciputat Orde Baru itu dicanangkan oleh puluhan aktivis UIN dari berbagai angkatan seperti M. Shodri, Azwar Furqutyama, Ray Rangkuti, Dani Setiawan, Ali Nursahid, Bahtar Piliang, Andi Syafrani, Syamsul Munir, Sidik Anshory, dan, Paski Hidayat.

M. Shodri menambahkan, munculnya Prabowo sebagai capres pascareformasi menimbulkan trauma tersendiri. "Memori kelam berbagai variasi pelanggaran hukum dan HAM berat saat Orde Baru masih melekat. Itu sulit dilupakan," pungkasnya. (adk/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... JK: Tambahan Harta Bukan Karena Jadi Pejabat Negara


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler