jpnn.com, MANILA - Rolando Omongos, nelayan Filipina berusia 21 tahun akhirnya kembali ke rumah Rabu (29/3) kemarin, setelah hampir dua bulan dianggap tewas di tengah laut.
Rolando kehilangan 40 kilogram berat badannya, ada juga laporan yang menyebutkan 20 kilogram. Selama 58 hari, dia terombang-ambing di Samudera Pasifik. Rolando bertahan hidup dengan memakan lumut yang tumbuh di perahu kecilnya, ditambah meminum air hujan.
BACA JUGA: Aduh! Ratusan Tahanan Dipaksa Telanjang
"Setiap kali tubuh saya panas, saya masuk ke laut, dan kemudian muncul lagi. Dalam sehari, saya bisa sepuluh kali seperti itu. Saya berusaha untuk tetap tenang," katanya.
Rolando dan sejumlah nelayan lain, termasuk pamannya Reniel Omongos (31 tahun) berlayar pada 21 Desember 2016, dari General Santos, Filipina selatan menuju Laut Sulawesi.
BACA JUGA: 100 Gempa Susulan Mengguncang, Pengungsi Tegang
Badai mengamuk pada 10 Januari, memisahkan Rolando dan pamannya dari kapal besar. Dua kerabat tersebut kemudian mencoba bertahan dengan perahu kecil dengan panjang sekitar 2 meter.
Lima hari setelah itu, mereka kehabisan bahan bakar. Kelaparan, kehausan, dan tak ada bahan bakar, lengkap sudah derita mereka. "Beberapa kapal lewat, namun mereka tak bisa melihat kami," kenang Rolando.
BACA JUGA: Kemenlu Yakin Keselamatan WNI Jadi Prioritas Filipina
Sebulan berlalu, Rolando akhirnya harus berjuang sendirian. Reniel, pamannya meninggal. Rolando mengikat pamannya seadanya di perahu tersebut. Namun akhirnya Rolando tak kuasa terus menjaga tubuh pamannya, karena terus membusuk.
Dia akhirnya merelakan jenazah pamannya tenggelam. "Saya berdoa kepada Tuhan, tolong jaga paman saya. Saya harus tetap hidup, sehingga seseorang bisa membawa berita duka ini untuk kerabat kami. Saya terus berdoa," ujar Rolando.
Saat terapung-apung sendiri, Rolando berusaha untuk tidak kehilangan fokus untuk bertahan. Dia teringat kakeknya, yang menjadi inspirasi saat dia memutuskan menjadi nelayan. Kakeknya dikenal sebagai seorang nelayan yang kuat.
Ya, akhirnya doa Rolando terjawab. Sebuah kapal nelayan Jepang Wakaba Maru Jepang melihat 'titik' keberadaan Rolando. Awaknya berusaha melakukan penyelamatan. Dengan kekuatan tersisa, Rolando pun berjuang mengumpulkan tenaga mendapatkan si penyelamat hidupnya.
"Saya terlalu lemah untuk berdiri saat mereka mengangat saya. Saya sangat senang karena Tuhan mendengar doa saya selama ini. Saya ingin menangis, tapi tidak ada air mata yang keluar," ujar Rolando.
Rolando dibawa kapal Jepang ke daratan terdekat: Papua New Guinea, sekitar 3.200 kilometer dari pelabuhan di Filipina, tempat awal dia bertolak.
Rolando yang putus sekolah di usia muda mengaku ingin kembali melanjutkan pendidikannya. Satu hal yang pasti, untuk waktu dekat ini dia tidak akan mau kembali ke kapal. "Saya ingin beristirahat dahulu, mungkin untuk beberapa bulan," tandasnya. (afp/abscbnnews/adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dordordor..dor! 8 Nelayan Filipina Tewas, 7 Selamat
Redaktur & Reporter : Adek