jpnn.com - GADIS hitam manis itu pegawai Istana urusan kesenian. Haryati dia punya nama. Laksana tembang Ismail Marzuki, malam itu, Bung Karno dan Haryati…bahagia seribu satu malam.
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
BACA JUGA: Kisah Orang Indonesia Pertama yang Jadi Juragan Freeport
Ganefo, Games of the New Emerging Forces, pesta olahraga berkaliber dunia, tandingan Olimpiade baru saja usai.
Bung Karno menjamu seluruh kontingen, baik dalam pun luar negeri di Istana Negara. Hadir pula sejumlah pejabat negara.
BACA JUGA: Sekuel Asmara Pak Harto dan Ibu Tien
Aneka makanan dan minuman telah dihidang.
Di panggung, grup musik ABS tampak asyik menyenandungkan Aryati, sebuah tembang karya Ismail Marzuki.
BACA JUGA: 7 Desember Hari Pers Indonesia
haryati…dikau mawar asuhan rembulan
haryati…dikau gemilang seni pujaan
Ya, si penyanyi melafalkannya Haryati, pakai H. Bukan Aryati.
Band tersebut, "begitu keranjingan menyuguhkan lagu Aryati," kenang Karlinah sebagaimana ditulis Herry Gendut Janarto dalam buku Karlinah Umar Wirahadikusumah--Bukan Sekadar Istri Prajurit.
"Lagu yang berlirik puja-puji terhadap diri seorang wanita itu terus diulang mengisi gendang telinga dan mata hati hadirin," sambungnya.
Berlenso
Usai santap malam, hadirin dipersilahkan melantai. Seperti yang sudah-sudah, kini waktunya berlenso, dansa-dansi khas Indonesia.
Sejumlah pasangan ambil ancang-ancang.
"Astaga, kembali lagu Aryati membahana. Amboi, mari berlenso," kenang Karlinah dalam biografinya.
Malam itu, Karlinah nan anggun mengenakan kain kebaya khas Sunda. Dia berlenso dengan Umar Wirahadikusumah, Pangdam V Jaya yang berstelan jas hitam.
Bung Karno yang selalu menjadi pusat perhatian, mendaulat seorang gadis belia berkain kebaya rapi untuk berlenso.
Seperti apa dansi-dansi ala Indonesia yang sangat populer di masa Bung Karno? Karlinah menceritakan…
Masing-masing pasangan tegak berdiri dalam posisi saling berhadapan. Kemudian kedua lutut mereka sedikit ditekuk dan pinggul mulai digoyang. Makin dalam lutut ditekuk, makin asyik jadinya. Seiring dengan itu, pinggul tak henti digoyang mengikuti irama musik pengiring.
Karenannya, tubuh kadang tampak merendah ke lantai, kemudian berjongkok cukup lama, dan baru kemudian berdiri kembali. Begitu terus berulang.
Boleh jadi, pasangan kemudian berjalan memutar sebelum kembali melakukan rangkaian gerak yang syur asyik tapi melelahkan itu.
Ternyata, Suharyati...
Dendang Aryati masih mengalun. Entah sudah kesekian kalinya lagu itu didendangkan di Istana.
dosakah hamba mimpi berkasih dengan tuan
ujung jarimu kucium mesra tadi malam
Tiba-tiba Bung Karno yang menggamit tangan gadis hitam manis itu menghampiri pasangan Karlinah-Umar.
Atas permintaan Bung Karno, mereka bertukar pasangan. "Mar, titip gadis ini," bisik Bung Karno. Sekadar catatan, Umar Wirahadikusumah kemudian hari jadi Wakil Presiden Soeharto.
Malam itu, sebagaimana dicuplik dari buku biografi Karlinah, dirinya coba mengimbangi kemahiran Bung Karno dalam berlenso.
Lima belas menit kemudian, setelah saling lempar puji, Bung Karno mengembalikan Karlinah pada Umar.
"Mar, mana gadis tadi?" tanya Si Bung. "Eh, tolong cari dia…"
Tak lama Umar datang membawa si gadis hitam manis. Dan Bung Karno memperkenalkannya.
Gadis itu bernama Suharyati. Dipanggil Haryati. Bekerja sebagai staf kesenian Istana.
Hmmm…pantas lagu itu diulang-ulang. Pakai H pula. Ada yang dimabuk asmara, kawan.
haryati…dikau mawar di taman khayalan
tak mungkin, tuan terpetik daku
walau pun demikian nasibku
namun aku bahagia
seribu satu malam...
Mei 1963, tak lama setelah dansa-dansi di malam itu, Bung Karno mempersunting Haryati jadi istri ke enam setelah, Oetari, Inggit, Fatmawati, Hartini, Ratna Sari Dewi.
Kala itu Bung Karno berusia 63 tahun. Dan Haryati 23 tahun. (wow/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Apa Benar Pak Harto Pernah Lari Meninggalkan Pertempuran?
Redaktur : Tim Redaksi