Anak-anak Berbaur Tanpa Sekat Strata, Nur Asia Uno Terharu

Senin, 05 Maret 2018 – 09:06 WIB
Anak-anak usia dini khususnya dari TK Global Sevilla dan PAUD Surya Kasih dalam pergelaran budaya nasional bertajuk The Magic of Music, Nusantaraku. Foto: Humas

jpnn.com - Ratusan anak usia dini tampil atraktif dalam pergelaran budaya nasional. Tidak ada saling hina walaupun mereka berasal dari dua kelompok masyarakat berbeda.

Mesya Mohammad – Jakarta

BACA JUGA: Erni Ingin Duduk di Depan Makam Amrozi Sambil Membawa Bunga

SIANG itu Balai Resital Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, riuh dengan suara para bocah usia 3 sampai 6 tahun.

Ada yang serius menghafal dialog. Ada pula yang berputar dan berlarian tidak mau diam.

BACA JUGA: Jelang Senja di Bali, Chicco Jerikho-Putri Ikat Janji Suci

Minggu (4/3) memang hari istimewa bagi anak-anak usia dini khususnya dari TK Global Sevilla dan PAUD Surya Kasih.

Mereka akan tampil dalam pergelaran budaya nasional bertajuk The Magic of Music, Nusantaraku.

BACA JUGA: Misteri Jejak Kaki di Sekitar Gedung MTS Negeri Lamandau

Pergelaran ini sangat istimewa karena tidak hanya menunjukkan sisi sekolah pendidikan anak usia dini kelas menengah ke atas, tapi juga menengah ke bawah.

Anak-anak yang tinggal di rumah susun sewa (Rusunawa) berbaur dengan bocah di perumahan elite.

Hal inilah yang membuat Nur Asia Uno, istri Wagub DKI Jakarta Sandiaga Uno, terharu.

Dia melihat, dunia anak begitu murni. Anak-anak tidak melihat strata. Yang dilihat adalah mereka teman sebaya.

"Saya sangat terharu melihat anak-anak dari sekolah internasional sepanggung dengan PAUD di Rusunawa. Ini pemandangan sangat indah, tidak ada perbedaan," tuturnya saat membuka pergelaran budaya nasional anak-anak usia dini.

PAUD Surya Kasih merupakan salah satu binaan dari tim penggerak PKK Pemprov DKI Jakarta.

PAUD ini diselenggarakan di tujuh Rusunawa, enam di wilayah Jakarta Timur dan satu Jakarta Barat. Salah satu tujuannya memberikan pendidikan pra SD untuk anak-anak rusun.

Istri Sandiaga Uno ini menilai, pergelaran budaya nasional merupakan bentuk dari pendidikan karakter.

Anak-anak bisa belajar tentang Pancasila dan rasa cinta tanah air bukan hanya dari teori tapi lewat musik dan tari.

"Enggak ada anak-anak yang tahu temannya kaya atau miskin. Enggak ada juga anak yang merasa dirinya hebat karena sekolah di sekolah internasional. Saya mengapresiasi apa yang dilakukan Global Sevilla karena mempertemukan dengan anak-anak di PAUD Rusunawa," bebernya.

Sementara Direktur Pendidikan Global Sevilla School Robertus Budi Setiono mengungkapkan, sengaja dalam pergelaran budaya nasional ini digandeng PAUD yang ada di Rusunawa.

Tujuannya mengajarkan pendidikan karakter pada anak-anak untuk berbaur dengan penghuni rusun.

"Anak-anak kami ajarkan jangan melihat sesuatu dari perbedaan. Jangan cekoki anak dengan perasaan benci dan antiperbedaan," terangnya.

Selain itu, lewat pergelaran budaya ini, anak-anak dididik keberanian dan rasa percaya dirinya. Mereka juga akan lebih mencintai lagu-lagu daerah yang semakin hari kian tergerus oleh budaya barat.

Pergelaran budaya nasional ini bukan kali pertama dilaksanakan. Sebagai sekolah Satuan Pendidikan Kerja Sama (SPK), menurut Robertus, pihaknya punya tanggung jawab besar mengajarkan tentang makna Pancasila, budaya bangsa dan cinta tanah air.

Di usia dini, anak-anak harus diisi dengan berbagai kecerdasan emosional, sosial, dan karakter. Salah satunya lewat budaya, seni, dan nilai-nilai kebangsaan.

Dia optimistis dengan mengenal tarian dan budaya nasional, anak-anak bisa paham apa itu Pancasila. Impact-nya ketika mereka besar dan sekolah ke luar negeri, rasa cinta tanah air itu tidak akan luntur.

Nur Asia memang sangat peduli dengan pendidikan anak usia dini. Dengan sabarnya dia mengikuti pergelaran yang berdurasi dua jam itu.

Sesekali dia bertepuk tangan sambil tertawa. Tak jarang ikut bernyanyi bersama dengan orang tua murid yang ingin melihat anaknya tampil.

Aksi para bocah ini semakin menggemaskan ketika ada beberapa di antaranya lupa dialog. Melihat itu, temannya yang lain ikut membantu. Hal inilah yang membuat penonton tergelak.

Ada juga bocah yang tidak bisa melihat mikropon dan langsung beraksi seolah menjadi bintang panggung terkenal. Namun, saat musik diperdengarkan si bocah langsung menari bersama rekan-rekannya yang lain.

Tingkah lucu lainnya saat enam bocah berusia sekitar tiga tahun akan menyanyikan Burung Kakatua.

Salah satu bocah malah melongo dan memandang hingga ke langit-langit studio.

Namun, tidak berapa lama bocah perempuan cantik ini langsung menari dan menyanyi bersama teman-temannya yang lain.

Lagi-lagi tepuk tangan gemuruh diberikan kepada sang bocah yang memandang penonton dengan wajah polosnya. (esy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelebon Anak Agung Niang, Ubud pun Menjadi Lautan Manusia


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler