jpnn.com - SUDAH pasti, menjadi seorang buruh bukan pilihan bagi anak-anak itu. Mereka masih duduk di bangku sekolah.
Namun, demi mencukupi kebutuhan sekolah dan uang jajan, mereka mau tidak mau memilih menjadi buruh di pelabuhaan rakyat Luwuk.
BACA JUGA: Aroma Mistis Jembatan Iblis, Misteri si Kucing Hitam
Andi Ardin A.N - Luwuk Post
Hari semakin gelap. Sekira pukul 19.00 wita, Jln. Jenderal Ahmad Yani, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, sedang padat dilewati kendaraan.
BACA JUGA: Mengharukan...Sempat Hilang Harapan, Kini Ingin Segera Menikah
Saking padatnya, terkadang beberapa kendaraan harus berhenti sejenak karena kondisi jalan yang cukup sempit.
Wajar saja, kondisi jalan yang sempit itu akibat maraknya kendaraan parkir liar.
BACA JUGA: Anak Muda itu Bilang, Semua yang Dikatakan Donald Trump Benar
Tepat di pintu gerbang pelabuhan rakyat Luwuk, terlihat sekelompok anak mengejar kendaraan (roda dua dan roda empat).
Mereka adalah sekelompok anak yang menawarkan jasa buruh. Dengan semangat dan tenaga seadanya, mereka mengangkat barang para penumpang hingga ke atas kapal.
Tak tanggung-tanggung, rata-rata setiap malamnya mereka mendapatkaan uang Rp 30 ribu, dari para penumpang yang membutuhkan jasa buruh mereka.
Tidak ingin bergantung pada siapapun, menjadi alasan mengapa anak-anak itu memilih menjadi seorang buruh.
Padahal, beberapa diantara mereka adalah anak yang masih duduk di bangku sekolah.
Waktu yang digunakan mereka untuk mengangkat barang seharusnya digunakan untuk belajar.
Beberapa dari mereka memberikan alasan yang cukup masuk akal.
Seperti Arman, salah seorang siswa kelas 1 di SMA Negeri 2 Luwuk ini menceritakan mengapa dirinya bekerja sebagai buruh meski masih duduk dibangku sekolah.
Terlahir dari keluarga ekonomi pas-pasan, Arman terkadang harus berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya.
“Saya jadi buruh tidak setiap hari. Hanya saat ada keperluan saja. Sekarang saya jadi buruh lagi untuk cari uang beli sepatu. Sepatu saya sekarang sudah rusak,” ungkapnya, sembari menunggu penumpang kapal yang ingin diangkatkan bawaannya ke kapal.
Lain halnya dengan Arman, salah seorang siswa SMP Negeri 2 Luwuk, Munawar.
Dia memilih menjadi buruh karena tidak ingin membebani bibi yang sejak beberapa tahun terakhir merawatnya.
Dia katakana, hasil kerjanya sebagai seorang buruh bisa memenuhi kebutuhan jajannya setiap hari.
“Banyak uang kalau jadi buruh. saya bisa jajan apa saja, tanpa harus minta sama bibi,” jelasnya polos. (*/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pedagang di Glodok tak Takut Aksi 4 November
Redaktur : Tim Redaksi