Anak-Anak Muslim Komunitas Punk Berdakwah lewat Punkajian

Dulu Sarang Copet, Kini Rumah Pertobatan

Jumat, 21 Mei 2010 – 08:16 WIB
PUNKAJIAN- Acara Punkajian yang diadakan Punk Muslim setiap malam Jumat dihadiri sebagian anggota Punk Klender. Foto: Agus Wirawan/Jawa Pos
BERBEKAL ilmu agama pas-pasan, penghuni rumah singgah Sanggar Oedix, Pulo Gadung, berdakwah kepada kelompok punk jalananMereka adalah kelompok punk muslim yang rajin menggelar pengajian tiap malam Jumat

BACA JUGA: Lebih Legit, Rasanya Seperti Durian Campur Susu



-----------------------------------------
AGUS WIRAWAN, Jakarta
-----------------------------------------


DARI balik tembok taman kota yang gelap dan rimbun, muncul enam laki-laki muda dan seorang perempuan
Kulit mereka hitam dan dekil

BACA JUGA: Meramalkan, Tahun 2012 Gelap !

Mereka berdandan aneh
Sebagian bertindik di kedua telinga

BACA JUGA: Legenda Liverpool Ian Rush Tiga Hari di Jakarta

"Di dalam masih ada lima cowok dan seorang cewek, tapi nggak mau ikutKatanya, capek karena seharian ngamen," tutur Asep Vanhalen, anggota punk muslim yang badannya penuh tato

Malam itu, Kamis pukul 23.30 Wib, Asep bertugas menjemput kelompok punk yang biasa mangkal di perempatan KlenderPemuda 21 tahun tersebut akan membawa mereka ke markas punk muslim di Jl Swadaya No 3, Pulo GadungSetiap malam Jumat, di sana digelar punkajian "istilah pengajian bagi anak-anak punk.

Punk Klender, menurut Asep, termasuk golongan yang masih salah jalanMereka tidak mengenal agamaPunk jalanan hidup berkelompok dengan anggota lebih dari sepuluh orang"Saya dulu juga hidup seperti mereka," papar diaDia bisa mengajak punk Klender karena kenal dengan pimpinannya saat berada di penjara anak

Punk jalanan biasa tidur dimana sajaAntara lain, emperan toko, halte, dan kebun kosongDemikian juga kencing dan BAB (buang air besar), mereka melakukannya di mana saja"Yang paling sakral, mereka tidak mau mandiBahkan, kalau ada asap knalpot, baju mereka dideketin agar tambah kotor," ujar Asep"Makin kotor, makin ngepunk," tambah dia.

Tiba di tempat tujuan, rombongan punk Klender disambut rekan-rekan sesama punk yang muslimMereka berada di markas tersebut sejak pukul 22.00 Wib

Berbeda dengan acara pengajian pada umumnya, yang biasa didominasi baju takwa dan kopiah, jamaah punkajian berbaju apa adanyaRombongan punk Klender tidak diberi tahu bahwa pertemuan itu bernama pengajian"Kami ingin silaturahmi saja," tutur Ahmad Zaki, salah seorang pendiri punk muslim, kepada tamunya dari Klender.

Asap rokok mengepul ditemani makanan seadanyaMereka bicara tentang berbagai hal, mulai musik hingga masalah-masalah jalananSalah seorang dari Klender mengadu pernah dipukul seorang premanPengaduan itu ditanggapi serius oleh kelompok punk muslimMereka berjanji membantu"Kalau mau gabung punk muslim, kami bantu tangkap orang ituNanti, banyak teman pengacara yang bantu," ujar Zaki.

Lelaki 25 tahun yang bekerja di Dompet Dhuafa tersebut mengungkapkan, punk jalanan hampir tak pernah salatMereka menganggap salat dan Tuhan tidak berguna"Tuhan mereka adalah uang," ujarnya"Mereka rata-rata ateis sosialisKalau ada yang beragama, itu bisa sajaTapi secara komunitas, (punk) nggak mengenal (Tuhan, Red)," jelas dia.

Di forum tersebut, beberapa anggota punk muslim menceritakan pengalaman mereka di jalanan dengan bahasa anak jalananKemudian, barulah mereka menyelipkan petuah-petuah tentang kehidupan yang lurusMenurut Zaki, rata-rata punk jalanan bingung menjawab, apakah punk bisa menjadi jaminan masuk surga"Biasanya, ada yang tobatAda yang salat tahajud saja, tapi tidak salat lima waktuLumayan lah," ungkapnya lantas terkekeh.

Saat ini Zaki dan teman-temannya rajin mendekati kelompok-kelompok punk jalananTak jarang mereka bertemu kelompok-kelompok punk di luar JakartaMisalnya, Jogjakarta, Tegal, Semarang, Palu, dan Batam"Kami prospek merekaKami nggak bisa mengubah seseorang secara frontalAda yang kala bertemu bilang muslim, begitu lepas kafir lagi," papar dia.

Punk muslim dibentuk pada 2007, tepatnya Ramadan, di rumah singgah anak jalanan, Sanggar Oedix, sebelah kiri Terminal Pulo GadungRumah tersebut dulu merupakan tempat berkumpul para preman, copet, penodong, dan pengamenBerkat tangan dingin Ketua Panji (Persaudaraan Anak Jalanan Indonesia) Budi Khaironi (almarhum), rumah itu berubah menjadi tempat pertobatan anak jalanan.

Sampai 2009, kelompok punk muslim belum berani terang-terangan menunjukkan eksistensiSaat ini tak kurang dari 15 anak punk yang tinggal di Sanggar Oedix"Tahun ini kami ingin kegiatan terbukaMisalnya, punkajian di terminal atau halte-halte," tutur ZakiTujuannya, setidaknya mengimbau anak punk agar mau mandi"Kalau sebelumnya mereka nggak mandi sampai empat tahun, kami usahakan mau wudu, bersih-bersih badan," sambungnya.

Dharma Putra, salah seorang anggota punk muslim, mengakui awalnya susah mengikuti jalan hidup islamiSebab, tiap hari dia hanya memikirkan cara mendapatkan uangDengan mengamen di Terminal Pulo Gadung mulai pagi sampai malam, dia bisa mendapatkan uang minimal Rp 100 ribu"Karena dapatnya gampang, ya untuk beli minuman, narkobaSekarang, alhamdulillah tidak lagiNgamen masih, salat jalan terus," ucap laki-laki 26 tahun itu.

Pengamen yang dikenal dengan nama Ambon tersebut mengatakan, banyak punk jalanan yang tidak konsistenMereka rata-rata bukan lagi pencinta musik punk, melainkan hanya ikut-ikutan modeAnehnya, sebagian besar menganggap gaya hidup ala sosialis komunis itu sebagai ideologi"Saking sosialisnya, ada cewek (punk jalanan, Red) yang dipakai bersama-sama," ungkapnya.

Punk muslim yang lain, Iip Kiswaryadi, menyatakan bosan hidup di jalananBertahun-tahun laki-laki 27 tahun yang akrab dipanggil Otoy itu menjadi target operasi (TO) polisi karena sering menodong dengan sasaran etnis tertentu"Polisi sudah bosan cari sayaSebab, nggak ada duitnyaMaka, saya bergabung di sini untuk mencari kehidupan yang lebih tenang," terang dia

"Lingkungan saya yang lama susah maju," sambungnyaKini seks bebas, obat-obatan terlarang, serta aktivitas mencopet dan menodong tidak lagi menjadi bagian dari kehidupan penghuni rumah singgah Sanggar Oedix(*/c11/cfu)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Aktivasi Otak Tengah, Metode Pendidikan yang Makin Digandrungi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler