jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi I DPR Charles Honoris menduga ada pihak yang menggunakan jasa sindikat Saracen untuk memproduksi hoaks dan ujaran kebencian, serta mengedarkannya saat Pilkada Serentak 2017. Menurutnya, jika ada kepala daerah yang terbukti menggunakan jasa Saracen maka harus diproses hukum.
“Sekarang ini Polri sedang mendalami. Kami berharap juga bukan hanya operatornya ditangkap, tetapi pengordernya siapa, termasuk yang mendanai siapa," ujar Charles di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (28/8).
BACA JUGA: Disebut Terkait Saracen, Eggi Sudjana Merasa jadi Target
Politikus PDI Perjuangan itu juga mendesak Polri mengungkap kepala daerah yang memenangi pilkada melalui hoaks dan hate speech. Sebab, sambungnya, polisi bisa menelusuri aliran dana ke Saracen.
"Jadi polisi punya banyak celah untuk menjerat itu, baik pemesan maupun pelakunya bisa diproses hukum," kata Charles.
BACA JUGA: Eggi Sudjana Laporkan 3 Orang Ini ke Bareskrim
Lebih lanjut Charles juga mengeluhkan maraknya ujaran kebencian di medsos yang ternyata menjadi ladang bisnis. Padahal, pemerintah telah susah payah menjaga hubungan atarumat agar tidak terpecah belah karena persoalan SARA.
"Mereka yang menjalankan bisnis ini dan juga para pengordernya sepert tak peduli dengan efek yang diakibatkan oleh pelaku," pungkas anak buah Megawati Soekarnoputri di PDIP itu.
BACA JUGA: Eggi Sudjana Tidak Takut Diperiksa
Sebelumnya Direktorat Siber Bareskrim Polri menggulung tiga orang sindikat Saracen di lokasi berbeda. Ketiganya adalah JAS, SRN dan MFT.
JAS selaku pimpinan Saracen ditangkap di Pekanbaru. Selanjutnya SRN dibekuk di Cianjur, sedangkan MFT diringkus di Koja, Jakarta Utara.
Sindikat itu bekerja secara profesional. Berdasar temuan Bareskrim Polri, Saracen menyodorkan proposal ke calon klien agar menggunakan jasa mereka.
Proposal itu juga sudah lengkap dengan rancangan biaya yang kisarannya antara Rp 70 juta hingga Rp 100 juta. Jika klien sepakat, maka Saracen akan membuat hoaks dan meme-meme bermuatan ujaran kebencian untuk diviralkan.(dna/JPC)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kelihatannya Sih Pintar, tapi Termakan Hoaks Juga
Redaktur : Tim Redaksi