jpnn.com, MAKASSAR - "Aku boleh lahir di desa, tapi aku jangan dikubur di desa. Aku boleh lahir dalam keadaan miskin, tapi aku jangan dikubur dengan keadaan miskin,".
Itulah kalimat Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat membawakan orasi pada Kuliah Akbar Aksi Kebangsaan Perguruan Tinggi Melawan Radikalisme di Anjungan Pantai Losari, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (28/10).
BACA JUGA: Mentan Amran Gelorakan Semangat Pemuda di Anjungan Losari
Menteri Amran datang ke anjungan Losari menggunakan jasa taksi. Dengan baju putih khas dipadu celana hitam dan sepatu kets, kehadiran pria kelahiran 27 April 1968 di Bone, Sulawesi Selatan itu disambut dengan tepuk tangan.
BACA JUGA: Inilah 10 Kota Layak Pemuda versi Kemenpora
Di tengah terik matahari, menteri pertama yang berasal dari kawasan timur Indonesia di sektor pertanian menggelorakan semangat kepemudaan.
Dia mengatakan bahwa semua orang punya hak untuk menjadi sukses dan mendapatkan apa yang diinginkan.
BACA JUGA: Mahasiswa Nyatakan Sikap Jaga Sumsel Tetap Zero Conflict
"Aku anak desa dari kampung sama seperti kalian. (Jadi) Anda juga berhak jadi menteri berikutnya," katanya.
Menurut Amran, menjadi orang sukses tidak mudah. Butuh disiplin, kejujuran, kerja keras dan doa.
"Kalau mau berhasil, gunakan masa mudanya dengan baik. Ada yang mengatakan bahwa masa muda hura-hura, tua kaya raya, mati masuk surga. Omong kosong itu, bohong," tegas Amran.
Semasa kuliah menempuh pendidikan di Universitas Hasanuddin, Amran tidak seberuntung dengan mahasiswa lainnya yang berkecukupan. Dia tinggal di indekos dan makan hanya sekali sehari. "Bukan karena malas makan, tapi tak ada makanan," katanya.
Namun Amran tak pernah menyerah, apalagi sampai meratapi keadaan. Dengan tekad dan kerja keras, dia berhasil melewatinya dan kini menjadi pembantu presiden masuk dalam Kabinet Kerja pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
"Kami pertama datang ke Jakarta, dicari di google nama neneknya siapa, cucunya siapa enggak ketemu, ini siapa yang jadi menteri?" katanya.
Selama menjadi menteri, Amran pernah mengunjungi Kolombia, Jerman dan Korea Selatan. Menurutnya, tak perbedaan yang signifikan sektor pertanian Indonesia dengan negara lainnya.
"Kita melihat apa perbedaan pemuda kita dengan pemuda mereka. Bapak Presiden tanya, apa perbedaan antara pertanian kita dengan pertanian mereka? Yang membedakan adalah mereka terlalu rajin dan kita terlalu?," tanya Amran
"Malas," jawab mahasiswa.
"Terima kasih, anda tahu sendiri jawabannya," timpal Amran.
Salah satu kunci untuk mencapai kesuksesan adalah menggunakan waktu 20 jam sehari dalam bekerja. Termasuk mahahasiswa yang menempuh pendidikan perlu menggunakan waktunya lebih banyak untuk belajar.
"Tinggalkan kemiskinan dengan belajar, belajar, belajar. Kerja, kerja, kerja. Mulai tinggalkan dari tempat ini (Pantai Losari), Anda harus (berkomitmen) belajar 20 jam sehari," katanya.
Amran Sulaiman diangkat menjadi menteri dari kalangan profesional. Dia merupakan doktor pertanian. Kementerian Pertanian di bawah komandonya sudah memberikan lompatan dan capaian.
Data Barilla Center for Food and Nutrition (BCFN) Foundation, lembaga riset dan analisis ekonomi internasional berbasis di London, Inggris menempatkan Indonesia berada di peringkat 16 pada pertanian berkelanjutan. Di bawah Indonesia, ada China, Etiopia, Amerika Serikat, Nigeria, Arab Saudi, Afrika Selatan, Mesir, Uni Emirat Arab, dan India.
Indonesia saat ini sudah kembali swasembada beras dan mencatatkan diri sebagai negara pengekspor pangan. Di antaranya beras, bawang merah dan bawang putih. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Harus Siapkan Ruang Kreativitas untuk Pemuda
Redaktur : Tim Redaksi