jpnn.com - JANUARI lalu, telepon SMK Muhammadiyah Loa Janan, Kukar, Kaltim, terus berdering.
Dari sumber suara asal Jakarta itu menanyakan nama salah satu siswanya, Ugik Afriandi.
BACA JUGA: Industri Komponen Didorong Manfaatkan Proyek Negara
ELLY KARTIKA SARI, Samarinda
Dia diminta bersiap-siap untuk tes wawancara mewakili Kaltim belajar di Jepang selama sepekan.
BACA JUGA: Membedah Kecanggihan Fitur All New Scoopy
Sang guru pun melaporkan berita itu ke Ugik. Mendengar kabar itu, siswa tersebut bereaksi. Senang, panik, dan waswas campur aduk.
Dia bergumam, bisakah menyelesaikan satu langkah lagi. Yakni, tes wawancara bahasa Inggris dalam waktu tidak kurang dari 30 menit.
BACA JUGA: 5 Besar Penguasa Pasar Sepeda Motor Selama 2017
Sementara bahasa internasional tersebut tidak begitu dia kuasai secara fasih. Dia menjawab dengan rada grogi.
“Sebelum wawancara, pada waktu sempit itu saya dibimbing guru. Diajarkan dasar-dasar tanya jawab dalam bahasa Inggris untuk wawancara. Alhamdulillah, apa yang dipelajari keluar semua dan lancar saat tes wawancara,” paparnya kepada Kaltim Post (Jawa Pos Group).
Tak langsung mendapat jawaban, dia harus menunggu apakah positif terbang ke Jepang atau tidak.
Selama menunggu, sulung tiga bersaudara itu tetap menjalani kebiasaannya sehari-hari. Bersekolah, belajar dan membantu orangtuanya berjualan sayur.
Pada hari ketujuh, setelah tes tersebut sekolahnya yang berlokasi di Loa Duri, Loa Janan, Kukar itu kembali mendapat telepon, namanya tercatat mengikuti program Sakura Science High School Program (SSHP) 2017.
“Ada 20 peserta dari masing-masing daerah di Indonesia. Saya delegasi dari Kaltim, satu-satunya,” beber Ugik, senang.
Terpilihnya siswa kelas 12 Jurusan Kendaraan Ringan itu bukan tanpa sebab.
Pada 2016 lalu putra pasangan Karti dan Narjo itu mengikuti Lomba Kompetensi Siswa.
Di tingkat Kaltim dia juara 1 bidang automobile technology. Yaitu keterampilan mengoperasikan mesin mobil, mulai perakitan, bongkar sampai menghidupkan kembali.
Proses itu dia lalui dengan waktu yang tidak banyak. Dari sekolah dia mengalahkan kakak kelasnya untuk mewakili sekolahnya.
Selama sepekan mengikuti lomba, dia digembleng latihan hingga malam hari di luar jam sekolah. Harus keliling kelas untuk latihan presentasi.
Dia juga ditugaskan magang di salah satu dealer untuk berlatih sendiri.
“Karena sekolah tidak memiliki mobil baru jadi saya harus ke dealer. Latihan di sana untuk belajar mengoperasikan mobil anyar,” ingat siswa yang lahir pada 11 Desember 1998 itu.
Usaha tidak membohongi hasil, itulah yang dirasakan Ugik. Menang di tingkat provinsi membawa langkah dia ke tingkat nasional.
Pada April 2016 lalu, dia menjalani kompetisi dan berhasil merebut juara ke 2 bidang automobile technology.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, dia dipilih untuk menimba pengetahuan di Jepang, belajar mengenal teknologi maju di bidang yang dia geluti.
“Kami juga dijanjikan akan berkeliling ke berbagai kampus di sana. Saya harap ini menjadi kesempatan yang baik untuk menambah wawasan dan menjadi bekal agar lebih dalam memahami otomotif,” beber dia.
Dia akan berangkat ke Negeri Sakura pada 8 April dan kembali ke Tanah Air pada 15 April.
Awalnya, Jurusan Teknik Kendaraan Ringan sangat tidak diminatinya. Dia terpaksa mengambil jurusan tersebut.
Kelas 11 dia jalani apa adanya tanpa gairah berarti mempelajari berbagai mesin-mesin mobil yang tidak membuatnya bersemangat.
Entah mengapa, seiring melalui hari-hari di sekolah ada rasa penasaran dengan mesin-mesin yang ternyata seperti misteri yang harus dipecahkan.
“Menarik, mengutak-atik mesin mobil. Saya belajar berbagai rumus mesin yang lumayan rumit. Menggabungkan dengan teori fisika dan listrikal. Harus detail dan tidak langsung belajar pada intinya, tetapi dari hal-hal kecil,” papar Ugik.
Hal itu membuat dia makin mencintai dunia mesin mobil. Ada kepuasan tersendiri baginya bila berhasil menyalakan mobil yang mati total.
Kerumitan dan teka-teki tersebut dapat dia pecahkan. Setelah lulus dia hendak melanjutkan kembali bidang tersebut.
Menjadi insinyur bidang teknik kendaraan yang merupakan cita-citanya.
Untuk menghidupi sekolah Ugik dan adik-adiknya, orangtuanya, Narjo dan Karti, rutin berjualan sayur keliling setiap hari.
Tiap pagi Ugik membantu aktivitas ayah ibunya di rumah, setelah siang dia berangkat ke sekolah.
Sepulang sekolah, dia kembali membantu orangtuanya. Aktivitas tersebut membuat dia tidak banyak waktu bermain dengan teman sebaya di luar sekolah.
“Jam belajar saya gunakan malam hari. Biasanya tengah malam. Sesuai pesan orangtua saya, yang terpenting kunci prestasi itu adalah, belajar, berusaha, dan berdoa. Jika digiatkan pasti ada hasilnya,” ucap pelajar yang gemar bermain sepak bola itu.
Tiga nasihat itu mengiringi langkah Ugik menggapai prestasi dan menjalani kesehariannya.
Orangtuanya juga berpesan agar dia tetap fokus pada satu tujuan dan bisa meraih mimpi yang dicita-citakan. (rom)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kejar Target, Krama Yudha Rombak Struktur Bisnis
Redaktur & Reporter : Soetomo