jpnn.com, JAKARTA - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel menyampaikan analisis terkait kondisi mental Bripka MN yang jadi tersangka pembunuh Briptu Khairul Tamimi, di Lombok Timur, NTB.
Diduga, Bripka MN menembak mati Briptu Khairul (KT) lantaran berselingkuh dengan istrinya.
BACA JUGA: Ini Pengakuan Bripka MN Pembunuh Briptu Khairul soal Motif, Ternyata
Atas perbuatannya itu, anggota Bhabinkamtibmas Polsek Wanasaba tersebut bakal dijerat menggunakan Pasal 340 tentang pembunuhan berencana). Ancaman pidananya bisa mencapai hukuman mati.
Reza mengatakan psikologi mempelajari perilaku dan proses mental manusia. Kalau sebatas meninjau perilakunya, dia menilai MN boleh jadi memenuhi unsur pidana pembunuhan berencana.
BACA JUGA: Ini yang Terjadi 2 Hari Sebelum Briptu Khairul Tamimi Ditembak Bripka MN
"Namun, karena psikologi mengharuskan adanya cermatan terhadap proses mental, maka kondisi mental MN juga harus dibaca agar pertanyaan 'mengapa' bisa terjawab," kata Reza dalam keterangan yang diterima JPNN.com, Kamis (28/10).
Dalam analisisnya, lulusan Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta itu membayangkan MN menembak Briptu Khairul dengan amarah hebat.
BACA JUGA: Korban Penyerangan KKB yang Mengakibatkan 2 Anggota TNI - Polri Gugur Dilindungi LPSK
Dia menyebut amarah memang sepintas mempertontonkan kekuatan, penguasaan atas diri sasaran.
"Jadi, ketika MN menembak KT dengan kemurkaan menyala-nyala, tergambarlah MN sebagai sosok yang superior, perkasa," ucap Reza.
Namun, dia menyebut Kübler-Ross Model mengingatkan bahwa amarah hanya satu dari sebuah rangkaian episode perasaan manusia. Alhasil, perlu dipahami episode-episode sebelum dan setelah amarahnya MN.
Menurut Reza, amarah sebagai episode kesekian, pasti didahului episode pertama, yakni kesedihan mendalam sekaligus keterkejutan luar biasa yang MN rasakan pascamengetahui adanya hubungan terlarang antara istrinya dan TK.
Berlanjut ke episode kedua, yakni pengingkaran. "Pada episode ini, MN mencoba mengatasi kedukaannya dengan setumpuk pertanyaan atau pemikiran yang menolak kenyataan," ujar Reza.
Jika pengingkaran tidak berhasil meredakan kesedihannya, masuklah MN ke episode ketiga: amarah hebat.
BACA JUGA: Tembakan Pertama Mengenai Dada Briptu Khairul, Bripka MN Belum Berhenti, Makin Brutal
"Boleh jadi, penembakan terhadap TK dilakukan MN ketika dia berada pada episode ketiga tersebut," ujar peraih gelar MCrim (Forpsych, master psikologi forensik) dari Universitas of Melbourne, Australia itu.
Tidak sampai di situ, Reza kemudian menyampaikan andai amarah juga gagal menenangkan batin MN, maka sangat mungkin dia bergeser ke episode keempat, yaitu depresi.
"Dan, satu ujung depresi adalah, maaf, bunuh diri," kata pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) itu.
BACA JUGA: Reza Indragiri Mengamati Video Kapolres Nunukan Hajar Brigadir Sony, Ada yang Aneh
Jika demikian gambaran kondisi batin Bripka MN, lanjut Reza, maka betapa pun dia hari ini duduk di kursi pelaku, tetapi peristiwa nahas tersebut bermula dari posisi MN sebagai korban.
"Letusan senjata adalah satu tarikan napas dengan duka nestapa. Kemarahan yang bersumbu pada kesedihan. 'Kemenangan' mencabut nyawa korban tak lain pancaran kemalangan seorang korban," ujar Reza Indragiri. (fat/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam