jpnn.com, JAKARTA - Ahli Psikologi Forensik Reza Indragiri merespons surat terbuka kedua yang dibuat Irjen Napoleon Bonaparte.
Adapun dalam surat terbuka yang kedua itu, Napoleon Bonaparte mengaku mengalah karena terbelengu seragam.
BACA JUGA: Irjen Napoleon Bonaparte Terjerat 3 Kasus, Termasuk Penganiayaan Kepada Muhammad Kece
"Sebenarnya selama ini saya sudah mengalah dalam diam karena terbelenggu seragamku untuk tutup mulut dan menerima nasib apapun yang mereka tentukan," tulis eks Kadiv Hubinter Polri dalam suratnya, Rabu (6/10).
Soal hal itu, Reza mengatakan bahwa pada umumnya tersangka kasus pidana selalu mencari cara agar lolos dari jerat hukum.
BACA JUGA: Berita Terkini Soal Irjen Napoleon Bonaparte Tersangka Penganiayaan Kepada Muhammad Kece
Andai hukuman tetap dikenakan terhadap tersangka tersebut, maka dia akan berupaya agar hukumannya ringan.
"Salah satu cara mendemonstrasikan kecenderungan itu adalah dengan melakukan ironi viktimisasi, bahwa 'saya bukan pelaku, 'saya adalah korban' atau 'saya bukan satu-satunya pelaku' atau 'saya melakukannya di bawah tekanan' dan sejenisnya," kata Reza Indragiri kepada JPNN.com.
BACA JUGA: Bareskrim Tetapkan Irjen Napoleon Bonaparte Jadi Tersangka Kasus Penganiayaan M Kece
Oleh karena itu, pembelaan diri yang disampaikan Napoleon dalam surat tersebut adalah hal biasa.
"Pembelaan diri dari setiap tersangka pelaku pidana, siapapun, orangnya, adalah fenomena biasa. Wajar," ujar Reza.
"Karena itulah tersangka dan terdakwa tidak disumpah sebagaimana saksi. Tinggal lagi bagaimana nantinya proses hukum itu berlangsung," sambung Reza.
Adapun terdapat empat poin penting yang disampaikan Napoleon dalam surat terbuka keduanya itu, yakni:
1. Hari ini aku berteriak, aku bukan koruptor seperti yang dibilang pengadilan sesat itu.
2. Hari ini aku tunjukkan kepadamu bukti nyata itu, yaitu pengakuan orang yang diperalat untuk menzalamiku demi menutupi aib mereka.
3. Namun, tirani ini memang tak mengenal batas, bahkan telah berani melecehkan akidahku melalui mulut-mulut kotor itu.
4. Ini saatnya untuk bangkit, menyatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah, apapun risikonya.
Surat itu ditandatangani Irjen Napoleon Bonaparte dan dibenarkan oleh kuasa hukumnya. (cr1/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur : Friederich
Reporter : Dean Pahrevi