Analisis Tajam Bang Reza soal 6 Laskar FPI Tewas Tertembak

Senin, 07 Desember 2020 – 18:34 WIB
Reza Indragiri Amriel. Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel menyoroti tewasnya 6 orang anggota Laskar FPI (Front Pembela Islam) di Tol Jakarta-Cikampek KM 50 pada Senin (7/12) dini hari.

Menurut Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran, anggota Polri yang terancam keselamatan jiwanya akibat diserang, melakukan tindakan tegas dan terukur sehingga enam orang tersebut meninggal dunia.

BACA JUGA: 6 Laskar FPI Tewas, Neta IPW Soroti Kinerja Jenderal Idham Azis, Beber 7 Hal

Bang Reza pun menyoroti kalimat tegas dan terukur yang telah dilakukan polisi sehingga menewaskan keenam simpatisan Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab tersebut.

Pakar yang menamatkan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi UGM ini mengatakan, dalam psikologi forensik ada istilah penembakan yang menular (contagious shooting).

BACA JUGA: Pernyataan Keras Irjen Fadil Imran Ditujukan kepada Habib Rizieq

Ketika satu personel menembak, hampir selalu bisa dipastikan dalam tempo cepat personel-personel lain juga akan melakukan penembakan.

"Seperti aba-aba; anggota pasukan tidak melakukan kalkulasi, tetapi tinggal mengikuti saja," ucap Reza dalam anaisisnya yang diterima jpnn.com, Senin (7/12).

BACA JUGA: Ruhut Sitompul: Beliau Arif dan Bijaksana

Peraih gelar MCrim (Forpsych, master psikologi forensik) dari Universitas of Melbourne ini menyebutkan, kemungkinan menembak menjadi perilaku spontan (bukan aktivitas terukur) semakin besar ketika personel sudah mempersepsikan target sebagai pihak yang berbahaya.

"Jadi, dengan kata lain, dalam situasi semacam itu, personel bertindak dengan didorong oleh rasa takut. Terlebih lagi bila peristiwa yang dipersepsikan kritis berlangsung pada malam hari," imbuh pria asal Rengat, Indragiri Hulu, Riau.

Menurut Reza, ada data yang menunjukkan, dalam kasus penembakan terhadap target yang disangka bersenjata (padahal tidak membawa senjata), 70-an persen berlangsung pada malam hari saat pencahayaan minim, sehingga mengganggu kejernihan penglihatan personel.

Pada kondisi itu, lanjut dia, sempurnalah faktor luar dan faktor dalam, memunculkan perilaku. Faktor luar adalah letusan pertama oleh personel pertama dan kondisi alam di TKP. Sedangkan faktor dalam adalah rasa takut personel.

"Dengan gambaran seperti itu, benarkah penembakan oleh personel polisi pasti selalu merupakan langkah terukur? Tentu, apalagi karena ada dua versi kronologi, butuh investigasi kasus per kasus terhadap masing-masing dan antarpersonel," ucap Reza.

Dia menambahkan, investigasi oleh semacam Shooting Review Board nantinya tidak hanya mengeluarkan simpulan apakah penembakan memang sesuai atau bertentangan dengan ketentuan.

"Lebih jauh, temuan tim investigasi bermanfaat sebagai masukan bagi unit-unit semacam SDM dan Diklat," pungkas Reza.

Sebelumnya, Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran mengatakan, penembakan terhadap enam orang tersebut karena diduga melakukan penyerangan kepada anggota saat menjalani tugas penyelidikan kasus Habib Rizieq.

"Anggota yang terancam keselamatan jiwanya karena diserang kemudian melakukan tindakan tegas dan terukur, sehingga terhadap kelompok yang diduga pengikut MRS, dan meninggal dunia sebanyak enam orang," ujar Fadil.(fat/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler