jpnn.com - JAKARTA - Anam Menilai Pernyataan Febri Diansyah Pengacara Ferdy Sambo Ngeri-ngeri Sedap.
Direktur Pusat Riset Politik Hukum dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI) Saiful Anam menanggapi pernyataan Febri Diansyah yang menyebut ucapan Ferdy Sambo diinterpretasikan salah oleh Bharada E sehingga anggota Brimob itu menembak Brigadir J.
BACA JUGA: Ada Upaya Melepaskan Ferdy Sambo dari Pasal Pembunuhan Berencana, Begini
Menurut Anam, pernyataan yang disampaikan pengacara Ferdy Sambo itu malah bakal menyulitkan dan merugikan eks Kadiv Propam Polri itu.
Anam mengatakan informasi yang berubah-ubah dari pihak Ferdy Sambo bakal membuat publik tidak percaya dan antipati terhadap suami Putri Candrawathi itu.
BACA JUGA: Pakar Hukum Sebut 2 Omongan Febri Diansyah soal Ferdy Sambo Tidak Logis
"Bisa jadi Sambo sedang ingin buang badan dan cuci tangan sehingga pihak yang mestinya bersalah dan bertanggung jawab mutlak adalah Bharada E," kata Anam kepada JPNN.com, Jumat (14/10).
Anam menambahkan jika pihak Ferdy Sambo dan Bharada E tetap konsisten dengan keterangannya masing-masing maka bisa menimbulkan fakta yang menyesatkan.
BACA JUGA: Ada Dokumen yang Kurang dalam Berkas Perkara Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi, Apa Saja?
"Ini adalah pertarungan pembelaan yang menarik dan ngeri-ngeri sedap karena kalau misalnya sama-sama, baik Sambo maupun Bharada E, tetap pada argumennya maka akan ada misleading fakta antara pendapat Sambo dengan Bharada E," ujar Anam.
Skenario Baku Tembak di Rumah Ferdy Sambo
Sebelumnya, Febri Diansyah menjelaskan skenario seolah-olah terjadi baku tembak sengaja dibuat kliennya demi menyelamatkan Bharada E.
Setelah Bharada E menembak mati Brigadir J, Ferdy Sambo memberondong tembok rumah dinasnya, Kompleks Polri, Duren Tiga, Jakarta, agar seolah-olah personel Brimob asal Jambi itu tewas akibat baku tembak.
"Skenario tembak-menembak yang tujuannya pada saat itu adalah untuk menyelamatkan RE (Richard Eliezer) yang diduga melakukan penembakan sebelumnya," ujar Febri saat konferensi pers di Jakarta Pusat, Rabu (12/10).
Febri juga menyebut sebelum peristiwa penembakan terjadi, Ferdy Sambo awalnya memerintahkan Bharada E untuk menghajar Brigadir J.
Perintah itu, kata Febri Diansyah, disampaikan Ferdy Sambo dengan perkataan "Hajar Chad".
Namun, ucapan itu diduga disalahinterpretasikan sehingga kemudian Bharada E menembak Brigadir J.
"Ada perintah FS (Ferdy Sambo) pada saat itu yang dari berkas yang kami dapatkan, itu perintahnya adalah 'Hajar Chad (Richard Eliezer)', tetapi yang terjadi adalah penembakan pada saat itu," beber Febri Diansyah. (cr1/jpnn)
Redaktur : Soetomo Samsu
Reporter : Dean Pahrevi