Ananda Sukarlan, Pianis Indonesia yang Jadi Anggota Dewan Musik Spanyol

Komponis Kondang Eropa yang Suka Modifikasi Nada Gamelan

Kamis, 07 Juli 2011 – 08:08 WIB
MAESTRO MUSIK: Ananda Sukarlan saat ditemui di Ananda Sukarlan Center for Music and Dance pekan lalu. Foto: Agung Putu Iskandar/Jawa Pos

Nama Ananda Sukarlan sudah berkibar di Eropa selama dua dekadeSalah seorang maestro piano asal Indonesia itu juga telah meraup banyak prestasi kelas dunia di ranah rantau

BACA JUGA: Kisah Keringat Zainuddin M.Z di Masjid Fajrul Islam

Karya-karya hebatnya pun tak lepas dari sentuhan musik daerah di tanah air

---------------------------
AGUNG PUTU ISKANDAR, Jakarta
--------------------------
Kendati sudah banyak meraih award dan pengalaman di bidang musik, Ananda termasuk orang yang sederhana

BACA JUGA: Bangkok yang Tak Ikut Merayakan Kemenangan Yingluck Shinawatra

Ditemui di Ananda Sukarlan Center for Music and Dance di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, Jumat lalu (1/7), lelaki 43 tahun tersebut tampil sederhana dengan batik hitam-putih dan celana jins.  "Kebetulan, saya sedang menunggu orang yang hendak latihan," kata Ananda kepada Jawa Pos.

Hari-hari di Indonesia adalah hari yang sibuk bagi Ananda
Banyak orang yang menunggu giliran berguru langsung kepada maestro pianis berdarah Solo tersebut

BACA JUGA: Irma Hariawang, Peneliti Candi Borobudur yang Dikaitkan dengan Ilmu Astronomi



Kesempatan emas berguru langsung kepada Ananda memang harus dimanfaatkan dengan baik oleh para pianis IndonesiaItu adalah momen yang langkaSebab, ayah Alicia Pirena Sukarlan, 12, tersebut sangat jarang tinggal lama di Indonesia.

Karena itu, banyak pianis muda yang langsung mengontak Ananda untuk meminta jatah waktu begitu dirinya mendarat di JakartaSelain Jakarta, ada peserta yang berasal dari Manado, Surabaya, dan Bandung

Bahkan, sebuah konser plus coaching intensif selama seminggu rencananya dilangsungkan di Bandung pada Senin mendatang (11/7)Kebanyakan peserta adalah pianis muda"Sebab, sebulan lagi saya kembali ke Spanyol," katanya.

Biasanya, Ananda mampir ke Indonesia setiap ada konser di Queensland, AustraliaKarena cukup dekat, dia menyempatkan untuk mampir"Juga, kadang-kadang kan harus transit di IndonesiaJadi, ya sekalian saja," ujar lelaki berkacamata tersebut.

Meski banyak yang ingin berguru kepada dirinya, lelaki kelahiran Jakarta itu tak ingin disebut "guru" atau menyebut anak-anak yang dididiknya dengan "murid"Alasannya, dia merasa tak pantas disebut guruGuru, kata Ananda, adalah mereka yang mengawasi dengan intensif perkembangan anak didiknya"Padahal, saya kan hanya kebetulan memberikan latihan hanya saat sempat bertemu," ujarnya.

Di Spanyol, Ananda saat ini berdomisili di BilbaoSebuah kawasan di bagian utara Spanyol"Bisa dibilang, itu adalah "pantura"-nya Spanyol, langsung berhadapan dengan lautan yang memisahkan Spanyol dan Inggris," tuturnya.

Sudah lebih dari 20 tahun Ananda tinggal di SpanyolBahkan, dia sudah mengantongi permanent resident (penghuni tetap) meski tetap mempertahankan status sebagai warga negara IndonesiaPernikahannya dengan warga Spanyol, Raquel Gomez, membuahkan buah hati Alicia Pirena Sukarlan yang kini berusia 12 tahun.

Nama Ananda di Spanyol, bahkan Eropa, sudah kondangDia dianggap sebagai salah seorang maestro pianis sekaligus komponis EropaDia sering berkeliling Eropa menggelar pertunjukan musik dan memimpin para kru yang umumnya asli SpanyolDia juga beberapa kali mengadakan konser solo di Rotterdam, Berlin, Madrid, Lisabon, hingga Queensland

Perusahaan rekaman di Belanda, Austria, Italia, dan Spanyol telah merekam penampilannya dalam kemasan CDPada 1998, Ananda meraih hadiah kedua Vienna Modern Master Performers Recording AwardRekaman yang terakhir bertajuk Complete Piano Works by Santiago Lanchares menjadi best seller di Spanyol untuk kategori musik klasik kontemporer.

Sederet prestasi telah diraih AnandaPada 1993, dia panen penghargaanDi antaranya, First Prize "Nadia Boulanger", Concours International d"Orleans, First Prize "Xavier Montsalvatge", dan Concurso de Musica del Siglo XX Xavier Montsalvatge, Ginora, Spanyol

Pada 1994, dia juga mendapatkan First Prize "Blanquefort Piano Competition", Bordeaux, Prancis, serta First Prize and Special Prize for The Best Interpreter of Spanish Music "City of Ferrol Piano Competition", Galicia, Spanyol, 2005.

Atas prestasinya itu, pada kurun 2003?2007, Ananda dilantik menjadi anggota Ambassador of Spanish Music atau semacam anggota dewan musik Spanyol yang hanya beranggota sepuluh orangDewan tersebut langsung berada di bawah kendali ratu Kerajaan Spanyol

"Dalam musik-musik saya, saya selalu memasukkan unsur keindonesiaanBanyak nada gamelan yang sudah saya modifikasi saya masukkan dalam komposisi-komposisi yang saya buatBahkan, tanpa sadar, saya juga memasukkan lagu-lagu seperti Jali-Jali dan Angin Mamiri," jelasnya.

Ananda tidak pernah secara resmi belajar gamelanSaat masih kecil, dia kerap nonton acara-acara gamelan di TVRIKadang-kadang, dia sampai tertidur dengan televisi masih menayangkan musik-musik gamelan"Mungkin, dari situ secara tidak sadar saya memahami musik gamelan," ujarnya.

Kendati sudah sukses di Eropa, dia juga tetap ingat kampung halamanDia beberapa kali mengadakan opera berdasar karya-karya sastrawanDi antaranya, Pro Patria yang diadaptasi dari karya Sutan Takdir Alisjahbana berjudul Kalah dan Menang, Mengapa Kau Culik Anak Kami berdasar drama tulisan Seno Gumira Ajidarma, dan Ibu yang Anaknya Diculik Itu yang diadaptasi dari monolog Seno Gumira Adjidarma.

Ananda juga sibuk dengan rencana memberikan pendidikan musik bagi anak-anak tak mampuBersama Yayasan Musik Sastra Indonesia, dia akan merekrut 20 anak yang tinggal di sekitar Ananda Sukarlan Center for Music and DanceMereka akan diberi pendidikan musik gratis

"Awalnya dari sekitar kita sajaSetelah itu, baru yang lebih luasSaya berterima kasih dan bersyukur kepada Tuhan dengan cara mendidik anak-anak muda belajar piano," katanya.

Ananda sejatinya bukan orang yang lahir dari kelurga pemusikBungsu di antara tujuh bersaudara tersebut bahkan sempat dikeluarkan dari sekolah musik karena dianggap tak berbakatNamun, Ananda berhasil membuktikan bahwa bakat bukan satu-satunya faktor yang membuat musikus sukses"Selain bakat, yang lebih penting adalah kerja keras," tegasnya.

Selain itu, kata dia, yang penting adalah kecintaan terhadap piano dan musikDirinya sering menemui orang tua yang terlalu terobsesi terhadap anak-anaknyaMereka memaksa buah hatinya untuk bekerja terlampau keras belajar piano

Akibatnya, anak-anak itu menjadi "karbitan"Mereka memang mahir bermain piano pada usia beliaNamun, pada usia yang lebih dewasa, mereka umumnya menghilangSebab, saat dewasa, mereka biasanya berontak kepada orang tua dengan tidak meneruskan keterampilan bermain piano"Orang tua jangan terlalu memaksaSelama anak enjoy, okeTapi, kalau nggak, janganKasihan anak," ujarnya.

Ananda mulai belajar musik pada usia 5 tahunSetelah lulus dari Kolese Kanisius, Jakarta, 1986, dia melanjutkan ke University of Hartford di Connecticut, AS, dengan beasiswa dari Petrof Piano

Saat masih berusia 17 tahun, dia pergi ke Eropa dan meraih summa cum laude dari the Royal Conservatory of Den Haag, BelandaSejak saat itu, Ananda berkali-kali tampil dalam festival dan simponi orkestra di berbagai kota di Eropa.

Dirinya ingat bahwa semua proses tersebut dilalui dengan kerja keras, bahkan terkadang harus bonek alias bondo nekatDia pernah harus "bonek" ke Prancis dari SpanyolKarena tidak punya duit, dia nekat naik kereta tanpa bayar"Ketika karcis hendak ditagih, saya pergi ke toilet," ungkapnya lantas terkekeh.

Tapi, cara-cara nekat itu hanya dilakukan pada masa-masa "perjuangan"Kini, Ananda menyatakan tak lagi melakukannya"Selama saya bisa lurus, saya akan terus lurusTapi, kalau kondisi memaksa, kita perlu cara-cara yang tidak biasa," tegasnya lantas tersenyum(*/c5/iro)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Muhammad Zuhdi, Tokoh Penting di Balik Tayangan Serial Jalan Sesama


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler