jpnn.com - JAKARTA - Tingkat partisipasi pemilih pada Pilpres 2014 sangat bergantung kepada kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU). Apabila KPU tidak maksimal dalam kurun waktu kurang dari 14 hari mendatang, maka ancaman golongan putih (golput) membesar yang diprediksi bakal mencapai 20 persen.
Dalam hasil survei yang dilakukan Founding Fathers House (FFH), diketahui, 78,6 persen publik menyatakan akan menggunakan hak pilih. Sebanyak 1,4 persen tidak akan menggunakan hak pilih dan 20 persen menyatakan tidak tahu.
BACA JUGA: Rincian Formasi CPNS Ada di e-Formasi
"FFH khawatir, angka 20 persen ini akan lari pada golongan yang tidak akan menggunakan hak pilih. Jika hal itu terjadi maka akan membahayakan kualitas pemilu. Hal ini harus diantisipasi KPU. Mumpung masih ada waktu untuk sosialisasi," ujar Peneliti Senior FFH Dian Permata dalam diskusi dan paparan hasil penelitian “Pengetahuan Pemilih Tentang Pilpres 2014: Bagaimana Kualitas Demokrasi Indonesia?” di Kantor FFH, Jakarta, Kamis (26/6).
Dijelaskan alumnus University Sains Malaysia (USM) itu, ancaman potensi golput tersebar di Papua, Jawa Timur, DKI Jakarta, Banten, Lampung, Kepulauan Riau, dan Riau. Sedangkan pemilih yang tidak tahu apakah akan menggunakan hak politiknya atau tidak pada 9 Juli tersebar merata di seluruh provinsi kecuali DIY.
BACA JUGA: Sepakati Tradisi Baru Ciptakan Integritas Lewat LHKPN
Sementara di segmentasi usia, ancaman golput tersebar di usia 16-19 tahun, 20-24 tahun, 30-34 tahun, 40-44 tahun, dan 50-54 tahun. Sedangkan pemilih yang tidak tahu apakah akan menggunakan politiknya atau tidak, tersebar merata di semua segmen, kecuali 65 tahun ke atas.
"Dari kedua segmen provinsi dan umur itu maka akan memudahkan KPU. Ke mana dan pesan apa yang harus disampaikan. Tidak itu saja, KPU juga harus mencari teknik-teknik segar untuk merangsang para pemilih mau menggunakan hak pilihnya seperti menggunakan bahasa lokal di masing-masing provinsi atau daerah," jelasnya.
BACA JUGA: Wapres: Petik Pelajaran dari Kekalahan Tiongkok di Perang Candu
Dilanjutkan Dian, survei FFH sendiri menyatakan 98,3 persen pemilih sudah mengetahui sebentar lagi akan diadakan pemilihan presiden dan wakil presiden. Angka ini naik apabila dibandingkan pada penelitian April Mei 2014, yakni 91 persen.
Menurutnya, kenaikan signifikan juga terjadi pada pengetahuan pemilih tentang kapan tepatnya pelaksanaan Pilpres 2014. Pada April Mei, hanya 2.2 persen pemilih yang tahu bahwa 9 Juli adalah hari coblosan Pilpres 2014. Sedangkan pada Mei Juni menjadi 85.2 persen.
Selain itu, lanjutnya, sebanyak 96 persen responden dapat mengatakan dengan tepat bahwa Joko Widodo dan Jusuf Kalla adalah pasangan nomor urut dua pada Pilpres 2014. Sedangkan 95.1 persen responden dapat mengatakan dengan tepat bahwa Prabowo Subianto-Hatta Rajasa adalah pasangan nomor urut satu pada Pilpres 2014.
"Tingginya pengetahuan responden ini memang tidak bisa dilepaskan dari jumlah peserta yang hanya diikuti Prabowo Subianto dengan Hatta Rajasa dan Joko Widodo dengan Jusuf Kalla," tuturnya.
Patut diketahui, survei yang murni dibiayai oleh FFH ini dilaksanakan 19 Mei hingga 22 Juni 2014 di 34 provinsi. Jumlah responden 1.090 orang yang sudah memiliki hak pilih pada Pilpres 2014. Adapun tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. Margin of error sekitar 2,97 persen. (dms)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Klarifikasi LHKPN Tak Otomatis Harta Capres Bersih dari Korupsi
Redaktur : Tim Redaksi