Wapres: Petik Pelajaran dari Kekalahan Tiongkok di Perang Candu

Kamis, 26 Juni 2014 – 23:09 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Saat memeringati Hari Anti Narkoba Internasional Wakil Presiden RI Boediono menyempatkan diri bercerita tentang Opium War atau Perang Candu yang terjadi pada tahun 1839 -1842 di Tiongkok pada puluhan tamu undangan di Istana Wapres, Jakarta, Kamis (26/6).

Menurutnya, candu mulai digunakan manusia pada 5000 Sebelum Masehi (SM) oleh bangsa Sumeria, sebuah bangsa kuno di Timur Tengah. Baru pada 1000 SM mulai digunakan di Asia Timur, yaitu di Tiongkok, dan semakin merebak pada abad XVII dan XVIII.

BACA JUGA: Klarifikasi LHKPN Tak Otomatis Harta Capres Bersih dari Korupsi

Akhirnya, Kaisar Cina pada masa itu mengenakan pelarangan penggunaan candu di masyarakat Tiongkok karena penggunaannya sudah sangat berlebihan dan juga masalah sosial yang ditimbulkannya.

“Pemanfaatannya dapat ditekan laju pertumbuhannya, tetapi untuk menekannya hingga nol agak sulit,” ujar Wapres yang hadir bersama Ibu Herawati Boediono.

BACA JUGA: Bekali Ribuan Relawan dengan Taktik Memenangkan Jokowi-JK

Pada abad XVIII dan VIX terjadi sesuatu yang terjadi di luar dugaan bangsa Tiongkok itu sendiri. Saat itu, sambung Wapres, yang diperdagangkan adalah teh Cina.

“Konsumsi teh Cina sangat melesat terutama di Inggris, yang mengakibatkan impor teh Cina sangat melonjak pada abad XIX,” ucap Wapres.

BACA JUGA: Harapkan Jaksa Agung Pemerintahan Mendatang dari Internal Kejaksaan

Tetapi Inggris mengalami keterbatasan dalam pembayaran, sehingga dieksporlah kapas dari India ke Tiongkok untuk membayar impor teh. Namun ekspor kapas dari India tidak mencukupi untuk membayar impor teh dari Tiongkok ke Inggris.

“Akhirnya pihak Inggris memutar otak, dan akhirnya ketemu satu barang yang supply-nya melimpah, dan kalau dijual di Tiongkok  cukup laku yaitu candu dari wilayah Benggala,“ kata Wapres.

Candu itu, ujarnya, diselundupkan dan dijual dengan cara tidak resmi, bahkan dilakukan juga penyuapan para pejabat yang bisa menghalangi masuknya candu oleh pihak Inggris. Beberapa eskportir candu ini, kata dia, juga memberikan sampel gratis kepada penjualnya.

“Melihat perkembangan seperti ini, Pemerintah Tiongkok memberikan respon cukup keras. Semua gudang-gudang yang berisi candu dibakar oleh Pemerintah Tiongkok,” ujar Wapres.

Dan Pemerintah Tiongkok meminta semua pedagang dari Inggris untuk menandatangani pernyataan untuk berkelakuan baik. Upaya ini mendapat respon keras dari Pemerintah Inggris, sehingga pada tahun 1839-1842 terjadilah penyerangan oleh tentara Inggris ke Tiongkok, dan terjadilah Perang Candu atau yang dikenal sebagai Opium War. Dalam perang itu, tentara Tiongkok kalah karena kemampuan persenjataan yang digunakan jauh di bawah persenjataan yang digunakan tentara Inggris.

“Satu lagi masalah, sebagian besar tentara Tiongkok memiliki ketergantungan pada candu. Itu faktor kekalahan Tiongkok,” ujar Wapres.

Akhirnya, pihak Tiongkok dipaksa berdamai, dengan persyaratan yang sangat merugikan mereka, termasuk macam-macam konsesi, seperti dapat memperdagangkan candu. Menurut Wapres dalam Perang Candu ini bisa dilihat bahwa sebuah kekaisaran yang besar dapat merosot kejayaannya.

“Suatu bangsa dengan tingkat peradaban tinggi dan prestasi tinggi pada abad-abad sebelumnya, akhirnya merosot terus sampai abad XX,” ujar Wapres.

Dari cerita sejarah tersebut, Wapres mengingatkan bahwa candu dapat meruntuhkan suatu bangsa. Menurutnya, hingga kini walaupun setelah ratusan tahun berlalu, suasana yang hampir sama terjadi pada Indonesia tengah memerangi narkoba, walaupun berbeda dalam bentuk dan jenisnya.

Saat ini, ujar Wapres, Indonesia menghadapi jaringan penjual narkoba internasional dan mereka ingin terus menjual narkoba kepada bangsa yang lemah.

“Cara yang terbaik adalah menangkalnya sebelum merebak dan memotong mata rantainya. Dan semua itu tidak mungkin hanya dilakukan oleh negara, tetapi harus menjadi gerakan bersama, gerakan nasional,” tegas Wapres.

Wapres mengingatkan jika Indonesia tidak melakukan gerakan apapun, maka angka prevalensi penyalahgunaan narkoba akan terus meningkat. Ia mengajak semua pihak bekerjasama untuk memberantas narkoba tersebut.

“Diperkirakan bisa mencapai hingga 5 juta orang. Yang banyak terkena adalah generasi muda, orang-orang yang kita harapkan mengganti kita semua, yang diharapkan menjadi generasi yang lebih baik dari kita. Inilah kita harus kerjakan bersama,” ujar Wapres.(flo/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ogah Mainkan Kasus, Prabowo-Hatta Dianggap Junjung Konstitusi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler