Andi Akmal Soroti Soal Produksi Kakao di Indonesia, Begini Catatannya

Rabu, 23 Juni 2021 – 22:37 WIB
Ilustrasi - Kakao. Foto. Dok. Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin mendorong pemerintah untuk mengembalikan kejayaan kakao di Indonesia.

Menurut Akmal, sekarang Indonesia turun dari peringkat 3 menjadi peringkat 6 negara penghasil kakao terbanyak di dunia, karena memang produksi turun dan lahannya berkurang.

BACA JUGA: Petani Kakao Gunungkidul Didorong Manfaatkan Fasilitas KUR Pertanian

“Lima provinsi terbesar penghasil kakao di Indonesia ada di Sulawesi. Jadi, kita berharap kalau di Pulau Sumatera, ada karet dan sawitnya, di Sulawesi seharusnya ada trademark-nya, yakni kakao. Jadi, produk unggulan tiap daerah yang dikelola oleh masyarakatnya dapat dikembangkan sesuai potensi masing-masing daerah,” ujar Akmal di Jakarta, Rabu (23/6).

Legisator asal Sulawesi Selatan II ini menegaskan saat ini petani kakao banyak dari kalangan masyarakat kecil. Mereka adalah pekebun-pekebun kecil. Jadi, selayaknya, pemerintah turun tangan dengan berbagai kekuasaannya membantu masyarakat melalui kebijakan anggaran dan program.

BACA JUGA: Cargill Ingin Memberi Perlindungan untuk Petani Kakao sekaligus Lingkungan

Politikus PKS ini mengatakan penjelasan dari pemeritah melalui kementerian bahwa berdasarkan data FAO, Indonesia berada di urutan ketiga produksi kakao dunia dan nilai produksi kakao berdasarkan Angka Tetap 2019 BPS RI sebesar 734.796 ton.

Akmal sangat berharap pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perkebunan dapat merealisasi program untuk menunjang/mengangkat peningkatan produksi kakao.

BACA JUGA: Andi Akmal Dorong Pemberian Insentif Khusus Kepada Petani Kedelai

“Saya meminta, ada realisasi kegiatan pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing untuk komoditas perkebunan khususnya juga pada komoditas seperti kegiatan peremajaan dan intensifikasi,” kata Akmal.

Dia mengatakan peningkatan produksi dapat dilakukan dengan bantuan berupa pupuk, sarana pemeliharaan maupun alat mesin pertanian. Bahkan pendampingan SDM untuk makin meningkatkan kemampuan pengetahuan dan praktik sehingga petani-petani mengikuti perkembangan teknologi dan informasi terbaru di bidang cocok tanam dan pemasaran.

Politikus muda asal kelahiran Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan ini meyakinkan kepada pemerintah bahwa  sektor pertanian menyumbang cukup besar bagi lapangan kerja bagi ekspor dan lain-lain.

Meski begitu, dia menyayangkan anggaran Kementerian Pertanian yang turun menjadi Rp 14 triliun, tetapi khusus untuk komoditas kakao masih ada harapan dengan ekspansi sektor pertanian baik melalui fokus kegiatan, melalui Anggaran Biaya Tambahan sehingga sektor pertanian terutama kakao di Sulsel betul-betul bisa berjalan yang baik.

Dia menyatakan lebih setuju pemerintah fokus pada kegiatan yang nyata memberi dampak perbaikan di masyarakat sesuai kearifan lokal. Tidak seperti food estate yang banyak sekali simpang siur dan tidak jelas evaluasinya.

“Sawit, kakao, tebu, dan lain sebagainya produk perkebunan maupun hortikultura seperti cabai, bawang dan berbagai sayur mayur serta buah lebih pas untuk masyarakat Indonesia yang sebetulnya riil di masyarakat,” ujar Akmal Pasluddin.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler