Petani Kakao Gunungkidul Didorong Manfaatkan Fasilitas KUR Pertanian

Rabu, 14 April 2021 – 20:36 WIB
Kakao. Foto dok Kementan

jpnn.com, GUNUNGKIDUL - Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong para petani terutama budidaya kakao di Gunungkidul memanfaatkan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mengoptimalkan pengolahan hasil pertaniannya.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan pada tahun ini Kementan mengalokasikan dana KUR sebesar Rp 70 triliun atau meningkat dibanding 2020 sebesar Rp 50 triliun.

BACA JUGA: Kementan Fasilitasi Penjualan Lemon Petani ke Pasar Jabodetabek hingga Bali

Alokasi dana tersebut menyasar para pelaku usaha di bidang pertanian, baik pelaku usaha kelompok maupun perorangan.

Di sisi lain, tingkat kredit macet atau nonperforming loan (NPL) KUR sektor pertanian ini juga cukup rendah, hanya 0,6% dari total nilai pinjaman KUR.

BACA JUGA: TS Ditangkap Tim Gabungan di Pancoran Mas Depok, Lihat Penampilannya

Mentan SYL pun mendorong petani memanfaatkan fasilitas tersebut. "Petani boleh mengambil KUR. Sepanjang itu dipakai untuk modal kerja, jangan ragu-ragu," katanya Rabu (14/4).

Data Kementan menunjukkan dari total alokasi KUR pertanian tahun 2020 sebanyak Rp 50 triliun, realisasinya Rp 55,9 triliun atau melampaui target.

BACA JUGA: Oknum Perawat yang Dijuluki Dokter Sabu Ini Sudah Ditangkap

Serapan KUR tertinggi terjadi di sektor perkebunan sebesar Rp 18 triliun, tanaman pangan yang mencapai Rp 16,2 triliun, hortikultura Rp 7 triliun, peternakan Rp 10,6 triliun, jasa pertanian Rp 779 miliar, dan kombinasi pertanian Rp 3,1 triliun.

Realisasi serapan KUR di 2020 tersebar di sejumlah Provinsi. Daerah tertinggi penyerapannya adalah Jatim sebesar Rp 12,2 triliun. Disusul  Jateng Rp 8,8 triliun, Sulsel Rp 4,2 triliun, Jabar Rp 3,5 triliun, dan Lampung Rp 3 triliun.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Dirjen PSP) Kementan Sarwo Edhy mengatakan dana KUR bisa digunakan petani untuk mengembangkan budidaya ataupun mengerjakan bisnis lainnya yang berkaitan di bidang pertanian.

"Penyaluran KUR telah dinikmati petani di berbagai sektor yakni tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kombinasi pertanian/perkebunan dengan peternakan, serta jasa pertanian, perkebunan, dan peternakan," sebut Sarwo Edhy.

Latar belakang perumusan KUR pertanian ini dilandasi kebutuhan petani akan modal untuk melanjutkan usaha taninya. Sarwi mengakui masalah pembiayaan masih menjadi kendala karena petani sedikit kesulitan saat akan meminjam ke bank.

"Biasanya yang menjadi kendala dalam pembiayaan tersebut keharusan adanya agunan atau jaminan dan angsurannya yang cukup besar. Karena usaha tani ini berbeda dengan usaha-usaha lainnya, pastinya petani akan kesulitan mendapatkan permodalan," ucap Sarwo.

Dedi Junaedi selaku Direktur Taman Teknologi Pertanian Nglanggeran Gunung Kidul terus berupaya untuk mendorong para petani sesegera mungkin memanfaatkan dana KUR tersebut.

Hal itu disampaikan saat acara diskusi dengan petani kakao yang diselenggarakan oleh rombongan Komisi IV DPR saat melakukan kunjungan kerja di Taman Teknologi Pertanian Ngelanggeran di Kabupaten Gunung Kidul.

Menurut Dedi, pada tahun ini Pemerintah menyediakan anggaran Rp 20,38 triliun yang diperuntukan sebagai modal tambahan untuk para petani yang akan mengembangkan hasil usaha pertaniannya.

"Sekarang ini dana KUR yang telah terealisasi yaitu sekitar Rp 6 Triliun sudah bisa dimanfaatkan," ucap Dedi.

Menurut Dedi, dana KUR tersebut juga bisa digunakan petani untuk membiayai pengadaan peralatan pertanian untuk mendukung pengolahan hasil pertaniannya.

Edi Suparjono, petani kakao dari Kelompok Tani Sidodadi mengaku butuh peralatan untuk membuat makanan yang berasal dari produk kakao.

"Peralatan yang kami miliki masih terbilang kecil, sehingga kami tidak mampu memenuhi beberapa permintaan," kata Edi Suparjono.

Menurut Edi, peralatan yang dibutuhkan para petani yaitu berupa alat press untuk mengolah kakao. Pihaknya optimistis bila peralatannya memadai, kelompok taninya bisa merekrut lebih banyak tenaga kerja.

"Semoga sebagai kelompok tani, kami tidak hanya mampu menjual biji tetapi bisa menjual barang jadi agar dapat menyerap jauh lebih banyak tenaga kerja," ujar Edi. (*/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler