jpnn.com, JAKARTA - Eks politikus Demokrat Tridianto menilai pernyataan Andi Arief yang menuduh Max Sopacua dan Ahmad Mubarok ingin menjual kursi ketua umum Partai Demokrat kepada Sandiaga Uno atau Gatot Nurmantyo adalah hal yang tak masuk akal.
Menurut Tridianto, kalaupun hal itu benar, maka yang menjadi pihak yang berkeinginan adalah sang pimpinan sendiri, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
BACA JUGA: Dituding Sediakan Kursi Ketum Demokrat ke Sandiaga, Max Sopacua Sebut Andi Arief Suka Mengkhayal
"Ya, jelas tidak mungkin. Tidak masuk akal sama sekali. Itu analisis ngawur dan tuduhan tidak mendasar," kata Tridianto kepada JPNN.com, Senin (17/6).
Tridianto yang saat ini merupakan politikus Hanura melanjutkan, di Demokrat tidak ada kekuatan yang bisa mengimbangi SBY. Dia melihat apa pun yang terjadi di Demokrat sendiri adalah kehendak ketua umum Demokrat itu.
BACA JUGA: Max Sopacua Cs Pengin Serahkan Partai Demokrat kepada Sandiaga Uno?
BACA JUGA: Tim Hukum 01 sudah Rampungkan Jawaban untuk Perbaikan Permohonan Gugatan Kubu Prabowo - Sandi
"Selain Pak SBY, tidak ada yang punya pengaruh politik besar. Kalau ada yang ingin bikin ini dan itu, pasti akan nabrak temboknya Pak SBY," jelas loyalis Anas Urbaningrum ini.
BACA JUGA: Sekali Lagi, Sandiaga Minta Pendukung Tidak Berbondong-bondong ke MK
Seperti diketahui, Andi Arief menuding Max Sopacua dan Ahmad Mubarok ingin menjual kursi ketua umum Partai Demokrat kepada orang dari luar partai. Karena itu mereka, bersama sejumlah senior Demokrat lainnya, bermanuver mendesak digelarnya kongres luar biasa alias KLB.
Orang luar yang dimaksud Andi adalah bekas politikus Gerindra, Sandiaga Uno dan eks Panglima TNI Jenderal (purn) Gatot Nurmantyo.
"Kami sudah tahu kalau Mubarok, Max Sopacua akan mendatangkan kursi Ketum Demokrat kepada Sandi Uno, Gatot Nurmantyo dan lain-lain," kata Andi Arief melalui akunnya di Twitter, Minggu (16/6). (tan/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penjelasan Sandiaga Uno soal Peningkatan Jumlah Tuntutan Gugatan di Sidang MK
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga